V. Now Playing : Tak Ingin Usai

470 104 56
                                    

"Mandi, Evan."

"Gak usah, Mi. Kan hari ini gak kemana-mana," jawab Evan dengan santai.

"Mami gak akan ngomong dua kali ya, Evander," ancam sang mami sambil memotong semangka menjadi dua bagian.

Evan mengangguk-angguk. "Terima kasih, Mami, untuk gak ngomong dua kali."

Setelah memotong menjadi dua bagian, Mami mengorek bagian tengah semangka tadi dengan scoop. Mengeluarkan isinya, lantas memindahkannya ke sebuah mangkuk besar berisi buah anggur yang tadi Evan cuci bersih.

"Kamu yakin gak mau mandi, Evan?" tanya mami sekali lagi.

Evan menghela nafas. "Kenapa?"

"Jani, adiknya, dan mamahnya kan mau kesini."

Evan yang sedang mengambil anggur diam-diam dan mau menggigitnya langsung mengurungkan niat. "Hah? Mendadak banget??? Mami pasti yang ngide."

"Jani gak bilang ke kamu memangnya? Padahal mami udah beberapa hari lalu ngasih taunya."

Evan lantas menekan bibirnya dalam satu garis lurus. Jelas Jani tidak akan memberi tahunya, karena terakhir kali mereka bersama ada sebuah pertengkaran hebat yang membuat keduanya saling mendiamkan satu sama lain.

Jani memang jarang menghubunginya lebih dahulu, dan Evan biasanya juga bisa mengatasinya dengan sangat baik. Tapi setelah hari itu, dimana Evan mengantar Jani ke rumah setelah ujian akhir semester dan ribut di dalam mobil, Evan sejujurnya tidak mengerti mengapa Jani sangat bisa menahan diri selama ini. Evan beberapa kali ingin bertindak nekat, tapi dirinya juga takut kalau Jani semakin tidak mau menemuinya.

Evan takut tidak bisa melihat Jani lagi, dan rasanya sangat aneh serta sulit untuk dimengerti olehnya.

"Selagi masih ada waktu, mandi gak sih, Van?" tanya maminya.

Evan mengangguk. Setidaknya dia harus terlihat rapi dan wangi untuk bertemu dengan Jani. "Iya. Mau jam berapa kesininya? Perlu aku jemput gak?"

Mami mengecek jam di dinding. "Seharusnya sih jamー"

   

Tok tok tok

     

"Permisi!"

Evan dan mami saling bertatapan. "I guess, now?"

"MAMI!" pekik Evan seraya berlari ke kamar mandi dan menyambar handuk di jemuran.

Evan bisa dengar kasak kusuk mami membuka pintu dan menyambut keluarga Jani (minus papahnya, karena papah Jani adalah seorang dokter spesialis bedah kardiotoraks yang jam terbangnya sangat tinggi). Selagi yang di luar mengobrol, Evan dengan kilat membasuh dirinya.

Tidak perlu lama-lama, karena Evan juga tidak sabar untuk melihat Jani, Evan lantas ikut bergabung ke ruang tengah. Jani ada di sana, terlihat sangat baik-baik saja walau sudah berhari-hari mendiamkan Evan. Curang.

"Nah, baru selesai mandi si Evan, Jan. Memang anaknya itu sulit sekali kalau disuruh mandi," lapor mami kepada Jani.

Jani terkekeh, tapi meliriknya dengan lirikan paling menakutkan buat Evan.

"Enak aja, kan tadi aku bantu mami dulu," elak Evan sembari mendekat ke arah Jani yang kosong.

"Kak Evan duduk sini aja," ujar Anin tiba-tiba menarik lengan Evan.

Jani langsung melengos, seolah juga tidak berharap bahwa Evan akan duduk di sebelahnya. Evan lantas tersenyum kikuk, mau menolak juga gak enak sama Anin, tapi Evan juga lagi pengen banget duduk deket Jani buat modusin cewek itu.

Jalan Muda FM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang