"Maaf aku tidak mencintaimu, Jimin." -Eureka
•
•
•Hati ku hancur saat makam itu bertulisan Min Yoongi, padahal dua hari lalu rasanya aku baru menikahi nya, betapa rasanya aku merasakan puncak kebahagian didalam hidupku, namun hari ini seperti petir yang menyambar kepala ku dengan sangat kuat, aku tidak menikah dengan seseorang yang ku cintai, melainkan orang lain yang bahkan tak ku kenal. Kekasih macam apa aku? Bahkan di saat pemakamannya pun aku tidak tiba dan tidak tau.
Hosoek benar, harusnya aku saja yang mati pada kecelakaan itu, atau bagaimana jika aku dan Yoongi saat itu mati saja? Mengapa aku harus hidup sendirian, tanpa tau siapa keluarga ku dan kehilangan ingatan ku, apakah aku mempunyai dosa yang begitu besar sehingga membuat ku begitu menderita kini? Tak ada yang lebih sakit dari kehilangan, aku bukan saja kehilangan orang-orang yang ku sayang, aku bahkan kehilangan diriku sendiri.
Hati ku benar-banar sakit saat berjalan mendekat pada makamnya, aku duduk disebelah makamnya.
"Yoongi? Apa kau benar ada didalam sana?" Aku menyentuh batu nisan bertulisan nama nya.
"Mengapa tega sekali meninggalkan ku sendiri hm? Aku lupa ingatan dan satusatunya manusia yang ku ingat hanya kau, tapi kenapa kau pergi meninggalkan ku? Hikss.." ya air mata ku tak terbendung lagi dan lagi, walau dalam memori ku tak banyak yang ku ingat tentangnya tapi aku merasa sangat mencintainya.
"Sstttt tenangkan dirimu sayang.." ucap Niana lembut.
"Dia.. dia ibu mu.. hikss kauu tau Yoongi? Mereka kini telah mengangkat ku menjadi anaknya, aku tak tau aku bersal dari keluarga mana hingga mereka begitu baik padaku, tapi... yang ku mau hanya kau ada disini hiksss... Yoongii.... Hiksss.." suara ku tak mampu lagi untuk berteriak, hatiku sakit. Dimana Yoongi yang harusnya hari ini menjadi suami ku itu? Dimana?
"Yoongi, kau tau? Aku merasa telah mengkhianati mu, aku menikahi Jimin, aku tidak tau dia siapa, tapi ku akui dia memperlakukan ku sangat baik, sampai aku tertipu bahwa itu bukan kau, kini... hiksss aku harus bagaimana?? Yoongi? Kau dengar aku kan? Hikss.."
"Tenangkan dirimu.." ayah ku, ah bukan dia ayah Yoongi mencoba menenangkan ku, tapi itu percuma saja.
"Tinggalkan saja aku disini sendiri, aku ingin bicara banyak hal dengan Yoongi disini." Jawab ku.
Aku melihat ayah ku memberi anggukan pada ibu menandakan ibu harus setuju meninggalkan ku disini.
Setelah mereka pergi aku merasa kosong, apa yang harus aku lakukan?
"Yoongi.. menurutmu aku harus apa? Aku tidak mencintai Jimin, aku hanya mencintai mu. Apa.. aku??" Aku terdiam, aku takut untuk meneruskannya.
"Meminta cerai?" Sambung ku gugup, entah apa yang terjadi awan menjadi gelap seketika, tiba-tiba petir menyambar hujan deras pun turun padahal sedetik yang lalu cuaca sangat bagus.
"Yoongi? Kenapa? Kau marah? Yoongii jawabbb!!!" Aku terus menangis dimakam kekasih ku aku tidak perduli jika sekarang aku basah, aku hanya ingin bicara dengan Yoongi.
"Yoongi? Katakan aku harus bagaimana?"
Aku menangis di sana cukup lama, hingga seseorang memangilku dengan lirih.
"Eure.." ucap seseorang dari belakang ku.
Aku menoleh, dia Taehyung.
"Ada apa kemari?" Tanya ku dingin.
"Ayo pulang, nanti kau bisa sakit."
"Sakit seperti apa yang harus kutakutkan huh? Kehilangan orang yang aku sayang saja aku sudah pernah."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bisexual Boyfriend
Romance"Ini kisah ku, tentang 3 orang manusia yang terjebak antara cinta segitiga. Jika kau berfikir aku lah yang diperebutkan disini, kau salah. Aku justru sedang memperebutkan sesuatu yang seharusnya memang milik ku." Jadi, apa tanggapan mu tentang gay...