11

200 45 52
                                    


Selamat membaca ♥

*

*

*

Keesokan paginya Agra dan anak-anaknya sudah berkumpul di meja makan. Terkecuali Rara yang masih belum memunculkan dirinya.

Suasana di meja makan terasa sangat hening dan dingin. Mereka sarapan tanpa ada berbicara ataupun saling menyapa sedikit pun.

"Anak-anak, papa lupa memberitahu kalian bahwa hari ini sampai beberapa hari kedepan, papa akan berangkat tugas ke luar negeri." tutur Agra mengusir keheningan. "Papa harap kalian tetap berperilaku baik selama papa dan mama pergi bertugas." lanjutnya.

Rara yang sudah terlihat rapi dengan pakaian sekolahnya, muncul sambil berjalan pelan mengarah ke luar begitu saja. Tanpa menoleh ke arah meja maka yang tentu saja hal itu menarik perhatian anggota keluarga Agra. Pandangan mereka semua kini tertuju pada gadis itu.

"Rara?" panggil Agra, membuat langkah Rara terhenti. "Kamu mau pergi sekolah? Sini sarapan dulu, nanti biar papa yang mengantarkan kamu dan Juan ke sekolah." sambungnya.

Rara hanya menoleh sebentar dengan wajahnya yang nampak pucat, mata sembab, lingkar hitam di mata serta tatapan sayunya. Agra lantas menghampiri Rara karna merasa khawatir saat melihat kondisi gadis itu.

"Kenapa kamu pucat sekali?" Agra menyentuh pipi kanan Rara dengan punggung tangannya.

"Kamu panas sekali, Ra. Kamu tidak usah pergi sekolah hari ini. Ayo ikut papa, kita pergi berobat."

Rara menggelengkan kepalanya, menolak ajakan Agra.

"Tapi kamu demam dan sepertinya kamu juga tidak tidur semalaman. Kamu harus berobat, atau kamu istirahat saja di rumah, ya?"

Agra memanggil Reni untuk membawa Rara beristirahat di kamarnya.

"Reni, tolong bawa Rara ke kamarnya untuk beristirahat." perintah Agra.

Reni memanggut. "Baik, Tuan."

"Saya titip anak-anak, selama saya dan istri saya pergi bertugas ya, Reni."

"Siap, Tuan." Reni memapah Rara menuju kamarnya.

"Juan, ayo kita berangkat sebelum kamu terlambat." beritahu Agra pada putra bungsunya.

"Enggak. Hari ini Juan mau bareng bang Aji." Aji, Dion dan Juan berdiri dari kursi dan berjalan keluar dari rumah melewati Agra tanpa mengucap sepatah kata pun.

*

*

*

Seminggu sudah berlalu.

Rara masih tidak menampakkan dirinya selama sakit dan hanya berkurung di dalam kamarnya. Reni selalu mengantarkan makanan, minuman, buah, serta obat ke kamar Rara, walau gadis itu jarang menyentuh benda-benda itu dan harus selalu dipaksa oleh Reni untuk meminum obat demi kesehatannya.

Rara benar-benar terlihat lusuh dan nampak semakin kurus. Pandangannya kosong. Nampak seperti orang yang memiliki raga, tetapi tidak memiliki nyawa.

Agra masih belum kembali dari pekerjaan bisnisnya di luar negeri. Sementara itu, Aji, Dion dan Juan kini sibuk dengan urusan mereka masing-masing sambil menunggu kepulangan Sandra dari luar kota.

Ting-nong!

Aji, Dion dan Juan yang sedang duduk bersama dengan kesibukan mereka masing-masing di ruang tamu, sontak saling melirik satu sama lain saat mendengar suara bel rumah yang berbunyi.

MAMA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang