19

119 15 1
                                    

"Papa sama Mama habis darimana?" Kinan langsung menanyai kedua orang tuanya yang barusaja masuk ke dalam rumah.

"Papa sama Mama tadi ada keperluan di kantor." jawab Agra.

"Papa sama Mama kan masih cuti?"

"Mama tadi nemenin Papa, karna Papa ada urusan mendadak tadi." timpal Sandra segera, tidak ingin putrinya curiga.

Kinan menganggukkan kepalanya sekilas.

"Ma. Malam ini Mama tidur bareng Kinan ya?" rayunya sambil mengkedipkan-kedipkan matanya dengan cepat dan tersenyum lebar.

"Dih udah gede juga," ceplos Dion yang sedari tadi duduk di sofa.

"Sewot aja lo!"

"Iya, nanti Mama temenin kamu." Sandra menyetujui.

"Yeay!" antusias Kinan. Ia berlari memeluk Sandra, layaknya anak kecil yang habis diberikan uang jajan.

"Manja banget, gak malu apa sama Ra-" Dion langsung menghentikan ucapannya. Hampir saja ia keceplosan. Agra dan Sandra langsung melirik ke arahnya dengan tatapan memperingati.

"Ra apa? Ra siapa?" tanya Kinan penasaran.

"Ra....mbut lo tuh udah mulai ubanan," kilah Dion, mencoba tenang.

Kinan lantas memeriksa rambut panjangnya. Lalu melirik Sandra dan Agra bergantian. "Emang iya ma, pa?"

"Enggak kok sayang. Kamu tau sendiri kan Dion itu memang suka bercanda," sanggah Sandra, sembari merapikan rambut Kinan.

Kinan mendengus kesal melirik ke arah Dion yang sedang duduk santai, "ih resek lo!" kemudian mengambil bantal sofa lalu menghantamkannya pada saudara kembarnya itu berulang kali.

"Sudah-sudah kalian jangan bertengkar. Papa dan Mama mau ke atas dulu ya," dua saudara kembar itu tidak menggubris ucapan Agra dan malah semakin asik bergelut.

Juan yang baru masuk ke dalam rumah sepulang dari sekolah, tiba-tiba saja dihantam dengan lemparan bantal oleh dua kakak kembarnya.

Ia diam selama beberapa detik, kemudian mengambil bantal-bantal yang berada di lantai lalu melemparkannya kembali ke 2 orang yang berada di sofa.

"Akh.." satu bantal mendarat tepat mengenai Kinan. "Kamu udah mulai nakal yaa," ujar Kinan pada Juan seraya mengambil bantal tadi lalu dilemparkan ke Dion. Dion mengambil bantal itu dan melemparkannya ke Juan lagi.

Mereka bertiga lanjut bergelut saling melempar bantal satu sama lain sambil saling menertawakan.

-----

"Ada apa sih ribut-ribut di bawah?" Aji penasaran mendengar keributan yang sedang terjadi di lantai bawah.

Anak tertua Agra itu kemudian keluar dari kamarnya untuk memeriksa.

"Yaelah ternyata bocil-bocil lagi pada gelut, kirain apaan. Udah ah mending gue lanjutin nugas." Aji berjalan kembali ke kamarnya setelah memeriksa dari atas tangga.

Ceklek

Laki-laki itu barusaja masuk ke dalam kamarnya, kemudian mendapati keadaan yang tadinya heboh tiba- tiba saja menjadi hening. "Loh, kok udah diem. Perasaan tadi heboh banget tuh bocil-bocil." ia mengernyit heran sambil berkacak pinggang.

---

"Lo kenapa Kin?"

"Kakak kenapa?"

Juan dan Dion cemas setelah melihat Kinan yang tiba-tiba saja terduduk di lantai sambil memegangi kepalanya.

"Sakkiit--" napas gadis itu tersenggal-senggal.

"Panggil Papa wan!" perintah Dion.

Juan bergegas berlari menuju kamar Agra dan Sandra untuk memanggil mereka.

MAMA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang