The Real Feel

35 28 0
                                    

HAPPY READING

*

*

*

Setelah 6 jam penanganan Delia, akhirnya semua selesai dan tinggal menunggu gadis itu tersadar. Di sana wajah Arga tampak khawatir tak karuan.

"Arga?!" Panggil Ery menghancurkan keheningan.

Merasa terpanggil pria itu langsung menoleh pada sumber suara.

"Kau terlihat sangat cemas? Ada apa?" Tanya Eri penasaran.

"Apa? Benarkah? Tidak, aku biasa saja!" Papar Arga mencoba menutupi ekspresinya.

"Sudahlah, aku tahu kau sangat menyayanginya. Makanya kau begitu cemas" Timpal Taku.

***

"Kenapa Delia belum sadar juga?" Tanya Arga semakin khawatir.

"Aku akan ke toilet dulu sebentar" Ucap Ery.

"Berhati-hatilah!" Pinta Taku.

Tak lama dari sana Delia sadarkan diri. Terlihat, ia mengerjap beberapa kali mungkin karena cahaya yang berusaha menerobos retina matanya.

Setelah tersadar penuh gedis itu melihat kesekitar dan mendapati Arga dan Taku di sebelah ranjangnya.

"Kau sadar?" Tanya Arga dengan sedikit rasa bahagia.

"Menurutmu?" Tanya balik Delia dengan sinis meski suaranya masih lemah.

"Hm, i,,iya kau sadar" Timpal Arga gugup.

"Dasar payah!" Gumam Delia

"Apa?" Tanya Arga tak terima.

"Sedang seperti ini saja masih bertengkar!" Batin Taku.

"Tadi kau sangat mengkhawatirka—mmm"

"Diamlah!!" Bisik Arga sambil menutup mulut Taku dengan tangannya. Tak ingin mengganggu waktu Arga dan Delia, Taku memilih keluar dam memberi ruang juga waktu pada keduanya. Sesaat keadaan ruangan rawat Delia hening, yang terdengar hanya suara dentuman jam dinding.

"Apa ini sangat sakit?" Tanya Arga yang berusaha mencairkan suasana.

"Begitulah!" Jawab Delia.

"Tapi ini lebih menyakitkan dari peluru" Lanjutnya.

"Benarkah?" Tanya Arga.

"Kukira peluru lebih bahaya dari sebuah belati" Batin Arga.

Delia berusaha untuk mendudukan dirinya, tapi karena jahitan di perutnya masih basah rasa sakit langsung terasa oleh Delia. Gadis itu hampir saja terjatuh dan untungnya Arga berada pada posisi yang tepat sehingga Arga langsung menahan tubuh Delia.

"Apa yang kau lakukan? Tanya Arga dengan nada sedikit meninggi karena khawatir.

"Kenapa kau malah memarahi ku?" Tanya Delia memelas.

"Maafkan aku, aku hanya takut kau kenapa-napa" Ceplos Arga.

"Kau mengkhawatirkanku?" Tanya Delia.

"Apa? Mmm,,,ya begitulah" Jawab Arga dengan gugup.

***

"Aku sangat lapar" Ucap Ery.

"Makan saja!" Titah Taku.

"Taoi disini tidak ada yabg dapat aku makan " Ucap Ery sambil memainkan belati nya. Hal itu membuat Taku sedikit menegang, entah apa yang ingin gadis itu lakukan padanya.

"A-apa yang ingin kau lakukan ?" Tanya Taku.

"Tidak ada, aku hanya memeriksa ketajaman nya " Jawab Ery menahan tawa setelah melihat ekspresi yang dikeluarkan oleh Takut.

"Aku kira ia ingin memakan tubuhku, dasar monster cantik " Batin Taku.

"Ya sudah ayo kita beli makanan untuk mengganjal perut kita sebelum makan malam nanti!" Ajak Taku.

Lalu keduanya pergi mencari makan dan bermain ke sana kemari membiarkan Delia dan Arga berdua. Menikmati moment mereka.

Setelah seharian bermain Ery dan Taku akhirnya kembali ke rumah sakit dan memeriksa keadaan Delia.

"Sebenarnya kapan kita akan pulang ke markas ?" Tanya Ery.

"Kita tunggu Delia pulih total" Jawab Taku.

"Baiklah" Jawab Ery.

***

Satu minggu terakhir Arga sangat memperhatikan perkembangan kesehatan Delia, luka tusuk Delia semakin mengering dan Arga terus melatih Delia untuk berjalan. Hal itu yang menyebabkan kedua manusia itu semakin mendekat. Bahkan, sering kali Delia hampir terjatuh dan pastinya Arga yang paling depan untuk menangkap tubuh gadis itu.

Tatapan mereka juga selalu bertemu membuat keduanya salah tingkah. Delia juga selalu merasakan hangatnya pelukan Arga. Sampai akhirnya mereka merasakan perasaan yang sebenarnya.

Mereka sebenarnya saling mencintai, hanya saja mereka terlalu malu untuk mengungkapkannya dan memilih untuk menyembunyikannya.

Dua minggu sudah mereka lalui sampai akhirnya mereka kembali ke markas.

"Hmm mmm ,,,Delia? Kau ,,,apa lukamu akan baik-baik saja?" Tanya Arga yang fokus mengendalikan mini zet nya.

Benar, Delia belum pulih total. Karena ada perkiraan akan ada badai, mereka pulang lebih awal dan menunggu misi yang akan membuat mereka lebih kaya lagi.

"Entahlah, tapi ini pasti akan baik-baik saja" Jawab Delia sambil membenarkan balutan perubahan di perutnya.

***

"Huh, mereka pasti saling diam" Tebak Ery.

"Benar, aku tahu sebenarnya mereka itu saling mencintai. Tapi kenapa mereka tak mengungkapkannya ya ?" Heran Taku.

"Cinta itu benar-benar merepotkan " Papar Ery menatap lurus ke depan.

Mendengarnya Taku sangat khawatir, sebenarnya dirinya juga mencintai Ery, tapi apa Ery akan mencintai Taku?

Selama beberapa jam di perjalanan akhirnya mereka sampai di markas awal. Mereka langsung istirahat terutama Delia karena terlalu lama duduk gadis itu merasa sakit lagi dan ia segera di tirukan di ruang rawat yang ada di markas mereka.

Tbc.

Galfi-Chan

Revisi [] Banjar [] 17 Agustus 2024

EYES COMUNITY [ END-REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang