Chapter 32 ~ Doubt

214 72 43
                                    

~32~
Keraguan

🍃

"Tak ada matahari, tak ada sinar hangat pagi, yang ada hanya awan mendung menyelimuti seluruh langit kota. Mungkinkah awan berkelabu sedang ikut merasakan keraguanku?"
~Alighty Christaline~

🍂

Ponselnya berdering berulang kali membuat tidur nyenyak Alighty jadi terganggu. Ia mengucek kedua matanya sambil meraba ponselnya yang berada di atas nakas, di samping ranjang sebelah kiri. Belum sempat ia mengangkatnya, tapi panggilan itu sudah berakhir.

"Dari siapa sih? Berisik sekali pagi-pagi begini," keluhnya sambil mengecek nomor panggilan terbaru. "Oooh, Claudy? Untuk apa dia meneleponku sepagi ini?" Ia mengehela napasnya dan refleks memejamkan mata.

Kemudian sekilas ia termenung dan kembali membuka matanya. Dipandangnya langit-langit kamar dan mulai mengingat tentang semalam bagaimana ia bisa berada di kamar.

"Semalam, akuuu bukannya minum di cafe itu? Lalu?" Pikirannya menyelisik pelan-pelan. "Setelah itu aku tidak tahu lagi. Tapi aku tahu saat aku di gendong. Mmm..kira-kira apa lagi ya?" Alighty memejamkan kedua matanya seraya kembali ingin mengingat-ingat apa saja yang sudah terjadi semalam.

"Duuuh, kau bikin malu saja, siapa suruh minum sampai sebanyak begitu?" ucapnya kesal pada dirinya sendiri. Di situasi tertentu, ia memang kadang minum wine, tapi sebenarnya tak pernah sampai seperti kejadian semalam. Itu adalah momen pertama baginya minum dalam jumlah berlebihan.

"Jordan? Ya, pasti Jordan yang menggendongku semalam dan mengantarku pulang," katanya dan mulai mengingat beberapa saja tapi tidak sepenuhnya.

Alighty bangun dari tempat tidurnya lalu kembali mengecek pesan yang sudah masuk. Sepertinya pesan-pesan itu masuk sejak semalam saat ia sudah tertidur lelap. "Claudy?" Lirihnya sambil membaca isi pesan itu. "Bertemu hari ini? Jam 12 siang?" Ia terhenti dan berpikir sebentar. "Memangnya ini sudah jam berapa?" katanya lagi sambil menoleh ke samping.

Ia memperhatikan jarum jam yang bergerak di atas nakas, dan waktu menunjukkan sudah pukul 10.00 pagi. "Oh Tuhan, aku ternyata kesiangan. Pikirku masih sangat pagi," gumamnya lantas meletakkan ponselnya dan meraih tuala purple yang tergantung di samping pintu lalu segera masuk ke dalam kamar mandi.

Beberapa menit kemudian ia keluar dari kamar mandi, dan segera mempersiapkan diri untuk pertemuannya bersama Claudy. Ia sebenarnya tidak mengkonfirmasi akan datang atau pun tidak, tapi dalam pesan yang diterimanya menyebutkan bahwa Claudy akan langsung saja menunggu di salah satu villa bersama ibunya. Karena itu ia memutuskan untuk pergi, dan apapun nanti yang terjadi dalam pertemuan itu, Alighty sudah siap menghadapinya.

Alighty menyisir rambut panjang sebahunya, kemudian memberi sedikit sentuhan berwarna pada bibirnya agar suhu dingin tidak membuatnya terlihat pucat. Walau tanpa dandanan sebenarnya wajah Alighty sudah sangat bening dan bercahaya. Ia hanya perlu memoles tipis saja untuk mempertegas kecantikannya dan agar tampil lebih merona.

"Aku pasti datang, tetapi mungkin akan sedikit terlambat," balasnya pada pesan semalam dan mengirimnya kepada Claudy.

Ia beranjak dari meja rias, kemudian mengambil tas selempang dan mantel abu-abu muda, knitted white scarf, serta sepatu winter-nya. Ia membuka pintu kamar dan terkejut saat melihat Jordan berdiri tepat di depan pintu kamar. "Jord?" sapanya spontan dengan mata membesar sambil keluar dan menutup pintu kamar.

I Choose You [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang