Chapter 11

5.6K 449 1
                                        

HAPPY READING.
※※※※※※

"Bos mana?," tanya Vera

"Sakit," jawab Risa

"Kok bisa? Nanti kita jenguk ya?," ucap Ani

"Ok," sahut kompak mereka semua.

Kringgggg....

Bel berbunyi, kantin sepi, dan hari ini tidak ada siswa yang membolos. Pak Herman cekatan mengawasi seluruh area sekolah. Baik kantin, kantin belakang, sekitar sekolah, rooftop, dan tempat lainnya.

"Jadi begitulah prosesnya. Ada pertanyaan?," tanya ibu guru

"Tidak," sahut kompak kelas XI Mipa 2

"Baiklah, kalian bisa pulang. Sampai jumpa minggu depan," ucap ibu guru sambil keluar dari kelas.

"Dion, pulang bareng ya? Tadi aku gak bawa mobil, trus gak ada yang jemput sekarang," ucap Daritsa, si antagonis.

"Gak. Pulang sendiri, atau silahkan naik taksi," jawab Dion

"Ih, kok gitu? Padahal kamu gak pernah nolak aku. Sampai si Renna ada, terus jauhi aku. Apa kamu suka sama Renna itu?,"

"Kalau iya kenapa?," jawab Dion dengan wajah serius.

Daritsa sangat terkejut. Ia mengepalkan tangannya sangat kuat, wajahnya memerah padam. Ia berjanji akan membuat Renna tahu diri.

--o0o--

"Renna, temanmu datang. Mama suruh masuk ya?,"

"Ya ma," jawab Renna

Beberapa saat kemudian semua anggota Angel datang dan membawa berbagai macam makanan untuk Renna.

"Nih, gue bawain boneka kesukaan lo," ucap Dira

Renna tersenyum, ah temannya sangat baik. "Makasih Dira sayang,"

"Bos, ini dari gue dan yang lain. Cepet sembuh lo," ucap Vera

"Ren, gue bingung sih mau bawa apa. Nih gue kasih black card unlimited. Kalau gak mau gue ganti deh. Ngomong aja," ucap Risa

"Kalau cowok lo?," tanya Renna bercanda

"Ambil aja. Ikhlas gue mah," jawab Risa

"Serius lo Ris? Lo gak sayang ama cowok lo?," mereka semua sedikit terkejut dengan jawaban Risa.

"Iya Ris, padahal baru kemarin lo jadian,"

"Gue kan anak baik, gak pelit, suka berbagi. Ambil aja, toh masih banyak stock gue," jawab Risa dengan santainya

"Dasar buaya," kompak mereka disambung gelak tawa.

"Kok buaya? Risa kan manusia. Trus tadi kok Risa bilang berbagi?," tanya Ani

"Ani jahat ya?," tambahnya

"Loh, kenapa?," tanya Erena

"Nanti kalau semisal Ani punya my dear, trus Ani gak mau berbagi, berarti Ani jahat? Risa aja mau berbagi," jawab Ani

"G-gak gitu! Lo gak usah dengerin apa yang Risa ucap tadi. Gimana sih? Pusing gue jelasinnya,"

"Sama juga. Ini nanti gak bakal selesai," sahut Dea

"Biar nanti gue urus," ucap Dira

"Aaa...Makin sayang deh sama Dira," ucap mereka semua bersamaan.

Sementara Ani yang tidak paham situasi hanya terus melihat teman temannya itu.

Mereka semua berada di rumah, atau lebih tepatnya kamar Renna hingga sore. Setelah itu mereka pamit karena keadaan juga masih menggunakan seragam.

"Hati hati,"

"Cepet sembuh. Gue tunggu besok di sekolah," ucap Dira

Setelah izin pada Renna, serta orang tua Renna, mereka pulang ke rumah masing masing.

"Akhirnya mereka pulang," gumam Rena sambil melihat mobil mereka yang meninggalkan halaman depan.

"Ren, ngapain diluar terus? Dingin loh. Masuk yuk sayang," ucap Geva

"Ma, apa mama gak marah?," tanya Renna

"Marah kenapa sayang?,"

"Meskipun aku anak kandung mama. Aku menyebabkan Renna meninggal. Apa mama gak marah?,"

Mendengar itu ibunya tersenyum tulus. Ia mendekap putri satu satunya itu, mengelus pucuk rambutnya.
"Renna dan Henna, kalian berdua adalah anak mama. Dulu, mama mengikhlaskan kepergian Henna, dan sekarang mama juga harus mengikhlaskan Renna. Mama gak ada alasan buat marah. Ini semua adalah takdir. Begitu juga dengan papa, ia tak akan pernah marah,"

Renna tak kuat mendengar itu. Air matanya mulai keluar. Dadanya sesak.

"Eh eh, kok nangis? Kenapa sayang?,"

"Mama baik banget. Aku dan Renna beruntung banget punya ibu kaya mama,"

"Sshttt...cup, cup. Anak mama gak boleh cengeng,"

Renna mengeratkan dekapannya, tangisannya semakin kuat. Sungguh, ia sangat beruntung.

Pagi tiba, matahari bersinar dengan cerah. Terdengar suara ayam berkokok, burung berkicauan, dan...dengkuran halus dari seorang gadis.

Drrrtttt....drtttt...

Ponsel Renna terus berbunyi, entah sudah ke berapa kali, mengganggu tidur gadis itu.

Brak!

"Ren! Bangun! Lo tidur udah kayak kebo. Ayo bangun!!," teriak Zico

Eunghh

"Paan sih kak?,"

"Paan sih, paan sih! Udah setengah tujuh! Cepat mandi terus kita berangkat!,"

"Kemana?,"

"Amsterdam!,"

"Ok,"

Renna mulai berdiri dan berjalan menuju kamar mandi, walau sebenarnya ia sangat mengantuk. Ia mandi dan memakai seragam sekolah, lalu turun kebawah. Inginnya sih sarapan, namun dilarang oleh kakaknya karena 15 menit lagi gerbang akan ditutup.

"Ya trus gimana? Gue laper," keluh Renna

"Ambil tuh roti, makan di mobil. Ayo cepat berangkat,"

"Oke oke. Sabar napa,"

Setelah berpamitan, mereka berangkat ke sekolah. Untung saja hari ini jalanan lancar tanpa hambatan macet.

Renna segera memasuki kelasnya. Tak berapa lama kemudian, bel berbunyi dan guru Fisika memasuki kelas.

"Pagi anak anak,"

"Pagi bu,"

Mereka memulai pelajaran dengan tenang, dan berakhir dengan, semangat? Itu sering terjadi ketika mendengar bel istirahat. It's time to have first break

Brak!

"Erenna! Lo apain Anisa, HAH?!," bentak Andre dengan tak tahu malunya.

Renna menatap datar pasangan satu ini, yang tak pernah berhenti mengganggu ketenangannya. Ia bahkan sudah malas meladeni mereka.

"Lo budeg ya?! Jawab!,"

"Trus?," tanya Renna, membuat Andre sedikit bingung untuk menjawabnya.

"Trus jawaban apa yang lo inginkan? Gue jujur juga, lo gak bakalan percaya bukan? Hanya membuang waktu,"

"Lo--,"

"Wah, seru juga kelas lo Ren. Masa setiap lo masuk pasti ada aja ributnya," ucap seorang lelaki sambil berdecak kagum melihat kelas XI MIPA 2 itu.

"Siapa lo? Gak usah ikut campur urusan gue dengan Renna,"

"Wah, berani banget lo ngomong gitu sama Dion. Gak takut dipenggal?,"

Rafloza dan Drezka, yang telah bersatu menjadi satu kubu karena satu alasan.

Ralzka, nama baru dari mereka.
______________________________
Jan lupa vote

Bye

Tokoh Utama [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang