Bab 25

16 4 15
                                    

"Aku sungguh terpaksa menyuntikkan obat penenang kepada Olivia. Gadis itu berteriak histeris setelah mencabut infus dan melempar benda-benda ke arahku."

Kia mengusap pelan wajahnya. Tangannya gemetar mengingat kejadian yang super cepat itu. Tenaga Olivia bukan seperti pasien yang baru melewati masa kritis melainkan orang sehat yang akan keluar dari rumah sakit.

Kia menutup wajahnya dengan kedua tangan bertumpu pada lutut. Nyeri akibat lemparan gelas baru terasa sekarang. Namun, yang lebih Kia khawatirkan kondisi Olivia yang bisa saja memburuk.

Kai mengusap punggung Kia menenangkan wanita itu dari terkejutnya. Ia menyesal meminta Kia menemani Olivia. Lebih tak menyangka gadis kecil manis yang begitu ia kenal bisa berbuat seperti hari ini. Tangan pria itu terkepal hingga buku jarinya memutih. Susah payah Kai mengendalikan emosinya, karena ia tak dapat menyalahkan Olivia sebab kondisinya yang belum pulih.

Tiba-tiba Cassandra menghampiri Kai dan Kia. Keduanya berdiri dan saling bertatapan dengan iris hijau yang memasang pandangan nyalang. Tanpa diduga, sebuah tamparan mendarat di pipi Kia. Hingga membuat wajah Kia terhempas ke samping. Kia memegang pipinya yang panas dan perih kemudian berani membalas tatapan Cassandra dengan raut penuh tanya.

Belum sempat bibirnya berucap, Kai berdiri di depan Kia. Menutupinya agar bersembunyi di balik punggung lebar pria itu. Kia memegang baju belakang Kai. Mengisyaratkan agar Kai membiarkan dirinya menghadapi amarah neneknya itu. Namun, Kai mengusap lengan Kia dan menatapnya dari sudut mata.

"Kai, pergilah. Granny harus berbicara serius dengan wanita ini," perintah Cassandra menatap tajam cucunya itu. Namun, Kai tidak bergerak sama sekali dari posisinya.

"Kai!" sergah Cassandra. Kedua iris hijau itu saling menantang. Memberikan tatapan tajam dan tidak ada yang ingin mengalah.

Kia merasa berada di posisi yang serba salah. Ia tak ingin Kai bersikap tidak sopan kepada neneknya. Segera Kia menarik tangan Kai sehingga pria itu berpindah ke belakang tubuhnya.

"Anda bisa bicara kepadaku, Nyonya," ucap Kia.

Sebuah tamparan kembali mendarat di pipi Kia. Rasa panas yang menjalar di pipi membuat kedua matanya berkaca-kaca. Pedih yang merambat menyebabkan pipi putih itu berubah merah dengan jelas tercetak lima jari serta ada luka robek akibat tamparan. Kia memaksakan senyuman sambil memegangi pipinya. Ia harus bersikap sesopan mungkin, karena bagaimanapun wanita di hadapan adalah orang tua.

"Granny, cukup! Mengapa Granny menampar Kia?" cecar Kai yang sudah tidak tahan lagi. Ia kembali menarik Kia ke belakang tubuhnya.

"Kau masih bertanya alasannya? Granny mendengar apa yang diucapkan wanita ini. Bagaimana jika obat yang masuk ke dalam tubuh Olivia bisa membahayakan dia? Bagaimana bisa seorang perawat berbuat seperti ini kepada pasien?" hardik Cassandra. Wanita itu menatap benci ke arah Kia yang berada di balik punggung cucunya itu.

"Olivia hilang kendali. Jika tidak ditenangkan dia akan berbuat lebih buruk," tukas Kai. Cassandra menggeleng dengan senyuman miring. Tak menyangka dengan cucunya ini.

"Apa yang sudah kau lakukan kepada cucuku hingga dia berani melawanku? Kau mencuci otaknya? Kau memang wanita tidak tahu diri." Cassandra menuduh yang bukan-bukan membuat Kia tidak bisa lagi bersikap sopan kepadanya. Meskipun dirinya terkadang bergaya arogan tetapi kepada orang yang memang harus mendapatkan perlakuan itu.

Kia berjalan mendekati Cassandra dan dengan pelan berucap.

"Aku tidak berbuat hal yang tidak  aku pikirkan akibatnya. Jika memang yang aku lakukan itu salah, aku merelakan pekerjaanku di sini. Andai saja aku meninggalkan Olivia di saat kondisinya seperti itu, aku tidak yakin gadis itu masih bernapas saat ini."

My Auntumn (End)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang