E. Modus

478 122 42
                                    

Evan tidak pernah segalau ini dalam hidupnya. Bahkan ketika mami papinya bercerai dan Evan diperbolehkan memilih untuk tinggal bersama mami atau papinya, tanpa ragu Evan memilih maminya. Mungkin permasalahannya beda dengan kali ini, tapi intinya sama aja. Intinya Evan adalah orang yang sebenarnya tidak pernah ragu dalam mengambil keputusan, tapi untuk yang ini dia sangat bimbang.

Cookies buatan maminya, yang katanya buat Jani, masih tersimpan rapi di dalam paperbag. Sudah semalaman penuh Evan memikirkan berbagai cara buat mengantarnya ke Jani, tapi tidak terpikir satu pun jalan keluar.

Dia sudah berusaha. Dia coba cari nama Jani di media sosial, tapi tidak bisa menemukannya. Ya jelas lah, gimana juga nemuin akun Jani dengan modal nama Anjani aja. Emangnya yang punya nama Anjani di dunia ini cuma Jani?

"Anjing, orang pada KRS an gercep banget ya? Semangat amat kuliahnya," keluh Radit yang keluar dari ruang TU karena ada masalah saat pengambilan KRS.

Evan mendengarnya, namun dia tidak berminat menjawab dan hanya menatap kosong paperbag berisi cookies yang dia letakkan di meja yang disediakan di setiap lorong gedung.

"Mana gue denger katanya Ejak udah mau sempro. Anjing lah tu orang BEM, asdos, project dosen diembat semua kagak ada capeknya," ujar Radit lagi yang mulai duduk di bangku kosong depan Evan.

Melihat Evan melamun, Radit lantas menggebrak meja yang memisahkan mereka dengan cukup keras. "HEYYYY!"

Evan mengerjap. Dia segera menyingkirkan paperbag cookies dari dekat tangan Radit. "Diliatin orang, bego."

"Ya elo gue ajakin ngobrol daritadi???"

"Yaudah kalo Ezra sempro emang lo jadi pengangguran kah? Kan tetep aja sks lo 21."

Radit berdecak. "Tai lah, Dananjaya."

"Widih, apenih???"

Malik yang baru datang langsung meraih paperbag milik Evan dan membukanya. Mata Evan spontan melebar. Buru-buru langsung dia tepis tangan Malik yang hampir merobek paper tape yang maminya tempelkan. "Jangan dibuka!"

"Itu apaan sih? Lo tenteng tenteng mulu dari tadi pagi dah?" tanya Radit yang ikut penasaran.

Malik lantas mengambil duduk di sebelah Radit. "Apaan tuh isinya? Ganja ya?"

"EH MULUT LO DIJAGA YA MALIKA," kata Evan kesal. "Yang beginian bisa jadi anak DPR tuh dulu lo requestnya ke Tuhan gimana?"

"Ini hadiah karena di kehidupan gue yang dulu, gue menyelamatkan dunia," jawab Malik asal, sambil meraih hpnya dari kantong.

Radit menggeleng. "Bukan, anjir. Katanya, orang kalo udah mati terus lahir lagi tuh berarti kebanyakan dosa."

"NGACO LU, KUNYUK," kesal Malik, hampir memukulkan hpnya ke kepala Radit.

"Tapi lo kan emang sumber dosa gue sama si Evan. Kalo bukan elo, siapa lagi yang bakal ngajak gue ke Holywings tapi bilangnya cari ayam?" Ujar Radit.

Evan terkekeh. "Bukannya dapet ayam goreng malah dapet ayam kampus."

"ANJIIINGGGG," ucap Malik dan Radit heboh sambil tertawa.

Gak usah dibayangin serame apa mereka bertiga. Padahal masih di meja deket ruang TU, tapi tidak terkontrol.

Ditengah tawanya, Evan mendadak mendapat ide gara-gara ngeliat Malik. Malik kan kenal Jani, kemungkinan pasti Malik berteman dengan Jani juga kan di sosial media?

Tangannya cepat-cepat mengambil hp miliknya dan menuju ke sosial media yang paling umum digunakan oleh anak kampus. Instagram. Mencari nama akun Malik tidak sulit, yang sulit adalah dia harus memperhatikan 1000 username di daftar following Malik.

Jalan Muda FM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang