Bab 16

1 0 0
                                    

"Aku lebih sanggup berbagi kebahagian padamu. Untuk kesedihan biarkan aku yang menanggungnya sendiri”

Kita berdua mulai menata kata agar menjadi kalimat yang berguna. Hubungan ini terjalin bukan hanya sebatas rasa tapi juga logika. Aku tak mau kau menjadi manusia pelupa. Serta aku pun enggan menjadikanmu segalanya.

Kau tau sendiri bagaimana dua insan di luar sana yang menjalani perannya dengan tidak memakai logika. Sering kali mereka tenggelam dengan gelora asmara. Hingga melupakan dunia yang harus ia jalani demi masa depannya.

“Kau tak ingin bercerita hari ini?”

Semenjak perteman ini menaiki level, semenjak itu pula pembahasan kita mulai di rubah sesuai ranah. Mencoba mengangkat topik yang menyenangkan tetapi juga mendewasakan.

“Jikapun ada topik yang akan aku ceritakan pasti akan membawamu ke masa laluku”

“Ceritakanlah, apapun itu akan aku dengarkan”

Tujuanmu memang untuk membawaku ke tempat yang baru. Tempat di mana aku tak bisa mengenang masa lalu.

Namun, ada sedikit perdebatan di dalam hati ini. Kau begitu ingin tahu bagaimana kronologi masa laluku. Sementara aku sudah berusaha untuk mengubur dan tak ingin menggalinya kembali. Itu kulakukan agar aku bisa fokus dengan hal baru, yaitu hubungan kita.

Bagaimanapun aku mencegahnya, tetap saja rasa penasaranmu lebih kuat dan mendominasi dari rasa sakitku di masa lalu. Mau tak mau aku kembali menggali luka itu. Aku tak boleh egois untuk menutupi semua ini darimu. Baiklah, aku akan memulai semuanya dengan kejujuran.

Kumulai cerita itu dengan memperkenalkannya. Ya, dia, oknum yang pernah masuk ke dalam kehidupan, pikiran dan hari-hariku. Lalu berlanjut ke topik inti permasalahan yang terjadi diantara kami saat itu.

Sejauh ini, ceritaku belum mampu mengubah sikapmu. Kau pun belum menunjukkan reaksi apapun dari ceritaku. Bahkan kau terlihat sangat antusias untuk mendengarkan kisah selanjutnya.

Baiklah, aku akan kembali melanjutkannya, meskipun aku tau kau hanya pura-pura merasa tidak terjadi apa-apa. Kembali kurangkai kata demi membuatmu tidak terluka lebih dalam dengan masa laluku. Walau jauh dalam lubuk hati ini sangat tau jika kau memang telah merasakan sakit yang luar biasa.

“Aku rasa ini sudah lebih dari cukup, aku tak ingin menggalinya lebih dalam lagi!”
Ucapku dengan sangat menekankan kata-kata yang ku kirimkan. Itu semua agar kita tak sama-sama sakit.

Sebenarnya itu hanya alibiku. Kejujurannya aku hanya tak mau membuatmu semakin sakit dan terbebani oleh masa laluku. Pun aku tak mau kau masuk terlalu dalam ke lubang kenestapaanku. Serta aku tak mau melibatkannya dalam hubungan kita yang baru kita jalani ini.

“Baiklah, aku tak akan memkasamu lagi. Namun, satu hal yang pasti, apapun itu berbagi ceritalah padaku aku akan selalu siap mendengarkan agar aku belajar tidak melakukan kesalahan yang sama padamu”

Tak salah jika rasa ini semakin lama semakin bereskpetasi terlalu tinggi. Kau terlalu baik untuk masa laluku yang kejam. Kau tak pantas menyebuhkannya demi dia yang bahkan tak ku tahu keberadaannya.

Kuharap aku tidak membuatmu terluka nantinya. Jika pun ada luka biarkan aku yang menanggungnya. Pengalamanku lebih ahli dalam merasakan sakit. Sedang kau hanya perlu merasa tenang tanpa terjadi apa-apa.

Mencintaimu Dengan Kemunduran Ku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang