Happy Reading!!!
(☞^o^) ☞
(☞^o^) ☞
(☞^o^)
***
Gadis beransel biru muda itu berlari di sepanjang koridor sekolah. Nafasnya memburu. Netranya melirik sekilas jam tangan, pukul 7 lebih 13 menit. Semoga saja ada keajaiban dunia dan dirinya tak mendapat hukuman.
"Jahat banget, udah ga dibangunin. Ga ada yang bisa dibawa buat bekal. Belum sarapan. Terus disuruh naik bis. Mana ntar ulangan MTK. Gini amat nasibku?" Gerutu gadis dengan name badge Finata A. masih dengan berlari tentunya.
"Terus, bestie gue ga ada yang ngingetin. Spam gitu. Dan ini juga, kenapa kelasku di lantai 2 sih? Capee ..." Oceh gadis dengan rambut bergelombang yang dikuncir kuda itu. Dirinya mulai berbelok mengikuti jalan koridor dengan mulus.
"Aduh, Gaciku ..."
Finata berhenti berlari. Berbalik arah saat sesuatu miliknya terjatuh. Berusaha berjalan secepat kilat sebelum seseorang yang juga berlari di belakangnya menginjak sesuatu yang terjatuh itu.
"JANGAN DI–"
Krek!
Ucapannya terpotong. Ia terlambat. Sesuatu itu telah patah karena terinjak sepatu. Terdengar bunyi patahan yang tak terlalu keras namun, masih bisa terdengar karena kondisi yang sepi.
Finata ternganga. Mengerjap alias loading sejenak. Setelah sadar, barulah dirinya berucap sedih. "Gaaaciikuu ..." Sembari berlari ke arah sesuatu itu.
"Gaciku huee …"
Terlalu fokus pada gaciku, Finata sampai mengabaikan seseorang yang tadi menginjak benda kawai itu. "Dek? Masuk udah bel." Tegur seseorang itu yang bisa ditebak seorang senior. Namun, Finata tak mendengar, sibuk meratapi sesuatu yang disebut 'gaciku' itu.
"Dek?"
"Po-konya kakak harus tanggung jawab." Kata Finata lalu mendongak. Posisinya sekarang berjongkok. Finata mengerjap lagi. Oke, senior yang menegurnya ternyata adalah Alderart. Kenapa harus Kak Zero sih? Batin Finata frustasi.
Alderart menaikkan alis. Tak paham dengan ucapan gadis di hadapannya itu. Meneliti wajah Finata sejenak, Alderart membatin setelah menyadari. Tunggu, Fi kenapa menangis?
"Ganti. Pokoknya ganti." Ucap Finata lagi. Memasang wajah galak. Bodo amat gebetanku. Udah rusakin gaciku ga minta maaf lagi. Ucapnya dalam hati.
"Ganti. Ganti. Ganti."
Alderart mengangguk. Tak mau berdebat. "Iya, masuk kelas. Gue duluan." Katanya lalu berjalan santai. Meninggalkan Finata yang kini cengo.
"YA AMPUN FI!"
Finata menoleh ke sumber suara.
"Lo ngapain gloseran di koridor? Cosplay jadi pengemis? Cewek tersakiti? Terus kenapa tuh muka lo sembab gitu?"
Finata mendengus lalu mengambil serpihan sesuatu tadi. Kembali berdiri. "Bodo amat Lis. Gue kesel."
"Itu apa?" Yushela menatap sesuatu yang tadi diambil oleh Finata.
"Gantungan kunciku. Diinjak Kak Zero." Nada suara Finata seperti seorang anak yang mengadu pada ibunya bahwa mainannya diambil paksa oleh kawan sepermainan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cute Crazy Girls - Filila Series
Jugendliteratur⚠️ BAPER AREA ⚠️ Cerita ini menyebabkan: # kalian sebagai readers yang haus kasih sayang menjadi kejang-kejang # guling-guling ga karuan # halu sampai langit ke-7 ~ TCCG ~ "Kenapa?" Tiga gadis itu saling melirik. Berucap kompak, "Ga jadi Kak. Silahk...