Bab 18

0 0 0
                                    

"Kuharap kau terus berusaha demi meruntuhkan egoku dan aku pun dengan sekuat tenaga berusaha untuk menyiapkan tempat serapi mungkin untuk kau menetap”

Mentari dengan berat hati meninggalkan jejaknya demi terbitnya sang Bulan. Sebenarnya ia masih ingin tetap bertahan, tetapi itu bukan bagian dari kuasanya. Akhirnya dengan berat hati ia memilih beranjak menunggu esok hari dengan membawa sejuta alasan bagi penikmatnya.

Jika matahari punya alasan untuk kembali lagi, maka akupun mempunyai alasan untuk menyelamimu kembali. Ya, hari-hari yang saat ini kita jalani masih saja kuanggap sebagai pengenalan. Mengenali semua yang ada pada dirimu, agar keseimbangan hadir dalam hubungan kita.

Kemarin adalah sesiku untuk menanyakan semua alasanmu kenapa memilihku. Hari ini, kau tak mau kalah dengan aksiku. Pagi-pagi sekali kau hanturkan sapa demi mengingatkanku pada Sang Pencipta dan menanyakan perihal nyata.

Terkadang aku sedikit risih dengan aksimu yang cenderung memaksa jika semua maumu bisa terlaksana. Namun, di satu sisi aku juga senang dengan sifatmu yang memang apa adanya tanpa membubuhinya dengan sejuta fana. Kau bertingkah dengan sifat aslimu. Hanya saja, mungkin aku yang belum terbiasa.

Topik hari ini sudah kita sepakati untuk membahas lebih jauh tentang defenisi tentangku. Aku rasa kau sudah mulai candu dengan diriku. Sekecil apapun ceritaku kau sangat antusias untuk menyambutnya. Membiarkanku tenggelam dalam cerita, sementara kau selalu menanggapinya dengan terus bertanya.

“Kau sudah percaya padaku?”

Sejak awal hubungan ini berawal dengan kejujuran dan akan selalu begitu. Kali ini tanyamu juga akan ku jawab dengan sebuah kejujuran. Aku tak perduli kau marah atau merasa tak nyaman nantinya, karena bagaimanapun aku mau hubungan ini tetap hidup dengan mengutamakan kejujuran.

“Aku belum merasakan hal itu hadir, tetapi usahaku untuk mempercayaimu itu sudah muncul dengan perlahan”

Persis seperti hukum yang sudah berlaku. Ketika kejujuran muncul di permukaan maka, hasil yang di rasakan juga keindahan dan kebaikan. Kau sama sekali tak terusik dengan kejujuranku.

Bahkan, tak pula ada sedikitpun ketemukan kata lelah dari pesan-pesan yang kau layangkan. Sepertinya kali ini kau menemukan hati yang salah. Hingga membuatmu harus berusaha lebih giat untuk menetralkannya kembali.

“Teruslah berusaha untuk menerima kehadiranku”

Satu lagi pesanmu yang berhasil menancap dalam benak dan pikirku. Kau memang belum berhasil membuka pintu hatiku seutuhnya. Namun, kau harus tau kau berhasil membawa perubahan pola pikir dalam hidupku tentang cinta.
Usahamu sebenarnya sudah berhasil.

Hanya saja, kesadaranku belum sepenuhnya bisa menerima kehadiranmu. Aku masih punya alasan kuat untuk mendekralasikan rasaku padamu. Maafkan aku, untuk yang satu ini aku harus berbohong padamu

Mencintaimu Dengan Kemunduran Ku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang