Laras mengerjap-ngerjapkan matanya. Tidak ingin percaya kalau matanya sehat dan apa yang dilihatnya bukan halusinasi semata.
Setengah hatinya masih berharap kalau apa yang ia lihat hanyalah efek samping dari banyaknya obat yang ia konsumsi selama ini. Namun, tentu saja semua yang ia lihat adalah nyata. Buktinya, Ardi sudah duduk di hadapannya, bersama dengan seseorang yang tadinya ia harap hanya halusinasi.
"Ka-kamu datang bersama Eva?"
Laras membuka suaranya. Berusaha untuk berpikiran positif. Mungkin mereka habis ada tugas akhir bersama jadi mereka datang bareng. Toh ia juga mengenal Eva. Perempuan berwajah bulat dengan bibir tebal itu adalah sahabatnya juga.
Laras mengenal Ardi di bangku sekolah menengah pertama. Sedangkan Eva ketika mereka sekolah menengah atas. Namun Ardi dan Eva sudah mengenal setahun lebih dulu. Mereka sama-sama kursus Bahasa Inggris di tempat les yang sama.
Eva lalu masuk ke sekolah yang sama dengan Ardi dan Laras. Dan karena Eva kebetulan sekelas dengan Laras dan Ardi, lelaki itu memperkenalkan mereka. Sejak itu, Eva selalu bersama mereka sebagai teman dekat jika tidak bisa dikatakan sahabat. Dan kebetulan, saat Eva baru diperkenalkan kepada Laras, hubungannya dengan Ardi juga masih sebtas teman.
Bagi Laras, Eva adalah seorang perempuan manis dan lembut. Ia sangat bertolak belakang dengannya yang tomboy dan tidak bisa diam. Tapi bukan berarti mereka tidak bsia menjadi dekat.
Meski kepribadian mereka bertolak belakang, secara mengejutkan mereka bisa menjadi teman yang cukup dekat. Mungkin karena Eva yang lembut dan tenang membuatnya mampu masuk dengan alami ke kepribadian Laras yang lebih spontan. Di mata Laras, Eva yang tampak luar sangat dewasa. Pembawaannya yang tenang dan pikirannya yang luas dalam menyikapi setiap masalah membuatnya tampak seperti itu.
Seingat Laras, ia tidak pernah melihat Eva melakukan sesuatu yang membangkang. Baik itu peraturan sekolah hingga peraturan umum. Ia bahkan sangat menurut pada orang tuanya. Terkadang Laras sampai bingung sendiri. Bagaimana ada seorang remaja yang tidak sedikit pun kepikiran untuk membangkang.
"Laras, kamu kemana saja? Kami mencoba menghubungimu, tapi tidak pernah tersambung."
Bukan Ardi yang menanyakan kabarnya, tapi justru Eva yang duduk terlalu dekat dengan Ardi. Sementara lelaki yang Laras harapkan memberikan sedikit reaksi, justru tidak menunjukkan sedikit pun perhatian padanya. Minuman kesukaannya yang sengaja Laras pesan terlebih dulu bahkan tidak digubrisnya. Padahal dulu, sebelum Laras koma, itulah yang biasa mereka lakukan jika salah satu dari mereka tiba lebih dulu. Berpacaran dan berteman dalam waktu yang tidak sebentar, membuat mereka sudah saling mengenal satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor
RomanceKetika ia terbangun dari koma, dunia Laras seketika runtuh. Semua yang ia ketahui telah berubah. Belahan jiwanya pergi ke tangan perempuan lain. Tetapi, selalu ada harum menyegarkan setelah hujan deras. Dan kali ini datangnya dari orang yang tidak t...