Bab 1

71 9 5
                                    

Tak terbayangkan sama sekali oleh Kai akan berakhir seperti ini karena minuman yang ia tenggak beberapa jam lalu. Aroma manis yang menimbulkan rasa hangat saat mengalir di tenggorokan, membuatnya terbuai dan lupa sudah keberapa kalinya ia minum. Saat ini ia mengutuk cairan berwarna bening keemasan itu, karena menyebabkan rasa pusing yang sangat luar biasa.

Tubuhnya terhuyung-huyung dengan pandangan yang kabur. Susah payah Kai berjalan ke luar club karena tiba-tiba rasa sesak menyerang dada. Bau alkohol bercampur asap rokok membuat perutnya bergelojak. Tangan Kai merayap berusaha memegang apa pun yang dapat diraih. Sampai akhirnya ia pun berhasil keluar dari ruang penuh kerumunan manusia itu.

Pandangan Kai menelusuri setiap jalan berusaha mencari mobil yang entah diparkir di mana. Efek minuman itu benar-benar membuatnya lupa. Gejolak di perut juga semakin menggila, meminta untuk diluapkan dengan segera. Tak tahan lagi, Kai berjalan ke sembarang arah lalu memuntahkan isi perutnya di dekat pembatas jalan. Rasa pahit yang terasa saat semua keluar semakin membuat Kai menderita.

Kai terduduk dengan kepala tertunduk. Rasa pusing yang mendera semakin terasa. Tubuhnya pun tiba-tiba panas dan tak lama ia menggigil. Tak ingin terkapar di jalanan Kai berusaha bangkit setelah menopang tubuhnya pada pembatas jalan. Ia berusaha berjalan mencari letak mobil.

Dalam langkahnya, ingatan tentang seseorang datang menyerang. Wanita yang membuatnya berakhir seperti ini. Rasa sakit hati yang diterima akan penolakan yang ia dapatkan. Karena kebodohannyalah wanita itu lebih memilih menyerah, daripada berjuang bersama. Cinta yang bersemi dengan indahnya tiba-tiba gugur bersama kisah yang mereka jalani.

"Arggh!" pekik Kai mengacak kasar rambutnya. Pusing semakin menyerang kepala sampai akhirnya tubuhnya ambruk.

"Jangan pergi! Tetap di sini," racau Kai seraya memegang kuat lengan putih yang samar-samar terlihat.

"Hei, sadarlah. Kau mabuk!" ucap seorang wanita yang berusaha melepaskan tangan dari cengkraman Kai.

"Jangan tinggalkan aku." Wanita itu tertarik hingga menimpa tubuh Kai. Kai memeluknya dengan erat hingga terdengar suara ringisan kesakitan dari wanita itu.

"Lepaskan aku." Wanita itu menyentak tubuhnya hingga bisa terbebas dari pelukan Kai yang begitu erat. Ia menatap wajah Kai yang memerah dengan sesekali mengerang.

Wanita itu menatap jam yang melingkar di tangannya. Sudah terlambat baginya untuk berangkat bekerja, berusaha terburu-buru agar cepat sampai tetapi ternyata di jalan dia mendapatkan hal yang tak terduga seperti ini.

"Harus aku apakan pria ini? Tidak mungkin aku meninggalkannya di sini." Wanita itu mengusap kasar wajahnya lalu menekan beberapa tombol di ponselnya.

***
Bau obat-obatan menyeruak di indra penciuman Kai. Perlahan ia menyesuaikan pandangan dari cahaya terang yang berada di atas. Samar-samar terlihat gorden putih bergaris kotak-kotak mengelilinginya. Kai mengangkat satu tangan yang ternyata diinfus dan ia menyadari jika saat ini dirinya berada di rumah sakit.

Pelan tapi pasti Kai bangkit dan terduduk sambil memijat pangkal hidungnya. Rasa pusing masih terasa terlebih saat bergerak. Tangannya terulur meraih tiang infus kemudian membuka tirai gorden dengan pelan.

Pandangan pertama yang Kai lihat adalah lalu lalang perawat serta orang yang terluka. Kai menduga jika ia berada di IGD. Kakinya menyentuh dinginnya lantai lalu berjalan menuju resepsionis.

"Permisi, bagaimana aku bisa berada di sini?" tanya Kai kepada salah satu petugas.

"Ah, Anda kemari bersama perawat Kia. Dia yang membawa Anda dalam kondisi tidak sadar," jawabnya yang membuat Kai mengerutkan alisnya.

My Auntumn (End)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang