Chapter 14 - Perang Dingin

203 48 2
                                    

"Mama enggak sangka kalau Dokter Raka masih muda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mama enggak sangka kalau Dokter Raka masih muda. Wajahnya malah keliatan lebih muda lagi dibanding usianya," cetus Mama Maeswara begitu mereka sudah masuk mobil dan bersiap keluar dari pelataran parkir Rumah Sakit.

"Apa kubilang. Cocok sama Kak Laras kan," sambung Ren sambil melirik ke kakaknya. Sayangnya, Laras sepertinya sedang sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia bahkan tidak mendengar perbincangan antara ibu dan adiknya.

"Apa maksudnya dengan cocok?"

"Ya cocok. Masa Mama enggak ngerti?" Ren mengernyit bingung dengan pertanyaan yang diajukan oleh mamanya.

"Memangnya Ardi mau dikemanain?" tanya Mama Maeswara, menoleh ke arah anak bungsunya.

"Ma!" teriak Ren, tapi urung melanjutkan ucapannya sementara sudut matanya kembali melirik ke arah Laras. Mempelajari sikap kakaknya.

Beruntung Laras masih begitu fokus dengan pemandangan di luar kaca mobil. Entah apa yang dilihat karena pemandangan Jakarta sama sekali tidak berbeda dengan kota metropolitan lainnya. Ditambah dengan kemacetan yang terkadang tidak terprediksi. Seperti hari ini. Tidak ada apa-apa, tahu-tahu macet.

"Loh kenapa? Mama cuma bilang sesuai kenyataan," cibir Mama Maeswara. "Benarkan, Ras?" tanyanya lagi kepada Laras. Meminta perhatian dari putri sulungnya.

"A-apa?"

Laras terlalu terkejut mendengar namanya dipanggil. Sejak awal mereka masuk ke mobil, gadis itu langsung larut dengan pikirannya sambil menatap ke luar. Meskipun sebenarnya ia tidak benar-benar memperhatikan pemandangan di luar mobil. Hanya mencari posisi yang nyaman agar ia bisa memikirkan langkah yang akan ia ambil berikutnya.

"Bagaimana hubungan kamu sama Ardi, Ras?" tanya mamanya lagi.

Bukan hanya Laras yang terkejut, tapi juga Ren. Adik Laras itu juga merasa kesal karena mamanya menanyakan tentang lelaki yang seharusnya sudah tidak ada lagi hubungannya dengan kakaknya. Namun sebelum ia sempat protes, kakaknya lebih dulu menyahut pertanyaan ibunya.

"Kami baik-baik saja, Ma."

Ren menoleh kasar. Merasa tidak yakin dengan pendengarannya sendiri. Mengapa kakaknya bicara seperti itu. Apa maksudnya. Bagaimana mungkin ia masih mengatakan seperti itu padahal beberapa hari lalu Ardi dan bahkan pacar barunya sudah melakukan hal yang menyakiti dirinya. Apa maksudnya. Ren gagal paham dengan pikiran kakaknya.

"Baguslah. Jangan sampai hubungan kalian jadi buruk. Ardi juga sama menderitanya ketika kamu hilang. Meski Mama tidak benar-benar melihat, tapi Mama dengar bagaimana Ardi kesulitan menjalani hidupnya saat kamu tidak ada. Jadi baik-baiklah dengannya. Jika kamu sudah cukup sehat, tidak ada salahnya menjenguk Papa dan Mama Nugraha. Mereka juga sangat merindukan kamu. Lagipula, kamu dekat dengan mereka juga bukan," senyum Mama Maeswara, tidak bermaksud buruk.

Perempuan paruh baya berwajah blasteran itu bahkan menatap lembut anaknya. Seakan memberikan nasihat terbaik. Tanpa tahu kalau Ardi sebenarnya sudah memiliki perempuan lain dan tanpa tahu apa yang telah lelaki dan pasangannya itu lakukan pada anak kandungnya sendiri.

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang