ERY HILANG?

36 29 0
                                    

HAPPY READING

"huh ini sangat melelahkan, tapi dimana Ery?" Taku mulai menyadari Ery tak ada bersamanya.

"Hmm...Dia pasti bersembunyi" Tebaknya.

Pria itu langsung pergi kesana-kemari mencari gadisnya, hampir setiap penjuru taman ia telusuri tapi hasilnya ia tak menemukan gadis itu. Rasa khawatir mulai tumbuh dibenak pria itu,akhirnya Taku segera menemui teman-temannya.

"Taku? Ada apa?" Tanya Delia yang menyadari keberadaan Taku dihadapan mereka sekalian memberi kode pada pria yang saat ini memegangi kakinya. Arga langsung bangkit dengan sedikit gugup, sebenarnya Taku ingin tertawa melihatnya namun kekhawatirannya pada Ery berhasil mengalahkan semua hal. Ery yang berhasil membuatnya mengenal akan hal cinta,dan ia tak mungkin harus membiarkan gadis itu pergi begitu saja.

"Ery, kalian tak bersamanya?" Panik Taku. Spontan kedua orang dihadapan Taku terperinjat kaget. "Apa? Ery hilang?" Kaget keduanya.

***

Dibalik itu Ery baru saja sampai kekediaman Sena dan Rega, Sena langsung membawanya menelusuri lorong yang lumayan gelap dan panjang. Ery sudah tak tahan ingin segera melihat orang yang telah membuatnya membenci akan hal cinta itu pergi untuk selama-lamanya. Rega juga adalah orang pertama yang terukir dihati Ery, dan hari ini ia harus melihat orang itu pergi? Selama-lamanya? Cukup mengesankan.

Lama mereka berjalan tanpa ada seorangpun yang berniat untuk mengawali pembicaraan. Sampai akhirnya mereka sampai tepat didepan pitu yang super besar dengan dua pintu itu.

"Dia ada didalam" Ucap Sena.

Ery tersenyum getir, memang menyakitkan harus melihat jasad seseorang yang selama ini Ery cintai. Rasa sakit memang ada namun ia segera menepis pikiran itu keras-keras. Toh, dia akan segera terbebas dari orang yang selalu mengganggu mimpinya. Perihal Roy yang berhasil membuat Ery menderita atas kepergiannya ditambah ibu dan adiknya yang telah membencinya bahkan mereka tak mencari Ery sama sekali. Ery akui kesalah fahaman mereka sangat fatal, tapi apa yang ia bisa lakukan? Ia hanya bisa melupakan semua dan membuka lembar hidup yang baru.

Tangan Sena bergerak meraih kenop pintu dan mendorong pintu perlahan menghasilkan suara decitan dari engsel pintu karena pintu itu terlihat sangat using. Kaki mereka mulai melangkah memasuki ruangan bercahaya remang itu, Ery mengedarkan pandangannya berusaha melihat apa isi ruangan itu. Namun ia agak kesulitan karena cahaya disana hanya dari pentilasi, itupun kecil.

Saat itu Ery tak menyadari bahwa Sena sudah tak bersama dirinya. Langkah Ery terhenti kala melihat bayangan seorang pria gagah menghampirinya, rasa takut mulai bergelayut di benaknya. Ery menoleh kesana-kemari, sekarang ia sadar Sena tak bersamanya. Mata Ery kembali memerhatikan orang itu berusaha mengenali siapa orang itu.

"Ery" Ucap pria itu. Pelan. Sangat pelan. Tapi itu berhasil menusuk gendang telinga Ery. Matanya langsung membulat sempurna, rasa panas mulai menjalar dimatanya. Dadanya mulai berguncang ketakutan. Suara langkah itu terhenti kala ia sudah sampai tepat dihadapan Ery. Tangan Ery meremas pinggir bajunya rasanya ia ingin menangis namun ia memilih menahan.

"Re-Rega" Lirih Ery pelan.

Benar, Sena menipunya. Rega belum mati, ia tak menduga hal ini. Pria itu masih berdiri mematung dihadapan Ery. Kedua tangannya meraih kedua tangan Ery, terasa olehnya Ery begitu bergetar hebat.

"Jangan takut!" Bisik Rega.

Ery menggelang keras berusaha meyakinkan dirinya bahwa dia sedang bermimpi, namun itu sia-sia. Semua yang ia rasakan begitu nyata. Ery menarik tangannya kasar.

"Tidak!" Tolak Eri parau, bibirnya bergetar menahan tangis agar tidak membeludak. Ia tak ingin terlihat lemah didepan pria bajingan itu. Tapi pria itu tak mau menyerah ia kembali meraih tangan gadis dihadapannya.

"Ery...aku mohon maafkan aku...aku sangat menyesal" Sesal Rega penuh keyakinan. Ery menggeleng keras dan menarik tangannya kembali.

"Bajingan tetaplah bajingan!" Sarkas Ery penuh penekanan, perasaannya tak karuan seluruh kebenciannya terluap.

Rega kembali meraih kedua tangan gadis dihadapannya.

"Ery—"

"TIDAK!!" Teriak Ery menarik tangannya. Kini maniknya beredar kesana-kemari mencari wanita yang sudah menghianatinya, dan akhirnya Ery menemukan wanita itu ia baru saja tiba di samping Rega.

Rega tetaplah Rega, pria yang selalu memaksakan keinginannya. Ia kembali meraih kedua tangan Ery namun gadis itu kembali berteriak menolak sambil menarik tangannya. Lama-lama Rega naik pitam karenanya, ia menatap tajam gadis dihadapannya yang masih terisak manahan rasa takut. Namun ia berusaha meredamnya.

"Ery—"

"TIDAK!!" Ery langsung menyerang pria dihadapannya. Tanpa basa-basi gadis itu menyerang Rega tanpa ampun meski dengan tangan kosong. Dengan terpaksa Rega membalas serangan Ery, namun ia melarang Sena untuk membantunya. Yang pasti ia tak mau gadisnya terluka. Rega terfokus pada penyerangan Ery.

Kemarahan Ery masih menetap, bahkan tanpa henti ia menyerang pria itu. Namun ada perasaan mengganjal dibenaknya. Rega sama sekali tak membalas serangan Ery.

"Kenapa? Kenapa kau begitu bajingan? HAH?" Tanya Ery di sela sela pertarungannya.

"Ery, aku mohon, percayalah! Aku benar-benar menyesal!" Mohon Rega tetap menangkis penyerangan Ery.

Ery terdiam menghentikan penyerangannya. Nafasnya tersenggal-senggal. Maniknya menatap tajam pada manik penyesalan milik Rega. Matanya memburam, air mata mulai mengalir dari mata indah Ery. Rega masih menatap khawatir pada gadis di hadapannya.

"Ayolah, ikut bersamaku!" Pinta Rega kembali meraih kedua tangan Ery, namun dengan cepat Ery menarik kembali tangannya.

"JANGAN SENTUH AKU!" Teriak Ery.

"ERY!!" Akhirnya amarah Rega terluap dan mendorong keras gadis dihadapannya. Waktu terasa melambat, Ery menutup matanya menungggu tubuhnya terjerembab keras pada dinding. Namun...

Dekh!

Ery kembali membuka mata setelah merasakan benda hangat menangkapnya. Ery mendonga memastikan siapa yang saat itu tengan mendekapnya.

"Ta-Taku" Ucapnya pelan.

Taku menunduk mendapati wajah lesu Ery dengan mata yang sembab karena menangis ia masih merasakan betapa bergetarnya tubuh Ery saat ini.

"Dia bukanlah bonekamu yang seenaknya kau lempar, Rega" Desis Taku penuh amarah dan  membiarkan Ery berdiri dibelakangnya.

"Diamlah Taku! Ini bukan urusanmu" Tukas Rega.

"Pecundang mana yang ingin berurusan dengan ku? Hanya kau Rega" Balas Taku. Mendengarnya Rega langsung naik pitam, kedua tangannya mengepal erat.

"DIAM! KEMBALIKAN ERY PADAKU!" Teriak Rega mulai kesal. Mendengarnya Taku langsung tersenyum tipis.

"Tidak! Ery hanya milikku" Tolak Taku.

"ARGHH!KEMBALIKAN ERY!!!" Teriak Rega yang langsung menyerang Taku. Delia dan Arga yang melihatnya langsung ikut menyerang.

Setelah lama bertarung, Rega yang merasa lelah hanya bisa diam menatap Taku yang mulai mendekatinya.

"Ini adalah akhir dari hidupmu tuan" Ucap Taku seolah mengucapkan salam perpisahan. Tangannya bergerak meninju Rega yang begitu lemah.

"TIDAK TAKU!" Teriak Ery yang berlari menghalangi tinjuan Taku pada Rega.

Bugh!

"ERY!" Teriak Taku saat Ery terpental oleh pukulannya. Ia langsung berlari menghampiri gadis itu diikuti oleh Delia dan Arga. Sedangkan Rega dan Sena langsung melarikan diri.

Ery yang sudah tak sadarkan diri langsung di bawa pulang dan mengobati luka Ery.

Tbc.
Galfi-Chan
Revisi || Tasikmalaya || 5 Agustus 2024

Info :
Ig : cerita.kita2024_
Tiktok : cerita.kita2024

EYES COMUNITY [ END-REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang