Chapter 21 - Move On

102 28 2
                                    

Raka tersenyum melihat Laras salah tingkah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raka tersenyum melihat Laras salah tingkah. Sayangnya hari sudah malam sehingga ia tidak bisa melihat rona merah muda yang merekah di pipi gadis itu.

Dengan tatapan jenaka, Raka menidurkan kepalanya di atas tangannya yang berada di atas setir mobil, memperhatikan bagaimana Laras berusaha mengabaikan kata-katanya. Menikmati keindahan yang ada di depan matanya sambil menunggu gadis itu bersiap turun.

Matanya terus terpaku menatap gadis itu dan mulai ikut bersiap turun saat melihat Laras sudah meraih handle pintu. Ia hampir saja membuka pintu mobil ketika menyadari kalau Laras berhenti bergerak. Membuat Raka mengernyit bingung.

Belum sempat lelaki itu bertanya, ia melihat bahu Laras bergetar.

Sedikit panik, Raka menyentuh pelan lengan Laras untuk menyadarkannya. Mengira gadis itu sedang trans. Betapa terkejutnya ia ketika melihat bulir air yang mengalir turun dari sudut matanya.

Raka bisa melihat bagaimana Laras berusaha untuk menahan tangisannya dengan menggigit bibirnya sendiri, tapi sepertinya itu tidak berhasil karena bukannya berhenti, air matanya justru semakin deras.

"Ras?" ujarnya sambil melirik ke luar jendela mobil. Mencari tahu apa yang membuat gadis manisnya menangis dalam diam.

Raka mengeratkan giginya, berusaha menahan emosinya agar tidak terlihat. Sulit, tapi ia berhasil.

Bagaimana tidak marah jika ia melihat penyebab Laras belum makan hingga tengah malam justru sedang asik berduaan dengan seorang perempuan lain.

Baginya, ingkar janji tanpa pemberitahuan adalah hal yang tidak jantan. Itu saja sudah cukup membuatnya marah. Namun sekarang ditambah lagi si lelaki justru sibuk menghabiskan waktunya bersama orang lain.

Apakah sebegitu sulitnya menuliskan kalimat yang mengatakan kalau ia tidak akan datang.

"Kita pindah saja, yuk," kata Raka yang sudah kembali fokus pada Laras yang menunduk tidak berdaya. "Atau kamu punya rencana lain?"

"Tu-tunggu sebentar Kak," sahut Laras terbata-bata akibat isakannya.

Tidak seperti bayangannya yang mengira Laras akan mendiamkannya dan larut pada tangisannya, gadis itu justru mendongak, menatapnya penuh keteguhan.

Membuat Raka bingung.

"Sebentar. Aku hanya ingin melihat mereka untuk terakhir kali," katanya lagi dengan sedikit tercekat.

Raka membiarkan Laras melakukan apa yang gadis itu inginan, meski tidak tahu apa maksudnya.

Sedangkan Laras, justru malah kembali mengalihkan pandangannya ke kedua sejoli yang sedang sibuk suap-suapan dengan bahagia. Seakan dunia hanya milik mereka berdua dan orang lain di sekitarnya ngontrak.

Tanpa sadar, Laras mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat, sementara hatinya terluka parah akibat tertusuk ribuan jarum.

Ia mengeratkan giginya, sementara matanya terus mengeluarkan air mata yang tidak bisa dibendungnya. Namun Laras sama sekali tidak berniat mengalihkan pandangannya.

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang