Kai ternyata membutuhkan waktu yang lama untuk memikirkan tentang ikatannya dengan Vio. Menyerahkan kalung Vee masih menjadi dilema. Tidak rela...perasaan itu menggelayuti hatinya. Kalung itu memiliki kenangan sangat besar bagi mereka berdua. Seseorang yang sangat mereka sukai telah memberikannya. Dan itu sangat berarti.Saat itu usia mereka masih 10 tahun, seingat Kai. Keluarga kecil mereka berkemah ke sebuah hutan di pedalaman kota Y. Jarang manusia bisa memasuki tempat itu. Ada sebuah danau yang sangat indah di tengah hutan tersebut. Keindahan tempat itu jugalah yang menghipnotis si kembar Vee dan Kai hingga bermain lebih dalam memasuki hutan. Mereka tersesat selama seharian. Kelaparan, kehausan dan kelelahan membuat mereka hampir putus asa. Tapi mereka tidak menangis sewajarnya seperti anak-anak seusia mereka bila dalam kondisi seperti itu. Kulit mereka yang putih menjadi semakin pucat di keremangan hutan. Mereka terus berjalan berputar-putar dari pagi hingga sore. Hingga kaki-kaki kecil mereka tiba di sebuah kuil kecil yang cukup terawat. Kai ingat...saat itu mereka merasa senang melihat kuil itu. Kondisi kuil yang bersih membuat mereka berpikir pasti ada orang di tempat itu. Mereka berteriak dan memanggil siapa saja yang ada di sana untuk minta pertolongan.
Flashback
"Kenapa kalian berteriak? Aku tidak tuli," seru seorang anak laki-laki yang tiba-tiba muncul dari balik patung di tengah kuil itu. "Kalian mengganggu tidurku saja."
Vee dan Kai menatap anak itu. Dia, usianya, terlihat lebih tua dari mereka dan tampilannya sedikit lusuh. Wajahnya dipenuhi debu hingga ke rambutnya. Tubuhnya lebih besar dari mereka. Dia menguap lebar lalu menatap malas pada mereka.
"Kami...tersesat, kak. Tolong ka-kami!" jawab Vee gugup tapi tetap mencoba ramah. Walaupun usia mereka masih muda, kesopanan itu sudah diterapkan dalam hidup mereka.
Anak laki-laki itu bangkit perlahan lalu berjalan mendekat. Dia menatap mereka dengan penuh selidik. Kedua tangannya di pinggang. Wajahnya memang lusuh tapi bola matanya hitam pekat sehingga sangat tajam saat melihat seperti itu. Tiba-tiba suara perut Kai yang lapar bergemuruh. Anak laki-laki itu segera menoleh lalu tertawa keras.
"Wah...sepertinya ada yang protes dalam perutmu itu," ucap anak itu yang membuat wajah Kai bersemu merah. "Nah...ayo kita makan! Kebetulan sekali aku baru mengambil buah di hutan tadi." Anak itu mengeluarkan beragam jenis buah dari dalam tas lusuhnya yang tergeletak di lantai kuil.
Karena sangat lapar, Vee dan Kai langsung ikut duduk saat anak itu duduk di lantai. Mereka mulai makan sambil sesekali melempar senyum di antara mereka.
"Kakak tinggal di sini?" tanya Vee dengan mulut yang dipenuhi air buah.
"Tidak...aku hanya sesekali saja kemari untuk bersih-bersih. Aku tinggal di panti asuhan di luar hutan," jawab anak itu sambil memberikan air minum pada mereka.
Kai segera meminum air yang terasa sangat sejuk di tenggorokannya. "Apakah jauh dari sini, kak?" tanya Kai.
"Yah...lumayan, sekitar setengah jam kalau jalan kaki."
"Kenapa kakak bersih-bersih di sini?"
"Aku menemukan kuil ini secara tidak sengaja sebulan yang lalu. Waktu itu aku sedang kabur dari panti karena dimarahi ibu kepala," jawab anak itu yang diikuti tawanya yang renyah.
Vee dan Kai semakin terpana dengan anak itu. Kai tidak tahu dengan Vee tapi dia sangat menyukai anak itu.
Anak itu bangkit dari duduknya dengan membawa sebotol air yang tersisa. Dia membasuh wajahnya di luar kuil dengannya. Dan saat dia berbalik cukup mengejutkan buat Vee dan Kai. Anak itu terlihat...berbeda,walau belum terlihat cukup bersih. Mata Kai mengerjap beberapa kali.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest 'Calmee' (BXB)
RomanceCerita ini sekuel dari 'Find Me' Vio tidak pernah menduga kalau hidupnya akan sangat berubah setelah dia menemukan secara tidak sengaja seorang pria terluka parah di sebuah gang gelap yang kecil. Hari berikutnya dia melihat pria yang sama tapi dal...