"M-maaf yah, tapi Rara gak punya uang, tempat kerja Rara udah bangkrut dan gaji Rara juga dipotong buat ganti uang yang pernah Rara pinjam dulu,"
"D-dan Rara juga belum dapat k-kerjaan baru, ayah.." Jelas gadis itu dengan nada gemetar saat Hernan ayahnya meminta uang lagi padannya.
Hernan melototkan matanya. "Apa?!! gue ga mau tau lo kerja atau enggak, dan gue gak peduli mau lo dapet duit darimana pokoknya kalo besok lo gak ngasih gue duit, siap-siap aja lo bakal gue jual ke Tedi! Terus gue bakalan punya banyak duit. HAHAHA.." ancam Hernan lalu tertawa menyeringai.
Segenang air langsung menumpuk di pelupuk mata gadis itu. "Jangan yah. . . Rara mo-hooonn. . . jangan jual Ra-raa. . ." pintanya terisak.
"Minggir lo!" Bentak Hernan lalu mendorong tubuh Rara dan pergi begitu saja tanpa menghiraukan isak tangis gadis itu.
"Aku harus gimana ya?"
"Gimana caranya aku bisa dapetin uang?"
"Aku takut besok ayah beneran nyerahin aku ke om Tedi." Rara sangat takut jika ayahnya benar-benar menjualnya pada Tedi sipemilik toko miras kaya raya untuk dijadikan istri ke-tiganya.
Gadis malang itu hanya bisa menangis dalam diam saat membayangkan kehidupannya yang penuh dengan cobaan. Diusianya yang masih belia yang seharusnya menjalani kehidupan seperti remaja pada umumnya, masa-masa belajar dan bermain bersama teman-temannya. Namun apalah daya, nasib baik masih belum memihak kepadanya dan mungkin ia takkan pernah merasakan hal menyenangkan di sepanjang hidupnya.
Gadis cantik dan lugu ini bahkan tidak pernah merasakan hangatnya pelukan penenang dari seorang ibu, karna ibunya meninggal hanya beberapa saat setelah melahirkan dirinya. Ia juga tak pernah mendapat perhatian dan kasih sayang dari Hernan ayahnya.
"Bundaa, Rara bingung..."
"Rara harus gimana ya?"
"Rara masih pengen sekolah dan sebentar lagi Rara akan masuk SMA berkat beasiswa dari sekolah. Sayangnya sekolah Rara cukup jauh dan akan membutuhkan banyak biaya buat ongkos sekolah dan pulang sekolah nantinya." ia mencoba menghela nafas yang menyesak di dadanya.
Gadis itu sudah terbiasa berbicara sendiri, seolah sedang berbicara dengan ibunya, karna ia merasa ibunya ada bersamanya dan selalu menemaninya. Hanya saja ia tak dapat melihat, mendengar bahkan menyentuhnya sekalipun.
"Rara akan coba cari kerja lagi besok. Semoga aja Rara segera dapat pekerjaan, supaya Rara bisa gunain uangnya buat ongkos sekolah dan juga buat biaya kehidupan Rara." tuturnya sambil menghapus air matanya lalu berjalan menuju kamarnya mencoba untuk tidur lebih awal.
***
Di pagi yang cerah Rara sudah bersiap untuk mencari pekerjaan demi membiayai kehidupannya. Karna Hernan bekerja hanya untuk keperluan dirinya sendiri dan menghabiskan uangnya untuk bersenang-senang.
Sejak kecil Rara sudah berusaha mencari uang sendiri sepulang sekolah dengan membantu tetangganya berjualan keliling, lalu diberi upah makan dan uang jajan yang ia gunakan untuk keperluan sekolahnya. Tidak jarang pula Hernan meminta uang pada gadis itu jika lelaki itu kehabisan uang akibat kalah berjudi.
Hanya tersisa beberapa hari saja sebelum masuk ke sekolah barunya. Rara tidak kunjung juga mendapatkan pekerjaan. Gadis itu bimbang karna hanya tersisa sedikit uang yang ia simpan dan tentu tidak cukup untuk ongkos pulang dan pergi ke sekolahnya. Gadis itu juga selalu ditolak saat mencari pekerjaan dengan alasan tidak bisa memperkerjakan anak yang masih dibawah umur, dan juga berbagai alasan lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAMA || END
Fanfic⚠️TW⚠️ Cerita ini mengandung unsur : violence, bullying, suicide attempts, illness, depression, bloody incidents. "Jangan panggil saya mama!" "Saya bukan mama kamu!" Cerita ini berkisah tentang seorang anak perempuan yang ingin memeluk dan dipeluk...