"Bereskan sisanya," ucap Renna pada seseorang di telepon.
Renna menatap datar pada tangannya yang berlumuran darah. Lalu beralih menatap mayat Sean yang berantakan. Bau amis darah tercium kuat di ruangan itu.
"Lo baik baik aja?," tanya Dira dengan nada khawatir.
Renna menyugar rambutnya kebelakang sambil melirik seseorang yang tengah berbicara padanya. Ia mengusap darah di pipinya menggunakan punggung tangannya.
"I'm fine," jawab Renna
"Mandi, gue anterin pulang," perintah Dira yang langsung diangguki Renna. Gadis itu berjalan ke arah kamar mandi dengan raut wajah sama seperti sebelumnya, datar.
Banyak sekali pertanyaan yang ingin Dira lontarkan ke gadis yang berstatus sahabatnya itu. Dia mendengar semuanya, tapi tidak terlalu jelas. Namun melihat sahabatnya yang hanya menampilkan raut wajah yang sama sedari tadi membuatnya mengurungkan niatnya dan fokus menyetir.
Huft, yang membuat Dira sedikit terkejut adalah raut wajah tak bersalah dari Renna. Oh, bahkan tidak menampilkan ketakutan atau reaksi lain. Seolah sudah terbiasa, Renna hanya datar tanpa ekspresi.
"Istirahat baik baik, besok gue suruh Dion jemput. Atau kalau lo pengen istirahat bakal gue mintain izin," ucap Dira penuh ketulusan.
Renna mengangguk pelan lalu masuk ke mansion milik keluarganya. Ia terus berjalan hingga tiba di kamarnya lalu duduk di meja belajarnya. Tangannya membuka dan menyalakan laptop, menunggu beberapa saat lalu jari jemarinya mulai menari diatas keyboard hitam itu.
"Cih, dasar pengecut," gumam Renna begitu melihat sebuah video dirinya yang sedang bermain tadi tersimpan di sebuah file milik seseorang. Tanpa babibu ia langsung menghapus video tersebut, termasuk salinannya.
●○●○●○
[Dira's POV]"Bawa yang lain pergi"
Aku yang mengerti maksudnya langsung mengangguk dan membawa pergi yang lain. Tak lupa aku juga menutup pintu dari luar dan menjaganya.
"Sejak kapan lo jadi psikopat, Henna?,"
Samar samar aku mendengar percakapan mereka. Dan apa? Henna? Aku gak salah denger kan? Siapa Henna??
"Shut up! Jangan banyak bicara dan cukup nikmati saja," itu suara Renna. Dan terdengar sangat lirih suara pisau yang menusuk sesuatu.
"Lo tahu? Gue udah bodo amat sama semua ini. Gue cuma mau nikmati kehidupan gue yang sekarang. Tapi bukan berarti kebencian gue sebagai Henna hilang begitu saja," Henna lagi. Kali ini gue denger jelas. Tapi siapa dia??
"Di dunia ini sudah tidak ada yang bernama Henna. Tapi kebenciannya masih ada. Paham!," Oh, Henna adalah orang yang sudah meninggal. Lalu apa hubungannya dengan Renna? Siapanya?
"Monster," Ketika aku mendengar kalimat itu, semua pemikiran aneh muncul dalam benakku. Apalagi tak terdengar suara lagi yang artinya Renna tengah berhenti melakukan aktivitasnya. Namun itu tak lama, hingga aku mendengar sesuatu yang mengejutkan.
"Gue emang monster. Monster yang bunuh kakak sendiri. And then why? Lo bakalan jadi korban selanjutnya," bunuh kakak? Tapi kak Zico masih hidup. Lalu siapa yang dimaksud?
"Dasar monster,"
Setelah itu terdengar suara tembakan. Itu tak lama. Lalu aku mulai mengintip dan melihat Renna yang tengah menguliti cowok tadi. Tidak terlihat sebuah ekspresi yang biasa ditunjukan seseorang ketika melihat mayat di depannya, aku hanya melihat raut wajah datar tanpa ekspresi darinya. Dan itu menakutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tokoh Utama [HIATUS]
Ficção AdolescenteTokoh figuran dari novel "my little princess" memiliki harta dan kekuasaan melebihi protagonis dan antagonis. Anak kedua dari pasangan CEO dan hakim itu adalah tipe mudah dihasut. Dia dengan mudah mengiyakan permintaan orang lain. "Gue minta uang do...