09. Fakta Mengejutkan

22 3 0
                                    


”Tidak perlu cemburu! Kau sudah menguasai diriku. Aku tau itu sejak bertemu denganmu di kafe malam itu.”

Kata-kata Vio merasuk ke dalam hati terdalam Kai. Dia bahagia. Perasaannya tidak sebelah pihak. Untuk sesaat dia mengira itu hanya rasa kagum karena Vio adalah sosok pahlawan baginya sejak dulu. Tapi sejak mereka berciuman, rasa itu tumbuh semakin dalam. Dan itu juga didukung dengan cahaya indah dari kedua liontin mereka. Cahaya yang hanya muncul bila perasaan mereka sedang terhubung.

Dia tidak suka melihat Vio bersama dengan orang lain. Dia cemburu. Apalagi hari ini dia melihat beberapa anggota ketiga kelompok datang ke kafe khusus untuk melihat Vio. Bahkan sebagian dari mereka mencoba menggodanya.

Kai mendengus yang membuat Sota menoleh. Malam ini mereka berkumpul di aula Seeker untuk menjalankan misi membawa seorang Calmee yang mengaku telah dibius oleh seseorang beberapa bulan yang lalu.

”Ada apa? Kau marah?” tanya Sota bingung.

Kai menghembuskan napas keras.

”Ah...hanya...ah...bagaimana mengatakannya?” jawabnya dengan suaranya yang halus dan merdu.

Sota belum terbiasa dengan suara Kai. Calmee Kai memang sangat spesial. Bukan hanya wajahnya yang sangat tampan bahkan terkesan cantik tapi suaranya juga bisa menghipnotis orang lain. Tanpa perlu kekuatan, Kai sudah bisa melakukannya.

Bibir merah Kai mengerucut cantik dan mata madunya terlihat tidak tenang. Jemarinya saling bertaut erat.

”Kau memikirkan...Vio?” tebak Sota.

”Huh...ya...”

”Ketenanganmu menghilang padahal kau seorang Calmee. Pasti karena dia.”

”Kurasa begitu. Aku menjadi tidak tenang bila mengingatnya.”

Sota manggut-manggut lalu tersenyum.

”Kau menyukainya...itu sebabnya.”

Kai menunduk. "Kau benar...aku sangat menyukainya. Dan aku tidak suka melihat dia digoda orang lain.”

Sota menepuk bahu Kai pelan.

”Kau jangan khawatir. Aku kenal Vio. Kalau dia sudah menyukai sesuatu dia akan mencurahkan seluruh tenaga dan pikirannya hanya untuk itu. Bila dia menyukaimu maka kau tidak perlu cemas. Dia tidak akan melirik orang lain. Aku bisa melihatnya. Dan pagi ini dia sangat cemas karena kau menghilang.”

”Benarkah?” tanya Kai antusias.

Sota mengangguk beberapa kali. Kai merasa sedikit lega.

Para tetua kedua kelompok tiba di aula. Semua anggota mulai berdiri dengan teratur di kedua sisi saling berhadapan. Penggabungan ini sangat mencolok terlihat dari gaya berpakaian dan penampilan mereka.

Ayah Sota ikut dalam pertemuan dan berdiri di sebelahnya. Dia memberikan semangat padanya agar pekerjaan ini berjalan lancar.

Seeker Sota, majulah!” panggil tetua kelompoknya dengan suara yang sangat berwibawa.

Calmee Ren, majulah!” panggil tetua kelompok Calmee selajutnya dengan intonasi suara yang sama.

Ren, seorang pria muda seumuran Kai, terlihat sedikit gugup. Perasaan bersalah menggelayuti hatinya sejak kematian Vee. Dia merasa sangat ceroboh hingga bisa dibius orang lain. Dia tidak tahu apa saja yang sudah dia ucapkan saat tidak sadar. Seharusnya dia bersikap selalu waspada dalam keramaian.

Kedua orang yang dipanggil berdiri berdampingan. Salah satu tetua memberikan seutas benang kuning halus kepada Sota dan memintanya mengikat di kedua pergelangan mereka. Setelahnya Sota memejamkan matanya dan...sebuah pintu besar berwarna kuning muncul di depan mereka. Angin dingin memenuhi ruangan aula. Setiap mata menatap keduanya dengan penuh perhatian.n

My Dearest 'Calmee' (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang