Bab 5

2 2 0
                                    

"Level kita sudah menaiki fase kedua dan itu artinya goncangan rasa akan kembali menggetarkan hubungan kita”

Demi menghidupkan kembali perteman virtual ini, aku harus kreatif membangun komunikasi denganmu. Melatih diri memperkaya kosa kata agar pesan yang kau layangkan mendapatkan perlawanan.

Sedikit banyak aku sudah belajar. Aku paham atas alasan kau lebih memilih tumpukan kertas dari pada mengirimkan sebuah pesan untukku. Semua itu berasal dari sikap kakuku terhadap semua perhatianmu. Maafkan sifat gengsiku yang terlalu teguh.

“Bagaimana hari ini?”

Seperkian detik usahaku langsung mendapatkan hasil. Tak main-main, kali ini hasil yang ku tuai malah jauh sekali dari ekspetasiku.

Hari ini untuk pertama kalinya kau wujudkan khayalku terhadapmu. Seperkian detik, dengan ikhlas kau kirimkan padaku sebuah rekaman suara berdurasi. Kau bilang, rekaman itu adalah klarifikasi perihal kesibukanmu beberapa hari lalu.

Hari ke hari pertemanan kita mulai menaiki level. Pesan yang kau tebarkan tidak lagi berasal dari satu arah. Karena pelan tapi pasti kau sudah berhasil meruntuhkan gengsi dan egoku untuk berani membuka pembahasan terlebih dahulu.

Kerap kali aku harus memutar otak untuk merevisi setiap pembahasan yang terkuak. Pesan yang biasanya berbentuk narasi kini sudah berubah menjadi suara-suara sendu dari kedua insan yang diam-diam menyimpan rasa rindu.

Perihal wajah datar yang dulu selalu aku gunakan saat menatap pesanmu, kini sirna sudah. Kau berhasil merubah ekspresiku menjadi penuh kejutan dan kebahagian. Bagaimana tidak, dengan mudahnya kau menodai telingaku dengan suara-suara khas pria dewasa yang menyejukkan hati dan jiwa.

Mungkin kau pikir rekaman itu hanyalah sebuah suara sumbang berdurasi. Namun, bagiku  rekaman itu adalah bahasa jiwa yang tulus hingga mampu menggetarkan hati.

Kau tahu, aku sangat suka mendengarkan sebuah lagu jika pikiranku sedang buntu. Namun, kehadiranmu yang tiba-tiba berhasil merubah segalanya. Daftar musik yang sudah kuatur sedemikian rupa, kini telah terganti dengan koleksi pesan suara yang kau kirimkan padaku.

Deretan rekamaan itu seakan menjadi candu bagiku. Berdurasi, tetapi mampu menahan rasa buntu di kepalaku. Menjelma bak syair yang mereflesi malam-malam sunyiku.

Mencintaimu Dengan Kemunduran Ku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang