Penuturan dari pria yang datang bersama Kai, membuat Kia hanya dapat mendengarkan dengan saksama. Pria paruh baya yang kini menatap sendu Kai yang terlelap, begitu saja menjelaskan tanpa ada pertanyaan dari Kia. Pantas saja Kai sampai seperti itu. Ini menjadi guncangan besar yang menghantam hatinya. Belum sembuh luka basah yang susah payah ia obati, harus dikoyak lagi dengan kenyataan pahit yang harus terpaksa ia terima.
Dalam pikiran Kia, sebegitu sempurnakah wanita bernama Seza ini sampai bisa membuat Kai hancur hingga seperti ini. Rasa tak terima tiba-tiba menjalar ke hati wanita itu. Hal itu menggeramkan amarah tersembunyi yang tak pernah keluar.
Kulit pria yang memang putih itu, semakin memucat. Seolah sel-sel darah terhenti mengalir di tubuhnya.Kelopak mata Kai bergerak perlahan, tak lama pria itu terbangun dan mendapati sosok Kia berada di hadapan.
"Hai," sapa Kia. Senyum kecil terukir di wajahnya.
Tak ada balasan dari pria itu, melainkan ia mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya. Kia menerima itu kemudian membaca kalimat demi kalimat yang tertera. Kini ia mengerti mengapa Kai kembali hancur karena 'orang itu '. Kia melipat kembali kertas itu lalu meraih jemari Kai mengelusnya.
"Tidak apa-apa. Jangan pikirkan apa pun," ucap Kia. Kai bangkit dari posisinya, menatap Kia yang berada lebih rendah darinya karena posisi wanita itu yang terduduk. Kai merebahkan kepalanya di bahu Kia, kedua tangan melingkar hingga membungkus Kia dalam pelukan. Tak ada penolakan dari Kia. Wanita itu justru menepuk-nepuk punggung Kai memberi kekuatan.
"Dia pergi, dia pergi," racau Kai. Cairan hangat terasa di ceruk leher Kia. Tak lama isak tangis tertahan mengalun merdu memecah keheningan. Tubuh Kai yang gemetar membuat Kia mempererat pelukan.
Kia mengurai pelukannya, menatap dua iris hijau yang kini memerah. Entah berapa banyak pria itu menangis hingga wajahnya terlihat seperti orang yang habis dipukuli. Kia menangkup wajah Kai dengan kedua tangannya, mengusap bulir bening yang terus mengalir tanpa henti. Tanpa rasa jijik, Kia pun mengusap lendir bening yang keluar dari hidung mancung pria itu.
"Kau akan baik-baik saja. Percaya padaku." Ucapan Kia yang lembut itu tak membuat suasana hati Kai membaik.
Kai merasa seperti pecundang yang terus menangisi nasib mengenaskan yang terjadi kepadanya. Rasa sakit itu benar-benar menyiksa hingga ia tak mampu menahannya. Meskipun susah payah berusaha tegar, tetapi nyatanya ia rapuh.
***
"Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya Kia. Wanita itu tak meninggalkan Kai sama sekali. Ia mengorbankan waktu pergantian shiftnya untuk menemani Kai. Kesunyian yang menyelimuti ruangan itu menjadi atmosfer tidak nyaman bagi Kia.Kai hanya diam. Pandangan pria itu terarah pada sudut kamar. Tak menggubris semua ucapan Kia walaupun sejak tadi ia lelah mencari obrolan yang harap dapat membuat Kai setidaknya membalas tatapan. Kia meraih punggung tangan Kai yang terbungkus perban karena luka robek yang mungkin disebabkan oleh pria itu, mengeluskan lembut hingga Kai menoleh padanya.
"Hentikan semua kesedihanmu itu. Kau tidak akan bisa bangkit jika terus memikirkannya." Kai meremas genggaman Kia seolah menjawab pertanyaan. Bibirnya terkunci rapat.
"Apa aku bisa tanpa dia?" Akhirnya satu kalimat keluar dari bibir Kai. Kia tersenyum simpul, ia memiringkan kepalanya menatap Kai.
"Kau harus bisa menerima semuanya. Biarkan dia bahagia, dan kau juga harus bahagia. Lupakan semua rasa sakit dan rasa bersalahmu. Kau pasti bisa. Aku mendukungmu," ucap Kia yang membuat Kai tak mengalihkan pandangan dari iris coklat itu.
"Apa aku bisa memintamu menemaniku? Melewati rasa sakit ini dan membantuku bangkit," ucap Kai yang membuat Kia terdiam. Mendengar itu perasaan ragu tiba-tiba muncul. Kia takut semakin jatuh dalam pesona pria di depannya ini yang pasti akan sulit ia gapai mengingat semua hal yang terjadi kepadanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Auntumn (End)✓
RomansaKia adalah musim semi yang datang secara mendadak kepada sosok pria bernama Kai. Memberikan sentuhan keajaiban, menciptakan kehidupan baru saat pria itu sudah menyerah menghadapinya. Kia berhasil memberi berbagai warna yang awalnya abu-abu. Membuat...