Chapter 19

2.4K 261 5
                                    

Renna mengerjap beberapa kali, pusingnya hilang berganti perutnya yang meminta makanan.

Ia melihat sekeliling, mendapati dirinya berada di UKS sekolahnya. Lalu tiba tiba pintu UKS bergeser menampakkan sesosok lelaki dengan tangan membawa kresek berisi sesuatu.

"Udah sadar lo? Lama banget," ucap lelaki itu.

"Yee, ya namanya juga tidur," jawab Renna santainya.

"Hah? Maksud?,"

"Gue kagak pingsan. Cuma tidur aja biar gak nglanjutin hukuman. Berhasil kan?,"

Ctak!

"Awss," ringis Renna begitu jidatnya disentil lelaki itu.

"Nyusahin," sarkas lelaki itu.

"Ya maaf,"

Lelaki itu, Dion memberikan kresek yang ia bawa tadi. Ia menyuruh gadis di depannya untuk segera menghabiskannya.

"Kok bubur?," protes Renna kecewa begitu melihat isinya adalah bubur dan susu.

"Makan dan habiskan. Jangan banyak protes," perintah Dion tak terbantahkan.

Renna mendengus kesal, ia akhirnya mengalah dan menghabiskan makanan dari lelaki di sampingnya itu. Tak lupa ia meneguk habis sebotol susu rasa coklat itu.

"Oke thanks," ucap Renna berterimakasih.

Deg..

Renna terpaku begitu tangan Dion terulur ke wajahnya, mengusap sudut bibirnya menggunakan salah satu jarinya lalu ia menjilatnya.

"Manis," ucap lelaki itu tanpa tahu jantung Renna sedang berdisko.

"Udah sana pergi lo! Gue mau lanjut bobok!," usir Renna dengan telinga masih memerah.

Dion menurut tanpa membantah. Bel juga sudah berbunyi, ia segera kembali masuk ke kelasnya, meninggalkan Renna yang masih memerah.

..

Kring...kring....

BRAAK!!

"Woi! Enak banget lo tiduran dari pagi!," protes Risa memasuki UKS.

"Ya enak lah," jawab Renna dengan muka pamernya.

"Jangan bahagia dulu, tadi gue diberitahu si Diana buat ngasih tahu lo tentang tugas bikin karya ilmiah. Minimal 13 lembar, harus dijilid, tema komitmen kebangsaan," ucap Dira

"Males bet sumpah,"

"Udah udah, yok balik! Nih tas lo," ucap Risa sambil melempar ransel Renna.

Mereka keluar dari UKS bersama menuju tempat parkir. Disana hanya tersisa beberapa mobil dan motor lalu 3 sepeda.

Senja sore hari menghiasi perjalanan Renna and friend. Warna jingga berpadu merah dengan angin sepoi sepoi membuat mereka tenang.

"Bye bye," ucap Renna sambil melambaikan tangannya.

Setelah mobil Dira tak terlihat, Renna segera memasuki mansion rumahnya.

Suara ramai terdengar begitu Renna memasuki ruang tamu. Eh, ada apa? Pikirnya aneh. Pasalnya rumah biasanya sepi jam jam ini, tapi tiba tiba ramai? Hmm...mencurigai.

Aduh jeng, anaknya tampan banget. Kok bisa sih?

Dari sananya kan mbak.

Tapi kok anakku agak beda ya? Sedangkan Yon ganteng banget.

"Yon? Sapa sih?," gumam Renna sambil terus menuju ruang makan.

Dilihatlah keluarganya sedang makan malam bersama teman mamanya. Tunggu, siapa itu? Kok asing? Eh ralat, kok gak asing??--pikir Renna bertanya tanya.

"Ma, Pa, Renna pulang," sapa Renna sambil menyalami kedua orang tuanya termasuk teman mamanya.

"Ayo duduk sayang. Ada temen mama dan anaknya. Kalian kenalan dulu," ucap sang mama.

"Duh, masalahnya...kita udah kenal," gumam Renna yang masih terdengar hingga telinga mamanya.

"Wah, seriously?," ucap mamanya dengan binar.

"Iya ma, dia temen aku di sekolah," jawab Renna sambil menengadahkan tangannya di depan laki laki itu, membuat peraga memperkenalkan.

Sedangkan orang itu, dia tersenyum tipis. Ia tak menyangka paksaan dari mamanya membuatnya bertemu dengan gadisnya. Tunggu, Nya?? Apakah Renna sudah menjadi miliknya? Haha, asal klaim aja lo.

Sesuai dugaan kalian, Dion adalah orangnya. Ia sedang terkekeh kecil menatap gadis berseragam di depannya yang malu malu harimau.

Tangannya sulit ia kontrol untuk tidak mengacak-ngacak rambut gadis di depannya. Namun ia harus benar benar menahan sikap tidak sopannya di depan mertuanya. Ralat-calon.

"Renna, kamu ganti baju dulu. Pakai yang sopan," ucap Geva.

"Oke ma," Renna segera pergi ke kamarnya untuk mandi sebentar dan berganti baju. Sebenarnya ia sedikit enggan karena hari ini kamis, dan artinya seragam itu besok tidak digunakan.

Sekitar 30 menit kemudian, Renna keluar dengan dress tertutup diatas lutut dengan rambut digerai dan sebagian di kepang membuat dirinya menjadi rapi dan bersih.

Masalahnya, ia menggunakan sendal jepit polos berlogo swallow. Sungguh tak selaras. Cocok buat foto setengah badan.

"Ya ampun sayang, kenapa kamu pakek sendal kayak gitu? Itu sendal apa? Dapat darimana?," tanya sang mama berturut turut.

"Mungut," ketus Renna.

Tanpa babibu lebih lanjut, Renna segera duduk di kursi kosong dan ikut meminum secangkit teh hambar itu. Rasanya sangat tidak enak dan aneh. Kayak makan rumput.

"Gini, jadi kami sudah bikin kesepakatan. Bahwa anak jeng Geva yaitu Renna sama anak saya, Dion akan di jodohkan. Keputusan sudah bulat. Jadi bagaimana?," ucap ibu Dion

"Uhuk--Uhuk," Renna tersedak mendengar pernyataan itu.

"Tunggu apa? Perjodohan?! Renna gak mau dan gak suka!," tolak Renna tegas. Ia memang paling tidak suka dengan perjodohan.

Sedangkan mereka semua sedikit kecewa, terlebih satu laki laki yang seumuran dengan gadis itu. Mereka tak menyangka bahwa Renna akan menolak dengan tegas.

"Kalo gitu pertunangan," ucap Zico

"Oke, no problem," jawab Renna dengan santainya.

What?! Gimana gimana? Perjodohan gak mau giliran pertunangan mau? Apa maksudnya??

"Jadi, kapan pertunangannya?," tanya Renna

"Minggu, sekalian weekend," jawab Satya.

"Sip," Renna kembali memakan kentang goreng didepannya.

Mereka hanya bisa geleng geleng kepala pelan melihat tingkah gadis cantik itu. Bahkan Dion, mencubit pahanya karena tak kuat menahan hasratnya untuk mencubit pipi Renna yang mengembung.

Tokoh Utama [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang