1

6.8K 290 6
                                    

"Win, buruan gih, ntar lagi telat loh."

Di pagi hari itu, nyonya Kim sudah menggedor2 pintu kamar Winter.

"iya ma! Winter lagi pilih hoodie nih!"

'duh! hoodie pinkeu pinkeu gue masih dipinjem Ningning ya? ya udah pake yang putih suci aja deh.'

"Win, gak makan dulu?"

"gak ma, udah telat, Minju dah nunggu di luar." teriak Winter sambil berlari ke pintu keluar.

"lama ya lu, hampir telat loh kita." kata Minju setelah Winter mendaratkan bokongnya di kursi penumpang.

"iya2 sorry, tadi gue sebenarnya dah bangun jam 6, cuma mimpi gue enak banget, jadi tidur lagi."

"mimpi lagi mimpi lagi, tapi lanjut gak mimpinya?"

"sadnya gak lanjut, malah ganti scene jadi horor gitu untung bang Jungwoo berisik di kamar sebelah, jadi gue kebangun deh, tapi kayaknya kita gak telat juga sih, masih setengah 8 juga kan, mulainya jam 8 tuh."

"iya2 mampir ke subway bentar deh~"

"emang sepupu gue yang paling pengertian wkwk."

----skip----

[parkiran kampus]

"Ju, kyknya habis penerimaan mahasiswa baru, fakultas kita dipisah deh."

"gue denger2 juga gitu, tadi senior yang gue kenal bilang ospeknya gak barengan, trus MTnya juga gak barengan."

"hah? ada MT juga? aduh males bngt, mending tidur di kamar gue."

"masa lu gak tau sih, MT wajib tau, kalo gak, di ganti sama tugas karya ilmiah gitu."

"demi apa, baru juga masuk dah di ancam sama tugas ya ampun."

"kalian mahasiswa baru kan?"

Tiba2 ada seorang cowo tampan yang mendatangi mereka.

"iya kak."

"mahasiswa baru ke aula ya, udah tau aulanya dimana?"

"dimana ya kak?" tanya Minju.

"kalian lewat jalan itu terus belok kanan, aulanya nanti gedung tinggi yang di sebelah kiri."

"baik kak, makasih petunjuknya."

"sama2, anything for maba2 cantik." kata cowo itu dengan melemparkan senyuman manis. Mereka lalu berlalu ke aula yang dimaksud.

"itu senior kayaknya suka sama loh deh, Win."

"apaan sih, suka sama lu kali, kan lu yang ngomong sama dia."

"ya lunya diem aja, ya gue harus respon donk, lagian sebelum dia nyamperin kita, dia ngeliat ke lu mulu."

"tau ah, gak penting juga."

"ih elu mah."

Mereka lalu masuk gedung aula dan langsung di sambut dengan suara cukup berisik khas mahasiswa baru yang kebanyakan lagi kenalan.

"kalian fakultas apa?" tanya seseorang yang sepertinya adalah panita ospek.

"saya fakultas seni, kak." jawab Winter.

"saya teknik, kak." jawab Minju.

"fakultas seni di barisan depan sana, teknik di ujung kiri situ ya." kata senior itu sambil menunjuk2 posisi yang dimaksud.

"baik, kak, terima kasih." kata mereka berdua.

"pisah deh kita."

"ya udah, gue ke barisan gue ya."

Setelah mencari posisi duduk karena tempat duduk sudah hampir penuh, Winter duduk di sebelah seorang cowo yang memakai kemeja kotak2 dengan kancing baju sampai paling atas dan memakai kaca mata kotak serta memakai ransel besar.

Winter yang notabenenya adalah seorang introvert, menghindari interaksi dengan orang sekitarnya dengan bermain ponselnya.

"hai." dan tentu saja, jurus undetectablenya tidak bekerja dengan baik karena pria culun di sampingnya mengajaknya berbicara.

"hai." kata Winter dengan senyum terpaksa.

'please, jangan ngajak ngomong lagi.'

"kamu cantik, boleh minta nomor ponsel gak?"

'cobaan apa lagi ini ya ampun.' jiwa introvert Winter meronta2.

"maaf ya."

"jangan maaf donk, nomor teleponnya."

"maaf gue gak bisa ngasih maksudnya."

"sombong ya kamu, mentang2 cantik, kamu kalo sombong gitu, gak ada cowo yang mau loh."

"kayaknya itu urusan gue deh, gue minta maaf, jangan ganggu gue please."

"dasar sombong, kamu gak tau ya, aku tuh pinter banget, aku juara 4 satu sekolah loh."

'like i care, apaan sih nih orang!'

"heh, culun, tuker tempat yuk." seorang cewe yang duduk di belakang mereka memegang kursi si culu-- maksudnya si cowo kemeja kotak.

"siapa yang cu-- baik." si kaca mata kotak yang hendak protes lalu menurut setelah melihat si cewe yang memanggilnya culun mempelototinya.

"thanks ya." kata Winter.

"gue ngelakuinnya karna dia berisik, but you're welcome."

Setelah itu mereka tak berbicara lagi. Winter, dalam hatinya benar2 berterima kasih pada cewe itu, karena tidak hanya mengusir cowo yang tadi, dia juga sepertinya memahami Winter yang tidak ingin berbicara dengan orang baru.

TBC

Another Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang