7

201 47 118
                                    

Sudah seminggu sejak kejadian itu.

Dihari liburnya, Sandra kini sedang menonton televisi di ruang tamu sembari menunggu kepulangan suaminya dari luar kota.

Riiiiing....!

Telepon rumah berdering. Wanita itu mengangkatnya, karna berpikir panggilan itu mungkin saja dari suaminya.

"Halo?"

"Halo, Apakah ini keluarga dari siswi yang bernama Aurora?"

Sandra mengernyit bingung. "Aurora?"

"Iya, buk. Apakah anda adalah ibu dari siswi yang bernama Aurora Livyana?" tanya penelepon itu.

Sandra diam berpikir sejenak. "Apa yang di maksud, si anak gak jelas itu kali ya?" batinnya. "A-ah iya... Saya Mama angkatnya, ada apa ya buk?"

"Begini buk, saya ini wali kelasnya Aurora. Saya ingin menanyakan tentang keadaan Aurora, buk. Kenapa dia tidak hadir selama beberapa hari tanpa memberi keterangan? Apakah telah terjadi sesuatu pada Aurora buk?"

"Ehm Au-Aurora lagi sa-kkit .. Maaf saya tidak sempat mengabari ke sekolah, buk." ucap Sandra, berusaha menahan gugup.

"Begitu ya, buk? Apakah Aurora sakit parah buk? .. Apa dia sedang berada di rumah sakit sekarang? Karna saya dan perwakilan dari teman sekelas Aurora berencana untuk menjenguk putri ibuk jika diperbolehkan,"

"Ah tidak perlu, buk. Dia hanya sakit biasa ... Aurora sekarang sedang berada di rumah dan sedang beristirahat. Keadaannya juga sudah membaik dan besok sudah akan kembali sekolah seperti biasa, buk."

"Oh, baiklah kalau begitu. Terimakasih dan tolong sampaikan salam saya buat Aurora ya, buk."

"Iya bu, baik, nanti akan saya sampaikan."

Tut tut..

Setelah percakapan usai, Sandra tiba-tiba terpikir bagaimana jika Rara mengadu pada suaminya nanti.

"Gawat ini kalo sampe mas Agra tau si anak pungut itu tidak pergi sekolah selama berhari-hari karna aku melarangnya!" monolog Sandra.

Wanita itu lantas bergegas mendatangi Rara yang berada di dalam kamarnya.

Tok Tok Tok Tok Tok!

"Heh anak gak jelas! Keluar kamu!"

Ceklek

Rara membuka pintu kamarnya.

"Sini kamu!" panggil Sandra.

Rara berjalan mendekat seraya menatap wajah Sandra dengan perasaan takut.

"Karna suami saya akan pulang sebentar lagi, kamu jangan coba-coba untuk mengadu, ya! Apalagi mengatakan soal kamu yang tidak saya izinkan pergi sekolah selama beberapa hari ini!" ia menyilangkan tangannya. "Kamu masih ingat kan apa akibatnya jika kamu berani mengadu?!" setelah merasa cukup untuk memperingati anak angkatnya itu, Sandra melengos dan pergi ke ruang tamu.

Rara hanya diam mendengar semua ancaman Sandra. Gadis itu berpikir, ia memang tidak ingin mengatakan apa-apa ataupun mengadu kepada Agra, karna merasa dia pantas diperlakukan seperti itu.

Jika dia diperlakukan layaknya tuan putri oleh Agra, maka dia juga harus bersiap untuk diperlakukan seperti pembantu oleh Sandra.

*
*
*

Agra akhirnya tiba dengan selamat di rumahnya dan disambut oleh Sandra yang sudah menunggunya sekitar setengah jam lamanya di ruang tamu.

"Kamu udah sampai, mas?" sambut Sandra disertai senyuman hangat yang juga di balas senyuman oleh Agra.

MAMA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang