Y. Where have u been?

364 93 34
                                    

Rasanya lega ketika Jani akhirnya selesai menurunkan karangan bunga terakhir. Dia segera meraih ikat rambut yang melingkar di pergelangan tangannya, lalu mengikat rambutnya yang tergerai. Panas banget, Jani rasa penyebabnya karena dia juga bolak-balik ke dalam sambil mengangkat karangan-karangan bunganya.

"Mbak, udah ya," kata Erika.

Jani mengangguk. "Iya, Er. Lo tungguin di mobil dulu ya."

Erika mengangguk, meninggalkan Jani menuju mobilnya. Jani mencoba mengibaskan tangannya di depan wajah, berharap semoga setidaknya angin bisa melegakan rasa panasnya untuk sesaat.

"Anjani, terima kasih banyak, ya."

Jani lantas merapikan bajunya dengan kilat, juga rambutnya. "Sama-sama, Om. Terima kasih juga sudah order dan percaya dengan Amortentia."

"Saya percaya kan juga karena kamu, Jani. Baru tau kalau kamu punya usaha seperti ini, kalau tau begini kan sejak dulu saja saya order di kamu."

Jani tersenyum. "Hehe, iya, Om. Taunya darimana kalau saya punya usaha ini, Om?"

"Waktu itu saya direkomendasikan oleh kolega, katanya di tempat kamu kualitasnya bagus dan harganya lebih miring dari florist lain. Terus saya pastikan ke Evan, katanya dulu kamu memang kerja di tempat ini. Ternyata ownernya ya?"

Senyum Jani hampir luntur, tapi tetap berusaha tersenyum selebar mungkin. "Ahh, Evan ya. Jadi dulu ini memang punya kakak sepupu saya, Om. Lalu dia menikah dan fokus mengurus keluarga. Karena sayang kalau harus tutup, akhirnya saya yang diberi tanggung jawab untuk melanjutkan."

"Bagus, Jan. Kamu smart," katanya sembari menepuk lengan Jani. "Besok-besok jika butuh sesuatu, bisa hubungi saya ya, Jan. Saya tertarik loh dengan bisnis kamu ini."

Jani tersenyum dan mengangguk. "Baik, Om."

"Ya sudah, saya pamit dulu, Anjani. Terima kasih sekali lagi, semoga sukses ya."

"Amin, terima kasih, Om Nicho."

Jani terus memasang senyum hingga Om Nicho ini menghilang dari pandangannya. Iya, betul. Ini papinya Evan, yang terhormat Nicholas Tanoe. Jani juga terkejut kok waktu pegawainya bilang ada order masuk atas nama Nicholas Tanoe. Makanya Jani sendiri yang mengantarnya, khusus untuk Nicholas Tanoe.

"Akrab banget sih, Mbak, sama Pak Nicho?" tanya Erika sewaktu Jani masuk ke mobil.

Jani mengidikkan bahu. "Gak ah, cuma ngobrol biasa."

"Kayak akrab," kata Erika sembari menyalakan mobil. "Ini langsung ke Jalan Muda FM kan, Mbak?"

Jani yang baru mencoba bersantai dengan menyandarkan diri ke jok lantas menghela nafas. "Oh iya ya. Iya, Er, langsung ke Jalan Muda."

Jadwal podcast yang akan dia rekam adalah hari ini. Sempat terlupa gara-gara terlalu antusias menyiapkan pesanan dari Om Nicho, dirinya diingatkan oleh Erika.

Dirinya sempat galau selama beberapa hari tentang tawaran ini. Tapi, apa sih yang harus dia ragukan? Otak bisnisnya mulai berputar, dengan dia mau menerima tawaran ini pasti dia bisa promosi soal Amortentia juga kan? Siapa tau usahanya semakin terkenal dan ramai. Tujuan hidupnya kan jadi independent woman yang kaya raya dan mapan, gak boleh dong dia menyia-nyiakan kesempatan emas.

"Mbak, nanti kalo udah selesai mau gue jemput lagi atau gimana nih?" tanya Erika.

Jani menolehkan kepalanya. "Oh iya gak nungguin ya? Ya udah gue nanti gampang lah, Er. Naik gojek juga bisa."

"Kalo nungguin lo lama banget, Mbak. Di toko juga rame."

"Iya, lo balik aja. Mobilnya parkirin yang bener."

Jalan Muda FM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang