Bab 22

0 0 0
                                    

“Aku akan menerima usahamu dengan sebaik-baik penerimaan”

Do’a yang terlangitkan sudah turun menghampiri kita. Jeda yang selama ini kita jelang telah membawa kita pada titik terang. Semesta pelan-pelan mulai mendukung semua pintamu. Serta akupun pelan-pelan mampu mendatangkan senyummu.

Hari ini senyum kita benar-benar menyatu dalam dunia nyata. Tatapan yang selama ini selalu samar, mulai hari ini mendatangkan wajah berbinar. Pesan-pesan yang semula terlayangkan tanpa ada gangguan, hari ini tiba-tiba menjadi kaku dan sedikit membutuhkan penekanan.

Saat jeda kemarin rasanya pembahasan kita selalu melebar tanpa mengenal kata lelah. Namun hari ini, kata yang keluar hanya sebuah pertanyaan datar dan dibantu oleh senyuman kikuk dan pandangan kosong yang buyar.
Ini yang aku takutkan pada sebuah pertemuan., kita terlihat sangat canggung dari biasanya. Kau yang biasanya mendatangkan topik pembahasan, kali ini malah berubah mengenaskan, tanpa kata dan tanpa tawa.

Hari ini kau benar-benar menghabiskan waktumu hanya untukku. Kau membebaskanku memilih apa saja yang ku suka. Bahkan kau rela duduk bersamaku menikmati secangkir lemon tea dari pedagang kaki lima.

Kau tahu, aku tak pernah sebahagia ini sebelumnya. Selama ini cahaya malam hanya mampu terlintas di pikiranku saja, tanpa bisa aku realisasikan sebagai nyata.

Hubungan ini sudah terjalin cukup lama. Jadi tak mungkin jika aku tak tahu apa yang kau suka dan apa yang kau tak suka. Selama hubungan ini berlangsung belum pernah satu kalipun ku lihat kau mengkomsumsi makanan yang asalnya dari warung atau pedagang kecil lainya. Kau lebih sering terlihat mengomsumsi  makanan super mewah dengan lokasi yang sangat megah.

Namun, malam ini kau benar-benar berbeda. Kau membiarkanku menikmati apa yang ku suka. Meski ku tahu kau masih sangat berusaha nyaman dengan lokasi dan dunia yang ku suka.

Malam ini sangat sempurna bagiku. Kau tahu, kau orang pertama yang berhasil membawaku keluar dari zona nyaman bersama tumpukan kertas. Kau pula orang pertama yang berhasil mengajariku menikmati indahnya malam dengan hembusan angin yang menyejukkan.
Sapamu, senyumu, tawamu, dan perhatianmu kini sudah aku buktikan dalam dunia nyata. Aku berharap pertemuan ini semakin mengikat rasa kita kedepannya. Kau akan lebih berusaha meyakinkanku dan aku akan berusaha lebih keras untuk menerima semua perasaanmu.

Mencintaimu Dengan Kemunduran Ku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang