Bab 14

17 3 2
                                    

Bangkit dari keterpurukan bukanlah hal yang mudah. Bayang perbuatan buruk masa lalu, bak kaset rusak yang terus terputar. Sekadar memejamkan mata saja, senyum sendu sosok wanita tercinta selalu menghantui. Sangat sulit bertahan di saat semua hal itu tergambar di ingatan.

Kai harus membangun tembok kokoh yang tak dapat hancur walau terus dihantam badai perasaan bersalah. Ia akan temukan matahari yang dapat menghangatkan dirinya dari suhu dingin kehampaan yang tercipta. Secuil apa pun penyesalan, tak akan lagi menjadi momok menakutkan yang membuat dirinya terus terperdaya.

Empat hari belakangan, Kai hanya mengurung dirinya di dalam kamar. Merenungkan semua hal yang akan membantunya bangkit lebih cepat.
Kalimat-kalimat penguat dari orang-orang terdekat menjadikannya yakin.

"Aku harus menerima semuanya," ucap Kai dengan serius. Ia meremas jarinya yang tertangkup lalu mengusap kasar wajahnya.

Kai bangkit dari tempat tidur karena selama di kamar, pria itu hanya berbaring. Tak ada yang dapat ia lakukan karena Cassandra melarangnya untuk menyesap minuman memabukkan yang pasti akan sangat membantu agar wajah Seza tak lagi terbayang. Namun, wanita tua itu mengunci ruang anggur, bahkan ahli menemukan minuman beraroma manis itu yang memang Kai simpan di dalam kamarnya.

Cassandra berkata, jika dirinya pasti akan melakukan hal buruk jika pikirannya tak fokus. Kini ia mensyukuri apa yang wanita tua itu lakukan.

Kai melangkah menuju kamar mandi, ia menyalakan shower dengan air hangat. Uap dari cairan bening itu mengepul memenuhi kamar mandi. Kai menatap dirinya di cermin wastafel yang dipenuhi berbagai perawatan kulit wajah pria itu. Kai meringis melihat bulu-bulu halus yang tumbuh dari pipi hingga dagu. Rambutnya pun terlihat kusut dan lepek karena memang tak pernah dibersihkan selama empat hari itu.

Kai melucuti semua pakaiannya lalu berdiri di bawah shower. Tetesan air hangat merilekskan tubuh yang terasa kaku. Aliran darah seakan kembali mengalir hingga rasa nyaman menyelimuti. Selama beberapa menit, Kai hanya diam menikmati guyuran air yang bercucuran di atas kepala. Ia berharap semua hal tentang perbuatan buruknya terbuang bersama aliran air yang berjatuhan.

****
Kai menuruni tangga dengan penampilan yang segar. Kemeja putih polos dan celana denim menjadi pilihannya. Rambut coklat yang awalnya kusut, disisir ke belakang lalu dioleskan gel wangi hingga terlihat rapi. Bulu-bulu pada wajah juga sudah tercukur. Rahang tegas pria itu tercetak jelas membuatnya terlihat sangat tampan. Parfum yang menguar di indra penciuman siapa pun yang mengendus menjadi akhir kesempurnaan tampilan Kai.

Beberapa pasang mata menatap Kai tanpa berkedip. Para pekerja itu terpesona oleh ketampanan majikannya, tak terkecuali mata kecil milik Cassandra yang tengah memandangi Kai yang sudah berhari-hari tak terlihat batang hidungnya.

Cassandra melangkah mendekati cucunya itu kemudian memeluknya dengan erat. Tanpa terasa bulir bening mengalir dari iris hijau yang sama seperti Kai. Ia sangat bahagia melihat Kai yang sudah tampak lebih baik dari sebelumnya. Setelah beberapa detik mendekap tubuh tinggi Kai, Cassandra melepasnya kemudian mengecup seluruh wajah Kai. Perbedaan postur antara dirinya dan Kai mengharuskan pria itu merendahkan tubuh. Membiarkan satu-satunya keluarga yang dimiliki oleh Kai itu mengalirkan semua kasih sayang kepadanya.

"Kau baik-baik saja, Sayang?" tanya Cassandra selepas mengecupi cucunya itu.

"Aku baik, Granny," jawab Kai singkat. Senyum kecil terukir di bibirnya membuat Cassandra ikut menarik kedua sudut bibir.

"Ayo kita makan. Kau harus makan banyak."

***
Hal pertama yang Kai lakukan setelah lama merenung adalah menemui sosok yang selalu memberinya kekuatan saat terpuruk. Menembus ramainya jalan, Kai menuju ke rumah sakit. Beberapa lama berlalu, sampailah pria itu di depan gedung besar kesehatan itu. Langkah kakinya langsung menuju IGD mencari Kia yang ia harap berada di sana.

My Auntumn (End)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang