Epilog

151 17 2
                                    

WARNING 🌚🔞🚫 below!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

WARNING 🌚🔞🚫 below!

Di antara lalu lalang orang di bandara internasional, seorang gadis berambut hitam panjang berdiri dengan gugup. Sesekali ia menoleh ke kiri dan kanan, mencari-cari sesuatu.

Begitu tidak menemukan apa yang ia cari, ia kembali mengecek jam tangannya, memastikan kembali jam kedatangan pesawat dari Singapura ke Jakarta.

Sejak kemarin Ardi mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja, Laras akhirnya bisa bernapas lega danpulang ke rumah. Namun begitu sampai di rumah ia malah tidak bisa tenang. Rasanya ingin buru-buru hari ini. Hari dimana Raka kembali dari Singapura.

Lelaki itu menggantikan atasannya, Dokter Fajar untuk mengikuti seminar di Singapura karena ia tidak bisa datang sejak tiga dua hari lalu. karena Ardi, ia tidak bisa mengantarnya, jadi kali ini ia harus bisa menjemputnya.

Siapa yang mengira kalau menunggu itu membuatmu lelah. Ia jadi merasa sangat bersalah pada Raka karena membuatnya menunggu selama setengah tahun.

Laras menggigiti bibir bawahnya dan sesekali menghela napas panjang untuk mengurangi kegugupannya. Untungnya, penantiannya tidak panjang. Orang yang ditunggunya terlihat keluar dari gerbang kedatangan. Ia hampir memanggilnya dengan mata berbinar ketika menyadari ada seorang perempuan yang berjalan bersama Raka.

Mereka tampak terlibat percakapan seru yang membuat Raka tersenyum padanya. Tidak tahu harus bagaimana, Laras mengalihkan pandangannya. Menatap ke arah lain, seakan belum menemukan keberadaan Raka.

Pura-puranya tidak berlangsung lama. Karena begitu Raka keluar dari gerbang kedatangan, manik hitamnya langsung menyapu ke setiap sudut bandara, mencari pujaan hatinya. Dan begitu ia menemukan sosok yang ia cari, ia memanggilnya sambil bergerak mendekat. Makin lama makin cepat sambil menarik kopernya.

"Laras!" panggilnya senang. Ia tahu kalau Laras akan menjemputnya karena gadis itu memberitahunya kemarin. Awalnya ia menolak karena berpikir gadis itu akan lelah karena juga harus menemani Ardi, tapi begitu Laras mengatakan kalau Ardi sudah sembuh, ia memperbolehkan.

Jujur saja, Raka juga merindukannya. Namun sebagai dokter, tidak pada tempatnya untuk egois.

"Hai, sudah lama?"

"Welcome home," sahut Laras seakan baru pertama kali melihatnya. Mata bulatnya menatap Raka dengan berbinr. Ada debaran halus yang dadanya begitu melihat senyumannya.

Kegugupan yang sebelumnya melanda, hilang begitu saja. Tapi begitu melalui sudut matanya melihat perempuan yang tadi berbicara pada Raka, Laras jadi bertindak di luar nalarnya.

Ia dengan cepat berjinjit mengecup bibir Raka lalu memeluknya erat. Seakan tidak ingin melepaskan lelaki itu lagi.

Raka tentu saja terkejut. Bukannya tidak suka, ia hanya merasa tidak nyaman karena mereka sedang berada di bandara yang ramai. Meskipun begitu, ia membiarkan Laras memeluknya sebelum akhirnya, ia pun memeluk erat Laras. menyalurkan kehangatannya.

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang