44.

80 8 0
                                    

"Aku ingin mencintai mu seperti kau tak akan ada lagi besok." -Eureka.



"Kau sudah biasa bukan?"

"Biasa apanya?" Balas Eure sambil terus berjalan memegang segelas air.

"Dirumah ini bersama ku." Balas Yoongi lagi sambil mengikuti langkah Eure.

"Terbiasa untuk hidup sendiri saja aku mampu, apalagi hanya menyesuaikan diri seperti ini huh."

"Eure? Apa kau pernah berfikir akan menjadi milik ku?"

"Tidak, karena aku merasa orang kecil seperti ku tak pantas untuk anak orang kaya seperti mu."

"Apa pemikiran itu ada pada setiap orang yang sederhana?" Tanya Yoongi heran.

"Bukan orang sederhana yang memulai pemikiran itu, tapi ukuran standar orang-orang seperti kalian yang terlalu tinggi membuat kami menepi sebelum bertemu."

"Tapi, aku tidak termasuk orang-orang yang kau maksud bukan?"

"Awalnya iya, dulu kau angkuh Yoongi, kau yang dulu jauh berbeda dari kau yang sekarang." Eure melemparkan senyuman manisnya pada Yoongi.

"Itu juga karena mu. Kau merubah hidup ku, semuanya."

"Ah tidak juga, jangan lupakan Jimin yang membantu proses itu."

"Aah iya kau benar, dua hari lagi kami akan bertemu di hari wisuda ku. Aku rindu padanya, apa kabarnya ya?"

"Dia baik, dia selalu mengirimi ku pesan." Eure mengambil ponselnya yang membuka isi pesan Jimin, Jimin mengirimi beberapa pesan dan foto saat ia bersama Rose.

"Apa dia bahagia?" Tanya Yoongi haru. "Ku rasa, Rose benar-benar pantas untuknya."

"Siapapun pantas untuknya, dia orang yang baik yang juga harus dipantasnya dengan orang baik. Kau kan juga baik?"

"Hanya kau beranggap begitu setelah beberapa kali hampir mati karena ku."

"Walaupun begitu tapi aku tetap mencintai mu."

"Apa kau tidak merasa bodoh Eure?"

"Mencintai mu itu pilihan ku, aku bisa mengaturnya untuk menjadi milik mu atau tidak, tapi aku tidak bisa mengatur hati mu, disaat kau juga membalas rasaku, alasan ku untuk membenci mu sudah tidak ada."

"Kita tak pernah bicara sedalam ini, aku ingin tau hari-hari mu selama ini."

"Kau selalu tau apapun tentang ku, tak perlu bertanya."

"Tapi aku ingin tau dari mulutmu."

"Setelah ibu ku meninggal, aku merasa hampa, kau tau jika aku hanya punya orang tua tunggal setelah ayah ku meninggal, rasanya aku hancur sekali, aku melihat semuanya dengan mataku, aku merasa semua itu salah ku, kenapa? Aku terlalu egois untuk memaksakan hati ku untuk tetap bisa bersama mu mesti saat itu aku tau kau hanya mencintai Jimin dan kita tidak mungkin, tapi dengan melihat mu dan Jimin bahagia aku merasa senang setiap hari, walau hati ku hehe sedikit terluka." Eure terdiam, Yoongi menatapnya begitu dalam.

"Rasanya sakit jika harus mengingat hari itu, aku memutuskan untuk pergi dari kalian setelah aku tau Jimin sakit, kenapa? Aku tidak mau dengan adanya aku membuat Jimin berfikir bahwa aku akan meganggantikannya, karna sejatinya cinta takan tergantikan oleh apapun, pada saat kau dan Jimin datang aku mengusir kalian, karna aku tidak ingin dia terus memaksa ku dengan keadaannya begitu, tapi bibi Areum terus meyakin ku jika aku terus-terusan lari, aku hanya akan membuang orang-orangnya tapi tidak dengan kenangannya yang akan selalu menempel sejauh apapun aku pergi, dia meyakin ku bahwa kalian akan bisa terus berjalan beriringan tanpa harus memiliki huhungan, aku melihat bukti itu kini dan aku sangat senang, walaupun aku tiba dititik ini mengorbankan banyak hal, bukan kah cinta memang begitu hm?" Eure meletakan gelasnya lalu terpaku pada meja makan yang memutar jarinya diatas gelas.

My Bisexual Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang