Bab 28

1 0 0
                                    

“Satu hal yang mengecewakan akan mampu memanipulasi kebahagian yang sudah didapatkan sebelumnya”

Waktu bergulir begitu cepat, hingga tak terasa aku sudah menduduki semester 5 di masa pendidikan. Daftar tujuan yang sama sekali tak ingin aku jajaki apalagi ditekuni. Namun, itu hanya nasibku bukan untuk takdirku.

Seperti yang sudah Tuhan gariskan untuk seluruh hambanya. Tidak ada satupun perkara yang akan mampu ditolak jika Tuhan sudah ingin menakdirkan sesuatu itu untuk kita jalani.

Termasuk masa pendidikan yang aku jalani……
Ketika kaki dan pikiran ini benar-benar terlepas dari pendidikan formal di jenjang kejuruan, aku sama sekali tak mempunyai gairah lagi untuk meneruskannya. Entah itu pendidikan formal atau non-formal.

Saat itu ambisiku hanya ingin mengumpulkan secercah harapan yang sejak dulu ingin aku utarakan pada keluarga, yaitu melanjutkannya dengan kegiatan yang lebih nyata (kerja). Walau ku tahu entah pekerjaan apa yang pantas untuk penyandang lulusan SMA sepertiku, tetapi ambisuku hanya ingin melanjutkannya pada dunia kerja bukan dunia pendidikan agama.

Namun rupanya, Tuhan tidak setuju dengan ambisuku yang terlalu sombong dan takabur akan takdir. Aku seakan lupa jika ada Tuhan yang mampu merubah segalanya. Mampu merubah nestapa menjadi bahagia dan mampu pula merubah bahagia menjadi celaka.

Melalui impian keluarga yang menginginkan jika aku harus menjadi salah satu yang paham akan agama, akhirnya membuat aku menjalani takdir yang Tuhan berikan. Aku kembali menyelami dunia pendidikan yang sangat tidak ingin aku jalani. Kembali menyelami masa-masa pembelajaran dengan penuh perjuangan dengan berlandaskan agama seutuhnya.

Pada saat itu, aku merasa jika Tuhan lagi-lagi memainkan peranku sebagai makhluk ciptaan-Nya.  Lalu aku merasa jika keluarga terlalu ikut campur atas kehidupanku di masa depan. Tentang perjalanan, pijakan, dan tujuan yang akan aku dapatkan nantinya.

Namun, waktu memulihkan segala hal yang ku rasa. Kembali menyadarkan aku dari ke serakahan dalam bertindak dan berfikir. Kembali menyeimbangkan antara keinginan nafsu semata dan keridhoan orang tua.

Dunia pendidikan yang sama sekali tak pernah terbesit dalam pikiran, kini malah menyelamatkanku dari kehancuran. Dunia yang kupikir akan menghancurkan segala impianku, kini malah membawaku kepada perubahan iman dan ketakwaan.

Tuhan tak pernah salah! Tuhan juga tak pernah keliru dalam menentukan takdir hambannya! Serta tak pula Tuhan membandingkan antara makhluk satu dengan yang lainnya.

Pikiran-pikiran buruk itu hanya berasal dari ambisi masa lalu kita yang tak bisa kita penuhi dan jalani. Seakan mata kita tertutup dengan satu hal yang mengecewakan dan melupakan kebahagian yang sudah dinikmati sebelum kita diberi hidup.

Mencintaimu Dengan Kemunduran Ku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang