Kai menarik lengan Kia hingga wanita itu terhuyung ke belakang. Tepatnya punggung Kia membentur dada bidang Kai. Kedua mata kia melebar saat menoleh melihat pria itu. Bukan karena keberadaannya yang tiba-tiba saja, melainkan juga wajah Kai yang babak belur. Tangan Kia meraba seluruh wajah pria itu. Mimik kepanikan tercetak jelas di paras cantik Kia.
Tanpa bertanya, Kia menarik jemari Kai hingga keduanya pergi meninggalkan seorang pria yang menatapnya dalam diam. Pria itu adalah Dokter Ben. Ia memasukan kedua tangan ke dalam saku jasnya tanpa mengalihkan pandangan dari dua orang yang perlahan menjauh.
Kia masih menarik Kai seraya melihat kanan dan kiri mencari ranjang kosong. Ia menggeram pelan karena hampir tak ada tempat untuk mengobati Kai. IGD sangat ramai hari ini. Saking banyaknya orang, bahkan bahu antar manusia ini saling membentur jika tidak berhati-hati dalam berjalan. Tak ada pembicaraan yang keluar dari mulut keduanya. Mereka larut dalam pikirannya masing-masing.
Kai menghentikan langkah yang otomatis membuat Kia tak bisa lagi menarik pria itu. Kia membalikkan tubuhnya melihat Kai dengan sebelah alis yang terangkat.
"Siapa dokter itu dan mengapa kalian berpelukan?" tanya Kai. Kia hanya memutar matanya malas. Ia tetap bungkam lalu kembali melangkah ke salah satu kursi tunggu di dekat lorong menuju kamar rawat pasien.
Kia meninggalkan Kai di tempat itu, lalu kembali lagi beberapa detik kemudian dengan membawa satu kotak penuh perlengkapan obat-obatan. Kia mengambil kapas lalu menuangkan beberapa tetes alkohol hingga sedikit basah. Kia meraih wajah Kai agar menatapnya, lalu menempelkan dengan sangat pelan kapas itu ke luka-luka di wajah Kai.
Sebelah kelopak mata yang membiru, sudut bibir yang robek, serta rahang yang kemerahan sudah diobati oleh Kia. Kia menutup kembali kotak obat itu kemudian menatap Kai.
"Apa ini karena salahku?" tanya Kia mengelus lembut rahang Kai yang mulai membengkak.
"Tidak, ini salahku," jawab Kai pelan. Ia meraih jemari Kia mengecupnya lembut.
"Aku minta maaf," ucap Kai. Diremasnya pelan jemari Kia di tangan besarnya.
"Untuk apa?" jawab Kia yang membuat Kai semakin merasa bersalah.
"Untuk ini." Kai mengelus pelipis Kia yang diperban. Kia ikut memegang luka itu dan baru tersadar.
"Tidak apa-apa. Aku bahkan lupa ada luka di sini." Kia tersenyum tulus memberikan tanda jika ia baik-baik saja. Kai menarik tengkuk Kia hingga menepis jarak di antara keduanya. Bibir penuh pria itu kini menempel pelipis Kia yang terluka. Cukup lama hingga mampu menimbulkan gelenyar aneh yang perlahan menjalar di darah wanita itu. Tubuh Kia pun meremang dan hanya bisa mematung di tempatnya.
Kai melepas ciumannya dan kembali menatap Kia dengan sorot mata sayu. Tangannya membungkus jemari lentik Kia.
"Dokter itu?" Pertanyaan Kai menyadarkan Kia tentang ucapan Kai pertama tadi.
"Aku tidak memeluknya. Itu ketidaksengajaan."
Kia menjelaskan kejadian itu. Peristiwa cepat yang tidak dapat dihindari. Sebuah brangkar yang membawa pasien luka parah hampir menabrak Kia jika Dokter Ben tidak menariknya. Tanpa diduga, tarikan dari dokter itu membuat Kia berputar hingga tubuh mereka saling berbenturan dan seperti tengah berpelukan. Kai mendengarkan dalam diam. Perasaan tak terima merayap ke hati pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Auntumn (End)✓
RomanceKia adalah musim semi yang datang secara mendadak kepada sosok pria bernama Kai. Memberikan sentuhan keajaiban, menciptakan kehidupan baru saat pria itu sudah menyerah menghadapinya. Kia berhasil memberi berbagai warna yang awalnya abu-abu. Membuat...