Chapter 2

9.8K 806 16
                                    

⚠Double up⚠

Hawoo....jangan lupa vote dan komentar

Happy Reading, by Oka

__________
         __________

Sudah 3 hari sejak kepulangan Henna dari rumah sakit. Ia telah beradaptasi sepenuhnya dengan dunia fiksi itu, serta juga ia sudah menyusun rencana 'menjadi tokoh utama'

Tok, tok, tok

Cklek...kriet...

"Makan," suara berat dari lelaki yang berusia 18 tahun itu membuat Henna terkejut.

Zico Gavien Antara, anak pertama dari keluarga Antara, kakak laki laki Renna. Ia merupakan remaja dengan kepribadian dingin dan cuek. Namun jangan salah, begitu begitu juga dia adalah kakak penyayang walau tidak kelihatan.

"Kak, besok gue beneran sekolah kan?," tanya Henna memastikan.

"Ya," sesuai dugaan, jawaban yang didengar oleh Henna singkat, padat, dan jelas.

Setibanya di ruang makan, Henna dan Zico langsung duduk dikursi mereka.

Berbagai lauk terjejer rapi diatas meja. Ayam goreng, sambal pete, tempe goreng, sup ceker, dan jangan lupakan nasi hangat yang menggugah selera.

Menatapnya saja sudah membuat cacing di perut Henna bergejolak.

Sesuai tata krama, ayah yang mendapat nasi terlebih dahulu, kemudian ibu lalu anak anak. Setelah mengambil lauk yang diinginkan, mereka memulai sarapan pagi dengan tenang.

Sreet...sreet...sreet...

BRAK!

Suar pintu yang ditendang oleh Henna mengagetkan kakak laki lakinya itu, hingga membuat pr nya tercoret. Padahal tinggal satu kalimat terakhir dan selesai.

Aura suram langsung memenuhi ruangan itu, membuat Henna gugup setengah mati. Karena tangannya penuh oleh buku yang ia bawa, terpaksa ia menggunakan kakinya untuk membuka pintu, eh malah keblabasan menendangnya.

"Dek...," panggilan itu membuat Henna ngeri. Perlahan ia melirik kakaknya yang mengeluarkan aura suram itu

"Sorry kak, itu...gak sengaja," langsung saja Henna berlari menuju kamarnya dan menguncinya. Sungguh, ia tak tahu apa yang akan terjadi bila menetap di ruangan tadi.

Zico adalah anak rajin yang selalu menyelesaikan tugasnya tepat waktu. Dan kini, gara gara adiknya, ia harus mengulangi menulis.

"Tunggu pembalasanku, dek," ucapnya pelan sambil tersenyum miring menatap punggung adiknya yang berlari ke kamar.

Ngeri banget, serasa bakal dibunuh setelah ini.

Huft, gak gak, Zico adalah abang penyayang. Gak mungkin ia bakal dibunuh kan? Tapi juga gak mungkin Zico semudah itu memaafkan.

Benar saja, saat makan siang pembalasan dari Zico dimulai.

Henna memasang muka aneh ketika menyantap makanannya. Dia memakan nasi goreng, tapi kenapa rasanya manis

"Kak, ini nasi goreng apa kue? Kok manis," tanya Henna

"Lo bisa lihat sendiri kan. Tadi cuma kebanyakan gula,"

"Jangan bilang lo masukin gula setengah kilo,"

"Gak ada, cuma masukin 1 toples,"

What? Bisa diabetes kalo gini

Tak berakhir begitu saja, 1 jam setelahnya Henna mendapati baju yang ia setrika rapi rapi berantakan, bahkan kusut.

Sore hari, Henna terganggu dengan suara berisik dari kamar kakaknya itu, menganggu tidur siangnya. Eh, sore.

BRAK!

Lagi dan lagi, entah sudah keberapa kali Henna menendang pintu. Ia melihat kakaknya yang asik konser dj bersama teman temannya. 

Dalam sekejab musik itu berhenti. Membuat semua menatap Henna bingung dan sedikit kesal.

"Apa?! Gue colok tuh mata!," bentaknya. "Kalian berisik banget sih! Ganggu orang tidur tahu gak?!,"

"Siapa lo?," tanya teman Zico dengan nada merendahkan

Henna mulai tersenyum manis. Ah, kesabarannya habis.

"Kak, kalau lo gak berhenti gangguin gue. Lihat aja, semua barang elektronik lo gue buang ke sungai," ancam Henna dengan senyumannya.

Ia langsung keluar dari kamar kakaknya itu sambil menatap sinis pintu yang ia tendang.

Pintu sial*n

Matahari tenggelam, hari mulai malam. Terdengar suara burung hantu serta angin dingin membuat sekujur tubuh Henna merinding.

Bisa Henna, bisa kok. tinggal matiin lampu terus lari ke kamar.

Langkah kaki pelan terdengar di sepanjang lantai 2 rumah keluarga Antara itu. Pelan dan pelan, lalu cepat ketika lampu dimatikan.

Henna langsung menutup pintunya rapat rapat. Nafasnya tak beraturan, termasuk jantungnya.

Ia berlari dari dapur menuju kamarnya setelah mematikan lampu. Rasanya seperti ada orang yang mengikutinya.

Sumpah, kenapa setiap matiin lampu harus kayak gini

Setelah tenang, gadis berambut panjang itu berjalan dan merebahkan tubuhnya diatas kasur yang super empuk.

Ia mulai membuka chat-nya yang tak pernah sepi itu. Bukan karena apa, tapi itu semua berisi permintaan akan sesuatu kepada Henna.

Henna menatap chat chat itu dengan malas. Ia berjanji, besok ia akan membuka image baru tentang dirinya. Bukan lagi Henna yang selalu memberikan apapun pada mereka.

.

Suara alarm berbunyi nyaring mengganggu tidur seorang gadis cantik.

Prang...

Karena merasa emosi tidurnya terganggu, gadis itu refleks membanting jam tersebut hingga pecah.

"Gimana nih," bingungnya menyesali perbuatannya.

Gadis itu memutari jam yang pecah itu sembari menatap tajam benda itu. Beberapa kali ia juga menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. Bingung

"Hei, sakit gak?," tanyanya pada benda didepannya.

Wajah polos yang ia tampakkan membuat orang yang kini tengah memperhatikannya tersenyum ngeri.

Ma, pa, adek perlu di servis

Setelah sarapan pagi, Henna meminta jam baru pada orang tuanya. Yah, itu disetujui begitu saja. Toh hanya jam weker

"Nanti beli aja saja sama kakakmu," kata ayahnya mengiyakan permintaan putrinya itu.

"Ok. Kalau gitu Renna pamit dulu ma, pa,"

"Hati hati,"

Henna dan Zico berangkat bersama menuju sekolah menggunakan mobil.

Memerlukan waktu 15 menit untuk pergi ke sekolah, itupun jika tidak kena macet. Dan akan menghabiskan waktu 10 menit jika melewati jalan tikus.

Henna turun dari mobil bersama kakaknya setelah memarkirkan mobil mereka.

Sultan lewat guys

Gosip para siswa siswi itu pada Henna dan Zico. Ya, mereka memang cukup terkenal karena harta keluarganya.

"Renna, lo udah sembuh?," tanya seorang siswi dengan muka khawatir

"Udah,"

Zico langsung meninggalkan Henna karena temannya sudah ada. Gak ada gunanya juga terus berada disana. Pikirnya

"Lo siapa? Sorry, gue amnesia,"

Sontak hal itu membuat gadis didepannya terkejut. Ia langsung kembali tersenyum dan memperkenalkan dirinya.

"Gue Belac Ratyana," ucapnya

Oh, teman protagonis rupanya.

Tokoh Utama [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang