24

188 18 4
                                    

Ps : siapin tisu

***

"Hiks... Hiks..."

"Siapa yang nangis malam malam begini?" Kinan menuruni brankarnya kemudian berjalan ke luar dari ruangannya.

"Hiks... Hiks..."

Kinan benar-benar merasa penasaran dengan suara orang menangis itu. Gadis itu terus berjalan menuju asal suara itu.

Hingga ia masuk ke dalam suatu ruangan yang tampak tamaram di dalamnya.

"Hiks..."

Kinan semakin dibuat penasaran mendengar suara perempuan yang sedang menangis sendu itu.

Di dalan kamar itu, ia samar-samar melihat seorang perempuan yang tengah duduk membelakangi dirinya pinggir brankar.

"Hiks.. Hiks..."

"Permisi?" ucap Kinan.

Perempuan itu berhenti menangis, saat mendengar suara Kinan.

"Maaf saya lancang .. Apa anda butuh sesuatu? Maksud saya, kenapa anda menangis?" tanya Kinan memastikan.

"Maaf...." lirih perempuan itu.

Kinan mengernyit. "Maaf?"

"Maaf kak.. Maafin aku kak..." ucap perempuan itu parau.

Kinan semakin dibuat bingung dengan apa maksud dari ucapan perempuan itu. "Apa maksud anda?"

Perempuan itu turun dari brankar, lalu berbalik arah menghadap Kinan. "Kak .." sebutnya.

Kinan terlonjak kaget. "Elo?"

Tubuh Kinan kaku seketika melihat perempuan di hadapannya menangis dengan air mata berwarna merah seperti darah. Namun entah apa yang terjadi pada kakinya, terasa berat untuk melangkah, membuat dirinya kesulitan bergerak apalagi untuk melarikan diri. Kinan benar-benar merasa takut dan merinding.

Perempuan itu adalah Rara. Ia berjalan mendekati Kinan. Detak jantung Kinan semakin memacu melihat Rara sudah berada di depannya.

Tangisan Rara semakin terdengar sendu. Dan hal itu mengundang atensi Kinan untuk menatapnya.

Dengan memberanikan diri, Kinan pun memandangi Rara yang sedang menangis pilu itu. Tangisan yang benar-benar terdengar menyakitkan. Tangisan yang membuat siapapun yang mendengarnya seperti turut merasakan keperihan itu.

Ketika Kinan sedang memandangi Rara, Rara yang tadinya tampak pucat dan berantakan serta menangis dengan air mata darah, kini perlahan berubah dengan penampilan yang cantik. Tidak ada lagi air mata darah yang mengalir di pipinya.

Entah apa yang Kinan rasakan. Ia seperti ingin sekali mengusap pipi Rara yang sudah dibasahi oleh air mata.

Rara menatap Kinan. "Kak Kinan..."

"Kinan, bangun sayang!" ucap Sandra yang sudah kepalang panik melihat tubuh Kinan yang bergetar karna mengalami mimpi buruk.

Kinan terbangun. Peluh keringat sudah bercucuran dari kepalanya.

"Kamu kenapa sayang?" tanya Sandra risau.

"Mama..." Kinan langsung memeluk Sandra dengan bergetar.

"Tenang, sayang. Ada mama di sini.." Sandra membelai lembut kepala putrinya.

"Sekarang kamu tidur lagi ya," saran Sandra.

Sandra membantu membaringkan tubuh putrinya. Ia turut tidur di samping Kinan, sambil memeluk hangat tubuh gadis itu.

MAMA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang