"Kau harus segera membaik dan mendapatkan semuanya kembali Eure, kami menyayangi mu." -Park Jimin.
•
•
•Aku terbangun, aku melihat kearah dinding yang berhadapan langsung dengan ranjang ku, ya sekarang pukul 8 malam, Apa aku tidur selama itu? Astagaa aku meninggalkan dua brengsek itu. Kemana mereka?
Aku berjalan keluar kamar dengan pelan, aku mendapati bibi Areum yang sedang menonton televisi. Aku melihat kiri dan kanan.
"Kau sedang mencari apa?" Tanyanya membuat ku terkejut, pasalnya dia membelakangi ku dari balik sofa, kini tiba-tiba dia menghadap ku.
"Hah? Hmmm aku?" Aku menunjuk diriku dengan mataku yang membola. "Tidak, aku tidak mencari siapa siapa." Jawab ku cepat.
"Kemarilah." Bibi Areum lalu berdiri dan membawa tubuh ku ke sofa tempat dia menonton televisi. Aku masih terheran dan syok dengan pertanyaannya barusan.
"Kau kaget aku bertanya seperti itu?" Tanya.
"Hmm." Aku mengangguk cepat, entah mengapa aku menjadi berkeringat. Kenapa aku ini? Padahal aku tau bahwa pasti mereka bertemu dengan bibi Areum.
"Siapa dua orang itu?" Tanya nya seperti mengintrogasi ku. Aku harus jawab apa padanya?
"Oooh itu- merekaa..." aku gugup sekali, bodoh sekali hanya menjawab ini saja aku tidak bisa. Dia lantas mengambil tangan ku, sepertinya dia tau aku dalam keadaan gugup. Dia tersenyum padaku, dia benar-benar seperti ibu ku.
"Aku mengerti. Kau ada ditangan yang tepat." Ucapnya, apalagi ini? Aku semakin tidak mengerti.
"Nama ku Min Areum, kau ingat bukan?" Tanyanya.
"Hmm." Aku menganggukan kepala ku.
"Kau tau? Marga Min sangat langka. Hanya sedikit orang yang memakainya." Jelasnya. Sejujurnya aku tak pernah memikirkan hal sejauh ini. "Maaf aku tidak cerita kepadamu tentang siapa diriku, dan memang seharusnya tidak, karena aku sudah menguburnya masa lalu ku sangat dalam. Tapi takdir berkata lain, mungkin aku bertemu dengan mu Tuhan mempunyai maksud lain."
"Apa maksudmu?" Aku semakin terheran.
"Tunggu disini sebentar." Dia pergi meninggalkan ku dan pergi kekamarnya, aku masih belum mengerti. Beberapa menit kemudian dia kembali dengan sebuah lembar foto ditangannya.
"Apa itu?" tanya ku. Lalu dia duduk dan memberikan foto tersebut ke tangan ku. "Foto siapa ini?"
"Itu aku dan adik ku." Jawabnya tersenyum. Aku melirik foto tersebut dengan seksama, lesung pipi yang ada pipi anak laki-laki ini mengingat kan ku pada seseorang.
"Lalu dimana adik mu ini sekarang?" Tanya ku hati-hati.
"Dia di Seoul, apa kau tidak asing dengannya?" Dia bertanya kembali.
"A-aku tidak mengenalnya." Ucap ku terbata, aku hanya tak ingin salah orang. Dia tersenyum lebar padaku.
"Dia Min Namjoon."
"A-apa?" Aku menjatuhkan foto tersebut. Aku terdiam cukup lama.
"Eure, waktu aku berusia 5 tahun, Namjoon lahir kedunia ini, dan pada hari itu juga, ibuku meninggal saat melahirkannya, ayah ku terpukul karena menganggap Namjoon lah penyebab ibu meninggal."
"Tunggu, apa ayah kau yang maksud kakek Hyun Ki?" Tanya ku.
"Ya, Hyun Ki adalah ayah ku."
"Drama macam apa ini? Aku bertemu dengan kakak Tuan Joon?" Aku tercengang, pasalnya aku tidak pernah tau sebelumnya jika Tuan Joon mempunyai kakak perempuan, karena dia sangat kaya raya, mana mungkin kakaknya tinggal dirumah jiwa selama puluhan tahun?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bisexual Boyfriend
Romance"Ini kisah ku, tentang 3 orang manusia yang terjebak antara cinta segitiga. Jika kau berfikir aku lah yang diperebutkan disini, kau salah. Aku justru sedang memperebutkan sesuatu yang seharusnya memang milik ku." Jadi, apa tanggapan mu tentang gay...