Chapter 29

1K 89 1
                                    

"Halo nona Renna," sapa Rizal dengan senyum ramahnya.

Renna menatap datar sosok Rizal yang menyapanya. Ia berniat melangkah pergi namun tangannya dicekal oleh Rizal.

"Ada urusan sama gue?," tanya Renna datar

"Hmm...bagaimana ya? Saya memiliki urusan dengan Henna, bukan Renna,"

"Lo tahu Rizal? Meski dunia sudah jadi satu, yang dulu adalah nyata dan fiksi, tetap saja ada privasi yang harus dijaga. Henna sudah mati. Pahami itu," ucap Renna penuh penekanan.

"Tapi urusan saya dengan Henna belum selesai. Jadi, saya harus menyelesaikannya, dengan jiwa Henna," Rizal terus saja tersenyum ramah.

"Urusan lo sama Henna sudah selesai. Lo saja yang pengen memperpanjang. Jangan katakan gue yang ngada ngada, karena faktanya seperti itu," Renna melenggang pergi dengan perasaan sedikit kesal. Sedangkan Rizal, ia memasang seringai kecil pada mulutnya. Matanya menghunus tajam punggung Renna yang menjauh.

"I can't move on, Henna or...Renna," gumam lelaki itu.

○●○●

"Why?," tanya Dion ketika melihat wajah Renna yang suram

"What?,"

"Ada masalah?,"

Renna menghela nafas pelan. Ia menyugar rambutnya frustasi. Banyak sekali masalah yang harus ia selesaikan sebagai jiwa Henna. Dan point utamanya adalah, orang orang luar yang pernah membaca komik Renna akan tahu bahwa jiwa Henna mengalami transmigrasi.

"Perlu gue bunuh?," sontak pertanyaan itu membuat Henna kaget.

"Siapa?!,"

"Anak baru itu," jawab Dion dengan nada dingin.

Renna diam. Sejujurnya ia juga ingin melakukannya. Tapi dia adalah anak baik baik.

By the way, sepertinya akhir akhir ini Renna jarang melihat teman temannya. Dimana mereka? Ada yang tahu? Seperti Dira, atau pengkhianat itu. Ah, tak bisa dikatakan pengkhianat karena sejak awal dia memang tak pernah bergabung. Sungguh luar biasa sekali akting mereka.

"Hey, smile for me," pinta Dion dengan wajah datarnya.

"Honestly, lo jangan minta something like this dengan wajah datar lo,"

"Kenapa dengan wajah gue?,"

"Lupakan,"

Renna meminum teh hangatnya hingga Dion kembali memanggilnya. Betapa terkejutnya Renna ketika melihat Dion berusaha menampilkan senyumannya dan berakhir menyeramkan.

"Di-Dion. Please stop. Don't smile. So creepy," ucap Renna terbata bata membuat Dion gemas. Tanpa aba aba Dion langsung mencubit pipi Renna dan tertawa renyah. Membuat Renna terpukau.

"Tampan," gumam Renna.

"Yah i know," sahut Dion dengan percaya diri.

"Gue tarik kata kata gue. Nyesel," Renna kembali meminum tehnya dengan perasaan kesal.

"Lucu banget. Istri siapa sih ini?," goda Dion

"GUE BELUM NIKAH YA B*NGS*T!!," teriak Renna yang lagi lagi membuat Dion tertawa renyah.

Dion langsung mengarahkan telunjuknya di depan mulut Renna. "Shht, jangan ngomong kasar,"

Renna langsung mundur spontan. Ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Pipinya memerah hingga ke telinga, membuat Dion menggigit bibir dalamnya gemas.

"Pengen gue nikahin deh," gumam Dion

"Gak usah aneh aneh. Cukup tunangan aja,"

"Ngomong ngomong, tunangan waktu itu nggak ada mewah mewahnya ya," ucap Dion mengganti topik.

"Biarlah, entar aja mewahnya waktu nikah," jawab Renna.

"Berarti lo udah yakin nikahnya sama gue, kan?,"

"Mulut gue typo,"

Renna beranjak berdiri lalu menarik tangan Dion melangkah pergi dari kantin.

"Ren! Sini!!," akhirnya Renna bertemu temannya. Ia menatap mereka satu per satu. Ada yang kurang.

"Dimana Ani sama Dea?,"

"Gak masuk," jawab Vera.

Renna mengangguk paham. Ia ikut duduk di kursi taman yang melingkar itu.

"Kita udah tahu," ucap Dira tiba tiba

"Tentang??," tanya Renna.

"Ani dan Dea bukan teman kita. Mereka pihak musuh. Pengkhianat." Ucap Risa dengan emosi.

"Mereka pasti akan menyela. Bukan pengkhianat, karena sejak awal mereka tak pernah berada di pihak kita. Anggap saja kita yang tertipu drama mereka," jelas Renna.

"Boleh gue bunuh?," tanya Dira dengan wajah dinginnya.

Renna tersenyum senang, "boleh aja. Toh mereka gak terlalu penting dalam permainan mereka,"

"Kapan?," kini berganti Vera yang bertanya.

"Bagaimana jika besok? Besok kan hari spesial," jawab Renna.

"Tanggal bitch itu berteman dengan kita," ucap mereka berempat bersamaan.

○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●

Maaf guys, akhir akhir ini sibuk banget. Jadwal padat, gak ada waktu buat nulis.

Maaf banget update lama dengan cerita sedikit.

Mungkin sementara cerita ini bakal hiatus sampai januari.

Bukan malas nulis tapi bener bener gak bisa. Selain karena tugas sekolah banyak, aku juga harus latihan buat perform bulan januari awal.

Bener bener maaf ya guys...

Cerita ini bakal hiatus tapi aku akan publish cerita yang sudah lama aku tulis dan hampir selesai.

Tokoh Utama [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang