Happy Reading~♡!
(•ө•)♡
(•ө•)♡
(•ө•)♡Malam kembali datang. Angin berhembus membuat insan yang merasakannya merasa tenang. Ditemani rembulan yang hanya terlihat setengah, kegiatan BBA malam ini tengah berlangsung. BBQ.
Ada sosis rasa ayam dan sapi, jagung hasil dari pemberian warga desa, daging kelinci yang akan dijadikan sate, serta marshmallow. Anggota BBA bebas memilih ingin makan yang mana. Asal, tahu diri saja.
"Fi, lo tau kabar terbaru?"
Finata menoleh ke sumber suara. Menggeleng. "Ga tau. Emang apa?"
Yang tadi bertanya, Riana berdecak tak percaya. "Tadi ada yang liat Kak Alderart nonjok pohon gitu terus ngumpat. Yang liat itu kelompok sebelah, dia bilangnya sih Kak Alderart abis ditelpon seseorang gitu. Dan lo tau, pohonnya sampe penyok." Cerita Riana.
"Ouch gitu," angguk Finata. Membuat Alisha dan Yushela yang juga mendengar ucapan Riana melongo melihat reaksi sahabat mereka. Kok bisa gitu loh Finata ga heboh? Atau minimal kaget.
"Kok lo biasa aja???" Kompak Alisha, Yushela, dan Riana.
"Gue pernah liat yang lebih ngeri dari itu. Tapi keren sih," cengir Finata. Ketiganya cengo. Bisanya mikir gitu. "Gue mau kesana dulu ya gasy," Finata berdiri dari duduknya. Berjalan menuju tempat pembakaran BBQ.
Pikiran Finata jadi melayang menuju ke suatu waktu. Sebuah kejadian yang dirinya lihat kembali terputar ulang. Gadis itu menghela napas, nonjok pohon ya. Lebih sereman mana sama melintir tangan human? Batin Finata bertanya.
"Woi."
Seseorang menyapa Finata yang masih larut dalam renungannya. Gadis itu mendongak untuk menatap siapa yang menyapanya dengan sapaan yang seperti menyapa musuh. Itu Alderart.
"Kak Alde tadi waktu lomba mancing nanya apa ke aku?"
Finata jadi teringat dengan cerita Baleta. Dari jarak yang dapat dikatakan dekat itu, Finata tahu raut wajah seniornya sedikit berubah terkejut. Namun hanya sebentar. Ternyata Alderart pandai mengendalikan raut wajahnya.
"Lo mau denger pertanyaan gue lagi?" Tanya Alderart sembari menaikkan alis. Lelaki itu tersenyum miring saat melihat Finata mengangguk antusias. "Apa lo punya crush?" Tanyanya to the point. Raut wajah Alderart masih terlihat tenang dan datar walau telah membuat Finata tersedak jagung bakar.
"Uhuk uhuk …"
"Pake aba-aba dulu napa Kak," oceh Finata setelah tenggorokannya terasa lega. Gadis itu tiba-tiba tersenyum simpul. "Kalau ga punya, emang Kak Alde mau apa?"
Alderart tahu, adik kelasnya itu berniat menjahilinya. Sebelum itu terjadi, Alderart akan lebih dulu melakukan apa yang ada di benak Finata. "Melakukan sesuatu. Misal, meminta ijin agar lo mau gue kejar. Boleh?"
Untuk kedua kalinya, Finata kembali tersedak. Kali ini tersedak marshmallow. Wajah gadis itu juga memerah. Alderart yang menyadari wajah Finata berubah merah pun pura-pura tak mengerti.
"Lo demam? Muka lo merah."
"Kak Alde nyebelin!"
Senyum khas Alderart pun terulas. Kali ini bukan hanya sebuah senyum simpul yang manis. Namun senyum penuh maknalah yang terulas.
"Fi, jangan panggil gue Kak Alde."
"Terus mau panggil apa?"
"Panggil gue …"
***
"Hai Ushel …"
Sang empunya nama mendongak ke sumber suara. Itu sang ketos dengan piring berisi jagung, sosis bakar dan gelas di tangannya. "Buat lo. Gue minta maaf karena waktu itu pernah bentak lo. Waktu kalian abis kesasar di hutan."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cute Crazy Girls - Filila Series
Teen Fiction⚠️ BAPER AREA ⚠️ Cerita ini menyebabkan: # kalian sebagai readers yang haus kasih sayang menjadi kejang-kejang # guling-guling ga karuan # halu sampai langit ke-7 ~ TCCG ~ "Kenapa?" Tiga gadis itu saling melirik. Berucap kompak, "Ga jadi Kak. Silahk...