D. Praduga

535 119 9
                                    

Orang baik ada di sekitar kita. Kalau belum menemukannya, maka jadilah orang baik itu sendiri. Tapi, buat Jani orang baik ada di Dimi, jadi dia gak perlu jadi orang baik-baik karena di hidupnya sudah ada Dimitri yang memegang peran tersebut.

Kehidupan pertemanan Jani bisa dibilang cukup seimbang. Gak cuma makanan aja yang harus punya gizi seimbang, kehidupan pertemanan pun harus seimbang, itulah yang Jadi tanamkan selama ini. Ada dua tipe teman yang dia punya, yaitu seperti Dimi dan seperti Sherina serta Jamal.

Kalau mau berbuat dosa, Sherina adalah tempat yang tepat. Cewek itu selalu dengan senang hati membawa Jani ke jalan yang salah, ditemani juga oleh Jamal yang juga selalu mendukung niat buruk Sherina maupun Jani. Pokoknya Sherina dan Jamal bisa jadi duo kombo yang menyenangkan jika mau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan dosa.

Sementara itu, jika mau jadi anak baik dan rajin, maka Dimitri adalah orang yang tepat. Kalau diibaratkan oleh garis, Dimi ini adalah garis lurus tanpa cabang, sementara Sherina dan Jamal adalah garis yang punya 1000 cabang. Dimi selalu jadi penyeimbang di pertemanan antara Jani, Sherina, dan Jamal, yang tentu saja membuat Jani merasa mendapat jackpot karena masih punya manusia normal di hidupnya.

"Ke Holywings?!" ulang Dimi dengan nada meninggi.

"Iya, Dimdim ba dimdim," ujar Jani sabar. "Kalo lo tanya kenapa gak ngajakin lo, silahkan bertanya ke Jamaludin Akbar," lanjutnya seraya melirik ke Jamal.

Sherina mengerutkan dahinya. "Jamaludin Akbar? Kok gue kayak gak asing ya?"

"Itu loh, Jodha Akbar," jawab Jani pede.

Sebuah toyoran keras lantas mendarat di kepala Jani, membuat Jani mengusapnya dengan kesal. "APAAN SIH JAGAD?!"

Jagad, alias Jamal, berdecak sebal. "ITU JALALUDDIN AKBAR, ANJAYANI."

"Kok lo tau?! Nonton ya?" tembak Sherina.

Jamal meminum strawberry acai miliknya yang esnya mulai mencair, sebelum menjawab tuduhan Sherina terhadapnya. "Emak gue dulu yang suka nonton, apal gue."

"Ngomong-ngomong, lanjutin soal Holywings," potong Dimi yang merasa obrolan mereka melenceng jauh.

Libur semester masih berlangsung, tapi Dimi yang sibuk karena ikut project dosen, membuatnya jadi susah banget buat diajak ketemu. Alasannya ada aja, mulai dari masih ikut penelitian sampai ngerjain laporan, yang sebenarnya wajar dan sangat dimaklumi oleh yang lain. Makanya pertemuan hari ini bisa dibilang spesial karena Dimi sampai harus meluangkan waktu begitu dua hari yang lalu Jani mengirimkan sebuah pesan umpatan ke grupchat mereka berempat.

"Ah, itu ke Holywings gue diajak sama Malika, temen gue yang anak DPR itu loh, Dim," jelas Sherina.

Dimi mengangguk. "Iya, gue juga gak masalah kalo gak diajak ke sarang setan begitu. Tapi tadi Jani cerita yang dia dipepet orang aneh itu gimana?"

Jani memukul meja di hadapan mereka pelan, membuat cup minuman mereka bergetar. "Oh iya! Jadi gue dateng telat tuh, nah dari parkiran ini orang kayak ngeliatin gue mulu. Perasaan gue sih ini sugar daddy gitu deh, cuma gue males aja nanggepinnya. Udah mau gue ap chagi aja tuh orang gara-gara ngelus-ngelus tangan gue mulu."

"To the point aja. Hubungannya sama cowok yang dikenalin mamah lo apaan?" tanya Dimi gak sabaran.

Jani memejamkan matanya sambil memijit batang hidungnya pelan. Begitu dia membuka mata, Jamal dan Sherina juga kelihatan sama penasarannya dengan Dimitri. "Ya gitu."

"Alah, sialan lo, Jan. Kalo cerita yang bener!" kesal Sherina sembari mengguncang paha Jani.

Jani menghela nafasnya pelan. "Terus ini cowok sok nolongin gue di Holywings. Cuma gerak-geriknya bikin gue nethink, makanya gue malah marahin dia. Pokoknya ribut dikit gitu lah, sampe endingya gue pergi gitu aja dari itu cowok."

Jalan Muda FM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang