37. Pengacara Pribadi?

102 9 0
                                    

Namjoon melepaskan pelukannya dan menatapku, lalu ia mengatakan. "Yoona, mau kah kamu menikah denganku?"

"Hah? Oppa gila?" Sekilas aku mengerutkan keningku dan menatap Namjoon dengan sedikit sinis.

Bagaimana bisa kakak iparku sendiri ingin menikahiku setelah bercerai dengan istrinya? Shit, sepertinya dunia ini sudah semakin gila setelah aku mendapati suamiku yang lebih awal menggila karena bermain dengan kakakku sendiri.

Hah! Aku hanya menghela napas dengan semua yang terjadi saat ini, saat dimana diriku ingin sekali menghantam keras tubuhnya Jungkook. Sumpah, ingin sekali aku menghantam wajahnya Jungkook dengan sarung tinju yang selalu Jungkook gunakan saat bertanding di ring tinju.

Tidak mengerti dengan apa yang ada dalam otaknya Jungkook saat itu, saat dirinya benar-benar melakukan hubungan terlarang dengan kakakku sendiri. Jujur, semua ini membuatku sangat sakit dan semakin terpuruk.

Namun, aku mencoba kuat dan sabar demi kedua anak kembarku. Karena yang aku pikirkan saat ini adalah anak-anak, bukan pernikahan atau rumah tanggaku lagi dengan Jungkook.

Menurutku juga, kalau suatu saat aku bercerai dengan Jungkook. Aku hanya ingin fokus mengurus kembar dan bekerja, tapi kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi kedepannya.

Mungkin saja Tuhan sudah merencanakan sesuatu yang indah untukku dan kedua anak kembarku. Aku juga ingin membahagiakan kembar dengan caraku sendiri, dan semoga saja ketika kembar besar nanti. Mereka akan mengerti kenapa diriku dengan Jungkook berpisah, aku tidak ingin juga melarang Jungkook untuk tidak bertemu dengan kembar setelah kami bercerai.

Setidaknya, Jungkook adalah anak kandungnya. Jadi aku tidak ingin menjauhkan kembar dari ayah kandungnya, aku akan tetap izinkan Jungkook untuk menemui kembar. Walaupun selalu ada rasa sakit yang teramat dalam di dalam lubuk hatiku ketika menatap wajahnya Jungkook.

"Ya, sepertinya aku sudah gila!" Namjoon menyadari kegilaannya sendiri di depanku dan aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalaku.

"Oppa, sudah kita jangan bahas ini lagi," ucapku yang memohon pada Namjoon agar dirinya tidak menambah kegilaannya di hadapanku.

"Hem, baiklah!" Namjoon hanya bisa pasrah dan menghela napasnya.

Satu jam kemudian.
Aku dan Namjoon kembali bekerja, aku juga sudah kembali masuk ke dalam ruanganku sendiri.

Sampai di dalam ruanganku, aku langsung duduk di kursi kerja sambil menatap layar laptop yang sudah menyala. Sejenak, aku terdiam. Aku memikirkan banyak sekali beban hari ini, entah kapan beban yang ada didalam hidupku akan cepat berakhir.

Terdengar helaan napas panjang untuk kesekian kalinya, aku mencoba memejamkan mataku sejenak lalu membukanya lagi dan menatap layar laptop dengan wallpaper wajah kedua anak kembarku. Aku mengusap layar laptop itu dan tersenyum tipis.

"Anakku, semoga suatu saat nanti kamu tidak akan pernah mempertanyakan 'dimana daddy, kenapa daddy tidak pernah ada di rumah'. Karena sebentar lagi, mommy akan bercerai dengan daddy kalian." Perkataanku seakan-akan sudah mempersiapkan data perceraian untuknya.

Aku kembali melamun dan sudah malas melanjutkan pekerjaan karena pikiranku sudah banyak sekali. Pikiran yang akan membuat kepalaku meledak, entah kapan kepalaku akan meledak.

"Sepertinya mulai besok aku harus antar-jemput kembar dengan sendiri, aku tidak akan membiarkan Jungkook mengurus kembar lagi. Jungkook benar-benar keterlaluan," gerutu aku yang kembali kesal bahwa tau sang suami tidak menjemput kembar hari ini.

Perlahan-lahan aku mencoba untuk menjernihkan pikiranku dan kembali bekerja, tapi tiba-tiba saja saat aku ingin fokus pada pekerjaan aku. Ponselku berdering ada panggilan masuk, aku langsung mengambil ponselku dan melihat siapa yang menelepon.

"Eomma mertua?" Keningku langsung mengkerut saat melihat nama kontak si penelepon. "Ada apa eomma menelepon aku?" Lagi, aku bermonolog sendiri.

Dengan cepat, aku langsung saja menjawab telepon itu. Aku tidak ingin membuat eomma mertuaku berpikir aneh-aneh ketika aku lama menjawab teleponnya.

"Annyeong, eomma!" sapa aku ketika menjawab telepon dari eomma mertua--eomma nya Jungkook.

"Ndee, apa kabar, Yoona?" Entah kenapa eomma mertua menanyakan kabarku di siang hari ini.

Aku mencoba mengatur napas dan berusaha tidak gugup, lalu aku berkata. "Kabarku baik eomma," jawabku. "Eomma sendiri bagaimana? Apa eomma baik?" Kini aku berbalik tanya pada eomma mertua.

"Eomma juga baik," jawab lembut dari nyonya Jeon.

"Hem, maafkan aku. Ada apa eomma menelepon? Apa ada sesuatu yang penting?" tanyaku yang langsung pada intinya.

Karena aku tau karakter eomma mertua kalau menelepon siang bolong seperti ini pasti ada sesuatu yang sangat penting untuk di bicarakan. Namun, aku tidak tau apa yang akan di bicarakan olehnya.

"Jadi begini," jawab nyonya Jeon yang menjeda ucapannya dan kembali melanjutkan. "Apa rumah tangga kamu dengan Jungkook ada masalah?" tanya nyonya Jeon dengan lembut, ia seperti merasa tidak nyaman membahas ini padaku.

"Eo ... Eomma, kenapa eomma menanyakan ini?" aku malah berbalik tanya padanya.

"Mianhaeyo, eomma membahas ini di telepon. Karena saat ini eomma dalam perjalanan menuju bandara," ucap nyonya Jeon. "Eomma ingin sekali membahas ini langsung denganmu, nak!" Terdengar suara nyonya Jeon seperti menahan sesuatu, entah apa yang ia tahan semenjak menelepon diriku.

"Eoh, eomma mau perjalanan bisnis lagi? Kali ini bisnis kemana, eomma?" Sangat tepat mengalihkan pembicaraan ketika diriku tidak ingin membahas masalah rumah tanggaku pada eomma mertua.

"Eomma mau bisnis ke Turki," jawab nyonya Jeon. "Eomma juga belum tau kapan akan kembali ke Korea," jelas nyonya Jeon.

"Kalau begitu hati-hati eomma, apa eomma pergi dengan appa?" tanyaku.

"Appa sudah pergi duluan semalam dan sekarang eomma akan menyusulnya," jawab nyonya Jeon.

"Eomma romantis sekali," celetuk aku sambil mencairkan suasana dalam telepon agar tidak terlalu tegang.

Jujur saja, saat ini pembicaraan aku dengan eomma mertua sedikit tegang apa lagi membahas rumah tanggaku dengan anaknya. Sebenarnya, aku ingin sekali membahas ini langsung pada kedua mertuaku tapi sepertinya belum saatnya.

"Yoona, eomma mohon dengan sangat padamu. Kalau kamu ada masalah dengan Jungkook sebaiknya di pikirkan terlebih dahulu jangan langsung berakhir dengan perceraian, eomma dan appa tidak setuju dengan perceraian kalian!" tegas nyonya Jeon.

"Pe ... Perceraian? Apa maksudnya eomma?" Kini, aku semakin tidak mengerti kenapa eomma mertua membahas perceraian? Apa Jungkook sudah membuat surat perceraian untukku? Shit, sulit sekali saat ini untuk otakku tidak berpikir negatif pada suamiku sendiri.

Terdengar helaan napas yang begitu berat dari nyonya Jeon. "Hari ini eomma dan appa di kejutkan oleh beberapa surat perceraian antara kalian, karena Jungkook sepertinya sudah memilih pengacaranya sendiri. Pengacara pribadi keluarga Jeon, dan eomma tau semua ini dari pengacara pribadi kami." Terdengar kembali helaan napas sangat berat dari nyonya Jeon, sudah pasti ia tidak akan merelakan perceraian kami begitu saja.

"Yoona, eomma dan appa berharap kalau kalian tidak akan bercerai. Eomma selalu berharap kalau ini hanya emosi kalian sesaat," jelas nyonya Jeon lagi.

Making Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang