11. Hutan Utara

17 3 3
                                    


Langit sudah gelap saat mereka tiba di garis luar sebuah hutan. Vio memarkirkan mobilnya dan menoleh pada Kai yang sedang tertidur. Pria cantik itu terlihat lemah. Vio berpikir mungkin karena luka di bahunya. Hatinya sakit melihat gumpalan darah yang mulai mengering. Seketika dia pun merasakan sakit di bahunya. Dia tidak tahu mengapa. Tapi yang jelas dia juga merasakan perih luka itu. Hanya saja dia melihat luka Kai perlahan mulai membaik. Keningnya berkerut.

Lukanya membaik? Bagaimana bisa?

”Kai...! Kai...!” panggil Vio dengan suara pelan sambil membelai pipinya.

Suara lenguhan lembut terdengar dan mata madu itu terbuka setengah. Kai menyesuaikan penglihatannya.

”Kita sudah sampai?” tanya Kai. Dia perlahan bangkit lalu melihat jam.

Suara ketukan terdengar di jendela pintu pengemudi. Vio menoleh dan melihat wajah Sota. Dia segera membuka pintu dan disusul Kai di pintu sebelah.

”Kalian sudah menunggu dari tadi?” tanya Vio.

”Tidak. Kami baru sampai. Harus bantu Sam dulu tutup kafe. O iya...aku bawa pakaian dan persediaan makanan buat kalian.” jawab Sota sambil menunjukkan sebuah ransel yang dipegang Luca pada Vio. Dia melihat kondisi kedua temannya dan mendesah lega.

”Kalian baik-baik saja kan?” tanya Luca yang berdiri di samping Sota dengan wajah cemas.

”Yah...hanya Kai terluka terkena panah di bahunya.” sahut Vio pelan.

Sota dan Luca segera melihat luka itu. Mereka saling pandang dan menoleh pada Kai. Tatapan ketiganya mengandung isyarat.

”Ada apa? Kenapa dengan wajah kalian? Please...jangan ada rahasia lagi!” seru Vio kesal dan juga cemas. Tangannya langsung meraih tubuh Kai dan melihat luka itu. Jarinya memijat pelan di sekitar luka. Dia ingin mengurangi rasa sakitnya tapi tidak tahu harus bagaimana.

”Panah itu beracun.” ucap Luca tegas.

”A-apa?” Vio kaget.

”Tapi...untungnya...Kai seorang Calmee. Jadi...dia bisa pulih sendiri. Hanya saja perlu waktu karena racun itu. Dia perlu istirahat seharian untuk pulih seperti semula. Kau tidak perlu khawatir.” jelas Sota pada Vio.

Vio berusaha mengerti dengan semua penjelasan mereka. Dia tahu, ketiga kelompok punya berbagai kelebihan. Perlahan dia harus menerima semua hal baru ini di kepalanya.

”Kalian yakin kami gak perlu tinggal dengan kalian?” tanya Sota pada Kai.

”Ya...kami akan tinggal sementara di pondok Vee. Itu da di dalam hutan.” jawab Kai sambil menunjuk sekilas ke arah hutan yang gelap.

”Baiklah. Kami akan pulang. Tapi segera kabari kami jika butuh bantuan. Kami juga akan segera mengabari jika ada informasi tentang Reina.” sahut Luca yang kemudian masuk ke mobil disusul Sota.

Dalam perjalanan tadi, Kai sudah mengabari Sota tentang apa yang mereka alami dan juga agar menjemput mobil Luca di tempat itu. Dia hanya mengatakan nama Hutan Utara. Vio baru mendengar nama hutan seperti itu. Tempat itu lumayan jauh dari kafe jadi dia merasa asing dengannya.

Kai menarik tangan Vio berjalan masuk ke dalam hutan. Sekilas dari luar hutan itu sama seperti hutan pada umumnya. Lebat dan gelap. Namun, ketika Vio menginjakkan kakinya ke tanah memasuki batas dalam hutan, dia merasakan desiran angin sejuk yang nyaman dan lembut di tubuhnya. Dia berhenti dan mengeratkan genggaman tangannya pada Kai.

Kai merasakan perubahan suhu di sekelilingnya. Dia menoleh pada Vio. Tubuh pria itu memancarkan sesuatu yang sulit dijelaskan. Tapi Kai bisa lihat ada yang berubah di aura Vio. Bola mata hitam itu berbinar dalam cahaya bulan purnama yang masuk di celah pepohonan. Vio tampak luar biasa. Entah kenapa Kai merasakan sesuatu yang aneh. Dia melihat sekitarnya. Perasaan ini berbeda seperti terakhir kali dia kemari bersama Vee. Dia segera menarik lengan Vio dan bergegas menuju pondok. Saat ini dia benar-benar harus cepat pulih sebelum mencari tahu ada apa dengan hutan ini.

My Dearest 'Calmee' (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang