-21- Hukuman Berujung Tragedi

157 20 8
                                    

Happy reading!

('∩。• ᵕ •。∩')

('∩。• ᵕ •。∩')

('∩。• ᵕ •。∩')

***

Suara gemercik air mengundang rasa penasaran siapapun yang mendengarnya. Tak terkecuali mereka. Tiga gadis yang tadinya sibuk mencari kayu bakar itu, sampai melalaikan tugasnya. Mereka asyik mengikuti sumber suara.

Tanpa mereka sadari, mereka telah menjauhi wilayah perkemahan. Lebih jauh masuk ke dalam hutan. Melangkah menuju ke arah barat.

"Woah ..."

"Beautiful!"

"Keren!"

Kata-kata itu terlontar dari bibir ketiganya ketika telah menemukan sumber suara. Di hadapan mereka, kini terdapat tebing dengan air terjun. Saat melongok ke bawah, netra dimanjakan dengan warna biru. Warna air yang berkumpul membentuk cekungan dalam. Jika dilihat lebih jauh, di bawah cekungan itu ada air terjun lagi. Namun alirannya jauh lebih kecil.

"Ini air terjun yang bermuara ke sungai di bawah itu bukan sih?"

Pertanyaan itu dijawab anggukan. "Iya. Pak Reksa waktu itu ngasih tau kalau ada tebing terus ada air terjun gitu. Cantik banget buat foto!"

Netra seseorang yang menjawab bercahaya. Ada binar senang di sana. Dirinya lalu mengambil ponsel. Mengajak kedua sahabatnya untuk mengabadikan pemandangan alam yang berada di hadapan mereka.

"Fi, sini dong. Ikut foto."

"Foto mulu. Mager ih."

"Bikin kenangan elah."

"Munduran dikit Shel. Gue ngeri jatuh dari sini. Belum siap buat transmigrasi."

"Dah. Ayo Lis. Senyum."

Mereka adalah Finata, Alisha, dan Yushela. Ketiganya berfoto ria. Tanpa sadar, waktu terus berjalan. Langit biru tanpa awan kini tergantikan oleh gurat jingga khas senja.

"Gasy, udah mau Maghrib." Ucap Finata. Ia menyadari ketika tak sengaja mendongak menatap langit karena mendengar burung berkicau di atas sana. Gadis itu memasang raut pucat. "Kita kok di sini?" Tanya Finata linglung.

Alisha yang posisinya di samping Finata jadi ikutan linglung. "Loh iya? Kita kan lagi dihukum cari kayu bakar!"

Napas Yushela tercekat. Dirinya mengingat kalimat seseorang saat memberikan hukuman mencari kayu bakar. Ingat, ga perlu masuk hutan. Kalimat itu terputar di pikiran Yushela. "Ini, di hutan?" Tanya gadis itu tak kalah panik dari kedua sahabatnya.

Alisha memindai sesekitar sebelum akhirnya mengangguk. "Iya. Kita di hutan. Tapi ini bukan wilayah hutan yang tadi pagi kita tanami pohon itu."

Gadis itu mengingat jelas ukuran pohon-pohon di sana. Bukan rimbun nan kokoh seperti pohon di sini. Alisha juga mengingat tekstur tanahnya. Dirinya tebak, tekstur di sini keras karena banyak bebatuan. Sedang di sana, mudah digali. Tanahnya seperti sehabis disirami hujan.

Sedang Finata dan Yushela mengingat aura hutan itu. Aura hutan yang kini ketiganya pandangi berbeda dengan aura hutan saat mereka melakukan kegiatan pertama BBA. Auranya berubah suram. Padahal, tadi terlihat sangat bersinar. Apakah ini yang dinamakan tipuan alam?

"Gasy ... kayanya kita nyasar." Kalimat Finata bagai penegasan, bagai kepastian bagi Alisha dan Yushela. Keduanya mengangguk kaku. "Ayo pulang ke kemah." Ajak Finata kemudian. Mereka bertiga mulai melangkah pergi meninggalkan tebing air terjun.

The Cute Crazy Girls - Filila SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang