A. Their own goals

1.5K 170 41
                                    

Momen yang paling tidak disukai Jani adalah saat keluarga besarnya berkumpul jadi satu. Biasanya momen ini terjadi setahun dua kali, yaitu saat lebaran dan natal sekaligus tahun baru. Setiap mendekati momen itu, Jani mendadak ingin menghentikan waktu.

Dia tidak ada masalah yang serius dengan keluarga besarnya. Hubungannya dengan saudara mamah dan papahnya sangat baik, hubungannya dengan kakek dan neneknya juga baik, begitu juga hubungannya dengan saudara sepupunya yang juga baik-baik saja. Satu-satunya yang membuat Jani kurang suka momen kumpul keluarga besar adalah karenaー

"Anjani belum punya pacar?"

Memangnya kenapa kalau dia gak punya pacar? Apa dunia akan kiamat? Apa bumi akan berhenti berputar? Apa matahari akan terbit dari selatan? Apa dia akan jadi manusia paling mengenaskan?

"Eh masa belom punya? Yaya udah punya loh."

"Jangankan Yaya. Adeknya dia, si Anin, juga udah pacaran kok."

Jani lantas tersenyum, tapi dalem hati udah mau nonjokin tante-tantenya satu per satu. Ya emang kenapa gitu? Apakah dengan Yaya dan Anin punya pacar lantas mengharuskan Jani punya pacar juga?

"Kamu tuh semester berapa, Jan?"

Jani yang sedang sok sibuk memakan kue putri salju lantas menoleh ke arah tantenya yang bertanya. "Masuk semester 6, tante."

"Wah, bentar lagi mau lulus juga ya? Abis lulus terus nikah tuh."

Lagi-lagi Jani tersenyum. Ya tersenyum aja, karena kalo nonjok kan gak mungkin. Bisa-bisa dia langsung dibawa ke rumah sakit jiwa sama kakek neneknya.

"Kalo di sini juga pasti Jani udah bakal dilamar sih."

"Yang seumuran Jani udah punya anak juga banyak, Mbak."

"Iya. Masa se aku udah dipanggil mbah? Hahaha."

Jani kembali memakan kue putri saljunya dengan khidmat. Saudara sepupunya sedang punya kegiatannya masing-masing, seperti Yaya dan Anin yang membahas soal cowok mereka, atau sepupu laki-lakinya yang sibuk mabar lewat hp masing-masing. Jani gak punya pilihan lain selain duduk di alas bersama tante-tantenya sambil makan kue putri salju.

"Jan, beneran gak punya pacar toh?"

Jani mengangguk. "Gak punya, Tante. Kenapa emang?"

"Cari pacar, Jan. Mau nikah umur berapa?"

Jani menipiskan bibirnya. Belum pernah terlintas di pikirannya buat menikah dalam waktu dekat. Iya, dia mau menikah, tapi gak sekarang atau 5 tahun lagi. Jani masih mau menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang.

Atau malah dia jadi independent woman aja ya? Kedengerannya menyenangkan.

"Belom tau, tante. Belom kepikiran sih," jawab Jani jujur.

"Saran tante sih sebelum 24 tahun, Jan. Jangan ketuaan, gak baik perempuan nikah ketuaan."

Jani hanya tersenyum paksa. Ya terserah dia juga lah mau nikah umur berapa, emangnya kalau dia nikah tantenya bakal bayarin?

"Paling gak pacaran dulu deh, Jan. Masa kamu mau kelangkahan adek kamu?"

"Gak apa-apa lah, Tante, kalo emang jalannya gitu. Jani masih suka sendiri kok. Masih mau nikmatin kuliah, masih mau nikmatin kerja, masih mau foya-foya ngabisin duit," jawab Jani asal ceplos.

Bukan tanggapan tantenya, yang Jani dapat malahan sebuah toyoran dari mamahnya. "Kamu jangan mikirin diri sendiri aja, Kak. Mamah udah tua. Mau juga lah mamah ngeliat anak mamah bawa pacarnya ke rumah."

Jani mendengus. Dia menutup toples berisi kue putri salju lalu berdiri. "Apaan sih, Mah. Hidup gak melulu pacaran tau. Tenang aja, mamah masih idup kok pas Jani bawa pacar."

Jalan Muda FM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang