17

120 16 0
                                    

Selamat membaca♥

*

*

*

Sandra berlari ke toilet Rumah Sakit. Kebetulan sekali saat wanita itu masuk, tidak ada orang sama sekali di dalam toilet. Ia kemudian menangis sejadi-jadinya di sana. Menyelurukan seluruh perasaannya yang semakin hancur setelah mengetahui putri satu-satunya kini sedang menderita penyakit berbahaya yang mungkin bisa merenggut nyawa Kinan kapan saja.

"Kinaa—ann.." sebutnya terisak.

"Mama gak mau dan mama gak akan siap jika harus kehilangan kamu."

"Sampai kapan pun mama gak akan siap."

Perasaan Sandra semakin hancur. Perasaan ibu mana yang tak hancur saat mengetahui anak yang ia besarkan dengan penuh kasih sayang selama ini, harus mengalami suatu penyakit mematikan.

Terlebih lagi Kinan adalah anak kandung perempuan satu-satunya, yang ia lahirkan dari rahimnya sendiri.

-----

"Mama pergi kemana sih? Kok lama banget." gumam Kinan sambil menanti kemunculan sang mama.

"Pa. Kinan mau pulang." gadis itu memasang wajah cemberutnya.

"Nanti kita pulang. Tapi kamu harus sembuh dulu!" ujar Agra yang kini duduk di sofa, menemani purtinya.

"Besok Kinan mau balik kuliah. Udah lama banget Kinan nggak hadir."

"Kamu kan masih sakit, nak."

"Enggak kok. Kinan udah ngerasa baik, badan Kinan udah gak sakit-sakit lagi, demam Kinan juga udah hilang." celotehnya.

Setetes darah pekat tiba-tiba megalir dari hidung Kinan. Ia langsung mendudukkan dirinya dan mengambil beberapa tisu untuk disumpalkan ke dalam hidungnya.

Agra yang tampak panik langsung menghampiri anak gadisnya. "Kinan.. Nak, kamu tidak papa kan?" ia memposisikan satu tangannya di punggung Kinan, lalu mengusapinya. "Ada yang sakit?"

Kinan memegangi kepalanya. "Kepala aku sakit pah." sesekali ia memicing kuat matanya. Menahan rasa sakit yang menjalar dari kepala hingga ke seluruh sendi tubuhnya.

Agra memijiti kepala Kinan untuk menenangkannya, tapi tidak lama gadis itu ambruk dan dengan sigap Agra menangkap tubuh putrinya ke pelukannya.

Agra menidurkan tubuh Kinan di brankar. Setelah itu berlari keluar untuk memanggil Dokter.

*

*

*

Aji menghampiri Rara yang sudah tidur pukul 21:50 malam ini.

"Hari ini kamu udah gak histeris lagi, udah gak nangis-nangis lagi ... Seharian ini kamu cuma diam. Kamu gak ngerespon apa-apa. Tatapan kamu datar .. Padahal abang tau, kamu pasti ngerasa kesakitan banget, kan? ... Kamu pasti nahan semua rasa sakit kamu kan?"

"Kamu itu benar-benar kuat, Ra."

"Seandainya kamu tau, kalo abang ada di sisimu. Begitu juga Mama, Papa, Dion, Juan. Mereka juga sayang sama kamu."

"Bertahan terus ya, Ra ... Abang pengen kita foto keluarga lagi dengan formasi yang lengkap, ada Mama sama Kinan. Kita jadi bertujuh sekarang. Terus nanti kita pakai warna pakaian yang sama."

"Mungkin itu akan terjadi beberapa bulan lagi .. Abang gak sabar buat nantiin hari itu tiba."

Aji kemudian merebahkan tubuhnya di sofa. "Huaahh, abang ngantuk Ra." ia memejamkan mata dan akhirnya tertidur.

MAMA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang