Aa. After Last Night

371 87 24
                                    

Jani memasuki toko dengan kepala yang terasa berat. Dia sudah cukup kesiangan, tapi dia juga tidak mungkin tidak datang ke toko gara-gara habis mabuk berat semalam. Gak masalah sih, paling karyawannya akan menggunjingnya dari belakang. Tapi, kalau Erika yang menggunjingnya pasti akan membuat bebannya bertambah 2 kali lipat. Erika pasti akan terus mengungkitnya dan mengharapkan perlakuan yang sama.

Jika biasanya Jani datang jam 8 pagi, kali ini bahkan dia baru sampai ketika jam merambat ke angka 11. Anin yang membangunkannya lewat harum roti panggang buatan adiknya itu. Kalau gak begitu, bahkan gempa bumi mungkin juga tidak akan membangunkannya. Indra penciumannya memang paling tajam, bahkan saat sedang tidur.

"Siangー"

"Mbak Jani! Ada yang nyariin!"

Jani bahkan belum selesai memberi salam, tapi Erika sudah berlari ke arahnya. "Siapa?"

"Nah, akhirnya dateng juga bos besar kita."

Jani menoleh ke belakangnya karena arah suara berasal dari belakangnya. Senyumnya merekah, mendapati siapa yang menyapanya barusan. "Kak Airin!!!"

"Bagus ya, Jan, jadi bos seenaknya gini datengnya," sindir Airin sembari menaik turunkan alisnya.

Jani tersenyum, meraih lengan Airin dan memeluknya. "Hehehe, enggak gitu tau, Kak."

"Gue tinggal ya, Mbak," ujar Erika sembari tersenyum ke Airin dan Jani.

"Aku udah kesini tiga kali loh, Jan," kata Airin.

Jani melebarkan mata. "Oh ya? Aduh, tamu kebesaran kita ini harus disambut dengan baik. Yuk, ke ruanganku aja, Kak."

Airin cuma bisa menurut ketika Jani menariknya menuju ke sebuah ruangan bertuliskan "Restricted Area" di depannya. Amortentia ini jelas sudah dirombak habis-habisan selama 5 tahun terakhir, karena jadi lebih luas dan juga modern. Walau bukan kali pertama Airin berkunjung lagi, tapi dia tetap terkejut melihatnya.

"Sendirian aja, Kak? Jauh-jauh loh kesini," kata Jani sembari menggantungkan tas dan outernya di stand hanger yang tersedia di pojok.

Airin duduk di kursi yang berhadapan dengan meja Jani. "Iya. Aku tadi nitipin anak aku ke mertua, terus sekalian lah mampir sini. Lama gak ketemu sama kamu. Terakhir liat kamu update status bareng temen-temen kamu, jadi kepikiran aja."

Jani ikut duduk. Ruangannya memang terlalu sempit kalau mau dikasih sofa dan meja tambahan, makanya ya seadanya aja. "Ih, kenapa dititipin ke mertua? Aku juga boleh kok dititipin."

"3 hari, Jan. Aku mau nemenin Mas Dimas ada kerjaan di Labuan Bajo," kata Airin, menyebutkan nama suaminya.

"Idih, bilang aja sekalian liburan kan? Hayo ngaku," tuduh Jani sembari mendekatkan kursinya ke meja.

Airin tertawa. "Ketahuan kah?"

"Iya lah!" jawab Jani antusias. "Kalo 3 hari sih aku juga gak sanggup, Kak. Bener, titip ke eyangnya aja hahaha."

"Makanya, udah tau aku tuh," kata Airin. "Kamu kenapa dateng siang banget sih? Aku tadi bawain kamu es krim, sampe akhirnya aku habisin sendiri di mobil."

Jani menggaruk tengkuknya dengan kikuk. "Semalem pulang jam 1 an, Kak. Abis mabok juga sama anak-anak, jadi gak kerasa aja kalo udah siang."

"Hm, pantes. Mentang-mentang Tante Saras lagi di luar kota ya?" tuduh Airin.

"Hehe itu mah kebetulan aja," kata Jani mengelak.

Airin terkekeh. "Pulang naik apa kamu semalem? Gak naik kendaraan sendiri kan?"

Jani menggeleng. "Enggaklah. Kayaknya dianter sama Dimi deh, soalnya dia doang yang gak mabok. Eh aku lupa juga sih."

"Dasarrrr," tanggap Airin sembari geleng-geleng.

Jalan Muda FM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang