Menangkap Dia

40 32 0
                                    

HAPPY READING!

Berlari, melompat, dan menerobos setiap ranting. Itu yang sekarang Ery dan Taku lakukan. Mengejar mangsa seperti Rega memanglah sangat merepotkan.
      
"Ery, pergilah ke Selatan! Aku akan ke Barat" Titah Taku.
      
Ery mengangguk setuju lalu berlari sejauh mungkin mencari orang yang telah merenggut segalanya dari dalam hidupnya.
      
"Dasar pecundang" Gumam Ery menghentikan larinya dan melihat kesekeliling. Ia melihat betapa rimbunnya hutan itu oleh pepohonan yang menjulang tinggi.
      
"Tunggulah malaikat mautmu Rega" Lanjutnya sambil menajamkan pandangannya kesekitarnya.
      
Tangannya bergerak meraba pistol di pinggangnya. Suhu yang begitu dingin sangat menyengat pori-pori tubuhnya, tapi ia tak mengeluh. Menghabisi Tega adalah misinya saat ini.
      
"Rega! Keluarlah!" Teriak Ery menyiagakan pandangannya kesekeliling hutan.
      
Gadis itu terkejut kala mendengar suara tawa yang menggema diantara pepohonan yang hampir tertutup salju itu.
      
Ery mendonga, mencari Rega diatas pohon. Tangannya mulai mengeluarkan pistonya dari sangkarnya dan menggenggam dengan erat.
      
"Keluarlah! Dasar pecundang!" Titah Ery.
      
"Diamlah! Aku bahkan membiarkanmu pergi, jika kau tak mau mati ditanganku" Ucapan itu membuat Ery semakin siaga.
      
SYUT
             
JEB
      
Rega melempar belatinya kearah Ery. Beruntung gadis itu bisa menghindar membuat belati itu menusuk batang pohon.
      
"Dasar payah" Gumam Ery merutuki dirinya sendiri karena tak mampu memprediksi keberadaan Rega.

***

"Sebenarnya dia ingin lari kemana?" Heran Arga terus memperhatikan pergerakan Sena yang terus berlari tanpa arah.
      
"Entahlah, sepertinya dia tau keberadaan kita" Ucap Delia yang juga tengah fokus pada pergerakan Sena.
      
Arga mencari bidikan yang tepat untuk Sena, karena tak ingin berlama-lama mengejar wanita jalang itu.
      
"Bidiklah dengan benar!" Titah Delia.
      
"Aku tau itu dasar cerewet!" Gerutu Arga.
      
Byurrr...
      
"Apa? Dia berenang? Yang benar saja?" Kaget Arga langsung menurunkan tembakannya. Benar, Sena melompat kedalam sungai. Sungguh wanita malang, rela demi terhindar dari para singa itu.
      
"Menyebalkan!" Gerutu Delia yang kehilangan jejak dari alat pelacak minizetnya.
             
Dorr
      
Dorr
             
Doarrr
      
Arga langsung menembak bertubi-tubi kesungai itu. Setelah melihat air kemerahan ia yakin wanita itu sudah tiada. Mereka segera putar balik pesawat mereka, karena yang termahal adalah Rega Elbarack.
      
"Apa dia benar-benar mati?" Tanya Delia masih kurang yakin.
      
"Jangan meremehkan kemampuanku!" Angkuh Arga yang membuat Delia berdecih sebal.
      
"Sebaiknya kita susul Taku dan Ery" Titah Arga.

***
      
"Dimana Ery? Apa dia sudah menemukan Rega?" Pikir Taku masih belum memdapat kabar dari gadis itu. Apa lagi ditempat Taku saat ini tak ada tanda-tanda keberadaan Rega.
      
Taku terus menelusuri hutan sebelah selatan mengikuti jejak kaki yanh terlihat samar diatas tumoukan salju itu.

***

Brakk

      
Ery tersentak kala tiba-tiba melompat dari atas pohon kehadapannya. Gadis itu sedikit termundur menciptakan jarak antara mereka.
      
"Ada apa? Terkejut?" Tanya Rega meremehkan. Mendengarnya, Ery hanya tersenyum angkuh membuat pria dihadapannya tersulut emosi.
      
"Dasar gadis sialan!" Maki Rega yang langsung menyerang Ery. Namun, dengan lihainya Ery menangkis serangan Rega.
      
Keduanya terus berkelahi tak menghiraukan tubuh mereka banyak terluka. Merasa kesal, Ery langsung mengeluarkan anak pistolnya. Saat itu juga Rega langsung bersembunyi membiarkan Ery melepas seluruh pelurunya kesegala arah.
      
Sudah 2 pistol ia habiskan pelurunya, namun semua sia-sia. Rega tak kinjung keluar. Ia berhenti menunggu penyerangan Rega selanjutnya.
      
Tangan Ery naik meraih headset yang terhubung pada Taku.
      
"Taku, aku menemukan Rega" Lapor Ery dengan nafas tersenggal-senggal. Rasa dingin mulai menyengat organ dalamnya. Namun Ery berusaha menahan semuanya. Ia tak boleh lehilangan Rega.
      
"Ery, kau dimana?" Tanya Taku dari balik headset itu.
      
"Aku dihutan yang memiliki banyak pohon pinus" Jawab Ery.
      
"Baiklah! Aku akan segera menyusulmu. Berhati-hatilah!" Pinta Taku.
      
Ery kembali fokus kesekelilingnya, berharap dapat menemukan pria itu. Gadis itu terkejut saat peluru melewati wajahnya, ia langsung termundur.

Fyuhh...hampir saja ia mati sia-sia.
      
"Mejulah dasar pecundang!" Teriak Ery. Tak lama Rega keluar dari persembunyian dengan tawa yang menggelegar.
      
"Aku tak mengira jika kau akan sejauh ini mengejarku, Nona" Papar Rega terkagum.
      
"Diamlah!" Teriak Ery yang langsung menyerang oria dihadapannya. Kini keduanya bertarung sengit, tak menghiraukan betapa banyaknya pohon yang terkena tembakan melesat mereka. Saat itu, Rega kembali bersembunyi. Ia akui, sekarang Ery bukanlah gadis yang patut ia remehkan.
      
"Dia selalu bersembunyi" Gumam Ery kesal.
      
Doarr
      
"Akh!" Teriak Ery kala satu peluru mengenai lengan kanannya. Dengan cepat, iq menggenggam pistolnya dengan tangan kiri.
      
"Sial! Aku lengah!" Gumam Ery sambil menahan rasa sakit ditangannya.
      
"Halo nona!" Sapa Rega yang tiba-tiba berada dihadapannya dan menodongkan bibirnya pistolnya kekening Ery membuat gadis itu tercekat. Ia membeku, nafasnya seolah terputus.
      
"Katakan, apa yang ingin katakan untuk terakhir kalinya?" Tanya Rega menatal nyalang gadis dihadapannya.
      
"Sejak awal aku sudah membiarkanmu pergi. Tapi kau lebih memilih mati" Papar Rega.
      
Ery terdiam menatap tajam pria dihadapannya. Kejadian saat ayahnya tiada tepat dihadapannya kembali terputar diotaknya.
      
Ia memjamkan mata indahnya, menyiapkan diri untuk menemui ajalnya.
     
"Ayah,,aku akan menemuimu" Batin Ery.
      
"Tidak ada?" Tanya Rega.
      
"Baiklah, kau akan menemui ajalmu" Ucap Rega mengeratkan genggamannya pada pelatuk pistolnya.
      
Ery masih terdiam, ia bisa merasakan tubuhnya begitu bergetar. Nafasnya sesak. Gendang telinganya bisa mendengar decitan besi dari pistol yang hendak ditembakan.
      
"Selamat tinggal, sayang" Ucap Rega.
      
Doarr!
      
"Akh!" Teriak Rega.
      
"Kena kau!" Ucap Taku setelah menembak lengan Rega membuat pistol yang ia genggam terjatuh.
      
"Sial!" Umpatnya, setelah mendapat tembakan dari Taku.
      
Doarr!
      
"Akh!" Teriak Rega lagi ketika Taku menembak kakinya agar tak bisa lari.
      
Ery masih diam memejamkan kedua matanya. Ia masih syok. Dadanya sesak, ia masih tak yakin masih hidup. Kakinya bergetar tak kuat menahan tubuhnya yang terasa lemas. Darah masih bercucuran dari lengannya yang masih berisi peluru Rega tadi.
      
"Ery!" Ucap Taku yang langsung berlari menghampiri dan menangkap tubuh Ery yang terhuyung. Gadis itu kehilangan kesadarannya dipelukan Taku.
      
Tak lama Delia dan Arga tiba dengan minizet mereka.
      
"Taku! Cepat naik!" Titah Arga. Dengan cepat ia menaiki minizetnya. Tak lupa membawa Rega bersama mereka.
      
"Oy! Lepaskan aku!" Teriak Rega.
      
"Kenapa kalian menggantungku seperti ini?" Protes Rega karena keempat orang itu membawanya dengan cara digantung.
      
Sedangkan Delia dan Arga sudah tertawa keras melihat Rega yang seperti monyet bergelantungan.
      
"Sepertinya kita akan lebih kaya lagi besok" Ujar Arga bahagia.
      
"Benar" Timpal Delia yang juga ikut bahagia.
      
Sedangkan Taku masih sibuk mengeluarkan peluru di lengan Ery. Gadis itu sudah dibius sebelum ia sadarkan diri.
      
Dengan teliti ia membersihkan darah dilengan Ery dan mengoleskan obat merah diluka Ery dan membalutnya dengan perban.
      
Setelah itu ia menatap dalam wajah manis milik Ery, terlihat tenang. Lalu ia melepas jaketnya dan melingkarkannya pada tubuh mungil Ery.
      
Delia dan Arga yang melihat itu hanya bisa diam. Ini kali pertama melihat pria itu begitu perhatian pada seorang gadis yang bahkan baru mereka kenal.
      
Taku menarik Ery kedekalannya dan membiarkan gadis itu beristirahat di pelukannya.

Tbc.
Galfi-Chan
Revisi || Tasikmalaya || 10 Agustus 2024
      

EYES COMUNITY [ END-REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang