G. Kebetulan atau...?

434 106 14
                                    

Dimdimi
Depan ya

     

Jani baru selesai mandi ketika membaca chat masuk dari Dimitri. Cowok itu pasti sedang membahas tempat yang akan mereka duduki untuk kelas nanti. Karena Dimi rajin, Jani selalu nitip bangku ke Dimi biar dia gak merasa begitu tersesat. Soalnya duduk sama Sherina dan Jamal pasti bakal membuatnya tersesat karena mereka berdua tidak bisa diharapkan.

     

Jani
Dimana aja asal sama km dimi 😘

      

Tentu saja Jani menggoda Dimi. Jamal bilang sih Jani selalu saja mencoba memancing emosi Dimi yang sumbu pendek, padahal Jani begitu kan karena tandanya dia menyayangi teman-temannya.

Jani segera bersiap begitu selesai membalas pesan Dimi. Kelasnya dimulai jam 10 pagi, dan saat ini masih ada 45 menit lagi. Kalau perjalanan dari rumah ke kampusnya selama 30 menitan, Jani masih punya sekitar 15 menit untuk bersiap.

Untungnya sih udah sarapan, jadi begitu Jani selesai merias diri di kamar dan menuju ke ruang tamu buat siap-siap pake sepatu, dia masih bisa sedikit santai dan mengobrol dengan mamahnya. Mamahnya lagi nyusun bunga palsu di vas meja ruang tamu, yang kayaknya baru selesai dibersihin karena kelihatan kinclong.

"Selesai kelas jam berapa, Jan?" tanya mamahnya.

Jani mengidikkan bahu. "Harusnya sih 11.50 udah selesai, tapi gak tau kalo diajak main sama Sherina."

"Cuma 1 aja kelasnya?"

Jani mengangguk. "Iya."

Mamahnya meletakkan bunga-bunga palsu tadi ke meja lantas berpindah duduk, dari diatas lantai menuju ke sofa seberang Jani. "Berarti jam 7 an kamu gak ada acara kan?"

Jani menyipitkan matanya dengan curiga. "Mau ngapain?"

"Mamah mau ketemu sama temenー"

"Mah!" Jani memutus ucapan mamahnya sebelum selesai. "Mamah stop ya jodoh-jodohin aku sama orang aneh. Mau banget liat aku menderita?!"

Mamah berdecak. "Ah, kamu tuh gak pernah pacaran dan deket sama cowok aja, makanya begitu. Mamah masih berbaik hati loh bantuin kamu cari pacar, daripada jadi perawan tua."

Jani menghela nafas. "Not perawan tua, mamah. Independent woman. Duit banyak, pekerjaan tetap, mandiri, cantik, dan gak bergantung siapa-siapa."

"Ya udah kamu mamah masukin ke camp biarawati aja kalo gak mau pacaran dan nikah."

"MAMAH!" gertak Jani. "Kenapa sih jadinya pilihan aku cuma pacaran, nikah, atau jadi biarawati?!"

"Lah kalo gak mau pacaran, gak mau nikah, mau jadi apa kalo bukan biarawati? Kan biarawati gak nikah dan gak pacaran. Clear kan?"

Jani tidak menanggapi mamahnya. Dia lantas berdiri dan keluar begitu saja tanpa pamit, berhubung emosinya masih meledak-ledak. Tanpa basa-basi, dia langsung masuk ke mobilnya dan membawanya keluar dari halaman rumah.

Apa-apaan sih mamahnya ini? Makin dipaksa begini kan Jani malah makin males pacaran dan nikah.

Jani juga pernah menggebu-gebu jatuh cinta ke cowok kok, tapi entah kenapa 3 tahun belakangan ini dia gak begitu peduli lagi soal begituan. Lagipula hidupnya berjalan tenang dan damai dibandingkan Sherina yang sering  mengeluh soal pacarnya, waktu punya pacar. Sekarang sih Sherina juga lagi jomblo karena abis putus setahun lalu.

Mungkin kalo ketemu orang yang tepat, Jani bakal bucin lagi. Tadinya begitu, tapi melihat ambisi mamahnya yang menggebu-gebu soal memasukkan dia ke camp biarawati kalau gak mau menikah, Jani jadi ogah-ogahan soal cowok. Dia bakal lulus dengan nilai memuaskan, mendapat pekerjaan yang bagus, mempunyai penghasilan tetap yang melimpah, laluー

Jalan Muda FM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang