21

120 15 0
                                    

Pagi yang cerah dengan cuaca yang sejuk. Kinan bersama sang Mama saat ini sedang berjalan-jalan di taman Rumah Sakit tanpa menggunakan kursi roda.

"Sayang ayo istirahat dulu. Kamu gak capek udah jalan dari tadi?" ajak Sandra.

Kinan langsung menduduki kursi yang tersedia di taman, "iya ma, ayo mama juga duduk sini," gadis itu menepuk-nepuk tempat disampingnya. Sandra kemudian ikut menduduki kursi di samping putrinya.

Saat Sandra tanpa sengaja menoleh ke arah kanan, ternyata ada Rara yang juga sedang berada di taman bersama Perawat dan hendak berjalan melewati mereka.

Wajah Sandra lantas nampak sedikit panik, berharap Perawat tersebut tidak menyapa dirinya karna Perawat itu pasti sudah mengenalinya.

"Ehm, sayang ayo kita kembali ke ruangan kamu," ajak Sandra pada Kinan.

"Kinan masih mau disini, ma. Kalo Mama capek, Mama balik duluan aja, Kinan gak papa kok." kata Kinan.

Perawat yang sedang mendorong Rara di kursi roda sudah mulai dekat. Perawat itu ternyata mengenali Sandra. "Buk Sandra?" sapa Perawat.

Rara menegapkan posisi duduknya antusias, tampak bola mata coklat kehitaman miliknya membulat seketika saat Perawat menyebut nama Sandra. "Mama?"

Kinan sontak melirik heran terhadap Rara. "Mama?" batinnya, lalu melirik ke arah Sandra.

Sandra tertegun dan mulai terlihat panik. "Euhm-"

"Adik ini anak ibuk? Berarti kakaknya Rara ya?" tunjuk perawat itu pada Kinan. Membuat Kinan mengerutkan kening, bingung.

"Kakak? Rara?"  batin Kinan.

"Dih udah gede masih manja, gak malu apa sama Ra-"

"Aku mau ke ruangan Rara dulu,"

"Silahkan. Kinan biar aku yang jaga."

Kinan tiba-tiba teringat dengan ucapan-ucapan yang membuatnya ambigu dan merasa ada sesuatu yang sengaja disembunyikan darinya.

"K-kak Kinan?" sebut Rara karna ia tahu yang dimaksud Perawat itu pasti Kinan.

"Ma, siapa dia?"

"Adik ini tidak mengenali Rara?" Perawat tampak bingung.

"Em s-sayang, dia itu Rara. Rara itu adik angkat kamu," jelas Sandra.

Kinan terperangah. "Hah? ... Adik angkat?" setelah itu ia memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa sakit.

Sandra panik. "Sayang, Kinan kamu kenapa sayang?" ia memeriksa keadaan putrinya.

Sandra memanggil beberapa Perawat untuk membopong Kinan masuk ke dalam ruangan kamar rawatnya.

***

"Pa, gimana keadaan kak Kinan?" Rara bertanya pada Agra yang sekarang sedang berada di ruangannya.

"Kinan hanya butuh istirahat lebih karna daya tahan tubuhnya begitu lemah," jawab Agra.

"Ini semua salah Rara. Harusnya tadi Rara gak pergi ke taman,"

"Rara gak mau bikin kondisi kak Kinan semakin memburuk,"

"Pa, tolong antarkan Rara pulang ke rumah ayah Hernan." pinta Rara.

Agra sontak menatap dalam wajah Rara. "Tidak. Papa tidak akan pernah membiarkan kamu tinggal bersama Hernan lagi."

"Tidak mungkin ada orangtua yang tega membiarkan anaknya hidup dengan penderitaan." lanjut Agra.

MAMA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang