Chapter 12 - Ancaman Ren

192 47 7
                                    

"Ren?!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ren?!"

Ardi terkejut melihat sosok tinggi seorang lelaki yang begitu mirip dengan perempuan yang pernah mengisi hatinya — atau sebenarnya masih, hanya saja sulit untuk mengakuinya.

Kedatangannya menjadi sebuah kebetulan yang mengejutkan untuknya. Ia tidak menyangka kalau Ren akan menghampirinya. Yang ia tahu, sejak ia memutuskan untuk pacaran dengan Eva, Ren benar-benar menjauh. Bahkan memutuskan hubungan. Seekstrim itu.

Padahal, tanpa Ardi tahu, munculnya Ren di tempat yang sama dengannya bukanlah sebuah sebuah kebetulan.

Ren sudah lebih dulu membuat janji dengan Dimas kalau ia akan datang untuk ikut menemui Ardi. Seseorang harus menaruh tali kekang di leher Eva agar ia tidak kelewat liar. Dan orang itu adalah Ardi, pikir Ren ketika itu.

Jadi begitu orang tuanya tiba di Rumah Sakit, Ren langsung meluncur ke tempat pertemuan Ardi dan Dimas.

Sedikit angkuh, Ren menatap mantan calon kakak iparnya yang duduk di seberang Dimas. Sebenarnya jika bukan karena Eva, ia sama sekali tidak ingin bertemu dengan Ardi lagi. Jadi begitu berada di hadapannya, Ren enggan menyapa. Namun ia harus melakukan sesuatu bukan.

"... sudah lama ya!" Bukan sebuah pertanyaan. Karena Ren tidak ingin jawaban.

Sementara Dimas yang ikut terkejut dengan Ren yang muncul tiba-tiba di sisinya, hanya bisa mencibir dalam hati. Bukan terkejut karena tidak tahu Ren mau datang. Tapi karena muncul secara tiba-tiba seperti jalangkungnya itu yang mengejutkan. Untung tidak jantungan, gerutu Dimas dalam hati.

Sok keren banget sih! Untung sahabat. Eh bukan deh. Untung Kakaknya cantik, sungut Dimas lagi dibarengi dengan dengusan sebal, meski sambil bergeser. Memberi tempat untuk Ren duduk.

"Ada apa nih?" tanya Ren lagi, memandang bolak-balik ke arah temannya dan Ardi. Berakting terkejut seakan kombinasi Ardi dan Dimas adalah sesuatu yang diluar nalar kenormalan. Setidaknya, itu yang sempat ia pikirkan sebelum ia tahu mengapa Dimas bertemu dengan Ardi. Jadi tidak sepenuhnya salah.

Ardi tidak tahu harus menjawab apa. Ia masih terlalu kaget hingga tidak tahu harus bicara apa. Ditambah lagi, mantan calon adik iparnya itu dengan santai duduk begitu saja di seberangnya. Ardi tidak bisa mengusir rasa canggung di antara mereka setelah hubungan keduanya terputus enam bulan lalu.

Mantan Laras itu masih mengingat jelas bagaimana Ren mendatanginya dengan amarah yang meluap-luap ketika ia mengetahui kalau Ardi memutuskan untuk pacaran dengan Eva. Dan semakin mengamuk ketika tahu kalau Ardi akhirnya menyerah dengan Laras. Dimas juga berada di sana. Berusaha menahan Ren yang sudah setengah meluapkan kekesalannya dengan memukulinya.

Untungnya, meskipun Ren lebih tinggi, tubuh Dimas lebih besar hingga masih sanggup menahannya.

Di tengah-tengah rasa bingung dan canggungnya, Dimas bagaikan penyelamat. Perlu diingat kalau Ardi sama sekali tidak sadar kalau semua yang terjadi di depan matanya hanyalah skenario yang diciptakan Dimas dan Ardi.

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang