42. Mengancam

118 8 2
                                    

Jungkook sedikit tersenyum dan berkata. "Yolla, pernikahan itu bukan hanya dua insan saling mencintai. Apa lagi hanya melayani suami di atas ranjang, tapi aku juga butuh keturunan," jelas Jungkook.

"Kau tau kalau aku tidak bisa memberikan dirimu keturunan dan sekarang kau malah..."

"Makanya kalau tidak bisa memberikan aku keturunan, tolong biarkan aku mengurus hak asuh kembar!" tegas Jungkook pada Yolla.

"Terserah!" Yolla semakin geram dengan tingkah adik ipar sekaligus calon suaminya itu.

Jungkook hanya bisa diam dan melanjutkan langkah kakinya untuk segera pergi ke rumah sakit, tapi Yolla tiba-tiba saja memeluk Jungkook dari belakang.

"Mianhaeyo, Jeon." Sepertinya Yolla mulai meredamkan emosinya.

Jungkook menghela napasnya dan berkata. "Kamu harus banyak-banyak bersabar ya, aku yakin suatu saat kamu akan bisa memberikan aku keturunan," ucap Jungkook yang mencoba menenangkan kakak ipar sekaligus calon istrinya.

Yolla hanya menganggukkan kepalanya dan Jungkook membalikkan tubuhnya tanpa melepaskan pelukannya Yolla. Posisi mereka saat ini saling berhadapan dan saling memeluk satu sama lain.

"Saranghaeyo, Yolla!"

"Nado saranghaeyo, Jungkook!"

Jungkook mendaratkan kecupan manis di bibirnya Yolla. "Aku harap keputusan kita untuk bersama adalah keputusan yang tepat," ucap Jungkook.

"Iya sayangku, aku tidak sabar ingin menjadi istrimu!" Yolla bersuara dengan sangat antusias.

Sepertinya Yolla dan Jungkook benar-benar tidak punya otak atau tidak waras? Kenapa mereka Setega itu dengan pasangannya masing-masing? Hanya karena hasrat mereka jadi begini? Huh, sudah pasti karma sedang on the way menuju mereka.

Di lantai bawah. Namjoon dan Yoona sudah menuntun kembar untuk keluar dari rumah, mereka akan pergi menuju Apartemen milik Namjoon.

'Tuhan, kuatkan aku untuk menghadapi semua ini,' batin aku yang sangat rapuh.

Aku, Namjoon dan kembar sudah berada di dalam mobil. Namjoon mulai mengemudi menuju Apartemen, kembar juga tidak banyak bicara.

Sekilas aku melirik ke arah belakang, aku menatap ke arah kembar yang ternyata sedang menatap ke arah jendela masing-masing. Aku takut jika kembar akan mengalami trauma, apa lagi mereka masih sangat kecil untuk mengetahui semua kejadian ini.

Namjoon yang paham dengan kekhawatiran diriku, dia menggenggam tanganku dan mengusap dengan pelan. Aku langsung mengalihkan pandanganku ke arah Namjoon, sekilas Namjoon juga menoleh ke arahku dan memberikan senyuman.

"Semua akan indah pada waktunya," ucap Namjoon.

"Ndee, oppa!" aku hanya menganggukkan kepalaku saja.

Tidak perlu menunggu waktu lama, akhirnya mobilnya Namjoon sudah masuk ke dalam basemen Apartemen mewah miliknya.

Setelah Namjoon memarkirkan mobilnya dan mematikan mesin mobilnya, kini kami keluar dari mobil satu persatu.

"Mommy, besok kita sekolah tidak?" tanya Ji Haa sambil menatapku.

"Sekolah dong," jawabku sambil menggandeng tangannya Ji Haa.

"Tapi kita tidak bawa baju sekolah," celetuk Ji Hee yang ikut menatap ke arahku.

Namjoon menepuk jidatnya sendiri dan berkata. "Astaga, appa lupa. Besok pagi appa akan kembali ke rumah dan membawa beberapa kebutuhan kalian," ucap Namjoon.

Making Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang